Aspirasi Warga Yogyakarta Mengalir Usai Subuh di Balai Kota
Wali Kota Yogyakarta, Hasto Wardoyo, membuka ruang dialog langsung dengan warga setiap Rabu pagi usai subuh, menciptakan komunikasi yang lebih manusiawi dan efektif dalam menyelesaikan permasalahan.

Setiap Rabu pagi, sebelum embun pagi sepenuhnya menguap, suasana Kompleks Balai Kota Yogyakarta dipenuhi warga yang datang dari berbagai penjuru kota. Sekitar pukul 05.15 WIB, mereka memasuki gedung berarsitektur Jawa dengan harapan bertemu Wali Kota Yogyakarta, Hasto Wardoyo, untuk menyampaikan keluhan dan aspirasi. Inisiatif ini menjawab pertanyaan Apa yang terjadi (warga menyampaikan aspirasi), Siapa yang terlibat (warga dan Wali Kota), Di mana (Balai Kota Yogyakarta), Kapan (setiap Rabu pagi usai subuh), Mengapa (untuk menciptakan komunikasi yang lebih efektif dan manusiawi), dan Bagaimana (dengan membuka forum tatap muka langsung).
Suasana ruang tunggu mirip klinik dokter, dengan warga yang memegang berkas dan saling berbincang sembari menunggu giliran. Mereka bukan pasien medis, melainkan warga yang ingin menyampaikan unek-unek dan keluhan langsung kepada pemimpinnya. Satu per satu, mereka dipanggil masuk ke Ruang Rapat Sadewa untuk berdialog dengan Wali Kota, menghabiskan waktu sekitar 15 menit untuk bercerita, tergantung kompleksitas masalah yang dihadapi. Siti Maryam (72), seorang janda tanpa penghasilan tetap, misalnya, memanfaatkan kesempatan ini untuk menyampaikan persoalan bantuan sosial yang belum diterimanya.
"Masalah saya mungkin kecil, tapi rasanya besar sekali bisa didengarkan langsung. Rasanya seperti dihargai sebagai warga," ungkap Siti Maryam dengan senyum lega. Pertemuan ini bukan sekadar konsultasi, tetapi juga bentuk penghargaan terhadap warga dan aspirasi mereka. Inisiatif ini menunjukkan komitmen Wali Kota untuk menciptakan pemerintahan yang responsif dan transparan.
Pendekatan Ala Dokter: Mendiagnosis Masalah Kota
Ruang Rapat Sadewa yang hangat dan akrab menjadi tempat dialog antara Wali Kota Hasto Wardoyo dan warga. Suasana informal dan banyolan sesekali dilontarkan Hasto mencairkan ketegangan. Hasto, dengan latar belakang sebagai dokter, menyamakan penanganan masalah kota seperti menangani pasien: mencari akar permasalahan, bukan hanya meredakan gejalanya. "Saya ingin menangani masalah kota ini seperti menangani pasien, dimulai dari mencari penyebabnya, bukan cuma meredakan gejalanya," tegas Hasto, mantan Kepala BKKBN.
Forum tatap muka ini berlangsung rutin setiap Rabu pagi hingga pukul 09.00 WIB. Metode ini, yang telah diterapkan Hasto saat menjabat Bupati Kulon Progo, menekankan pentingnya diagnosis akar permasalahan sebelum mengambil tindakan. Beberapa aduan ditangani cepat, sementara yang membutuhkan koordinasi antar dinas membutuhkan waktu lebih lama. Pendekatan ini menunjukkan keseriusan pemerintah kota dalam merespon aspirasi warga secara langsung dan efektif.
Kehangatan dan keakraban dalam pertemuan ini menciptakan suasana yang nyaman bagi warga untuk menyampaikan keluhan mereka. Hal ini menunjukkan bahwa komunikasi yang efektif dan empati dari pemimpin sangat penting dalam membangun kepercayaan publik. Dengan pendekatan ini, pemerintah kota dapat lebih memahami kebutuhan dan aspirasi warganya.
Ruang 'Tabayyun' dan Pencegahan Demonstrasi
Forum ini juga berfungsi sebagai ruang 'tabayyun' publik, tempat klarifikasi dua arah. Warga tidak hanya menyampaikan keluhan, tetapi juga memahami konteks kebijakan pemerintah. Hal ini mencegah kesalahpahaman dan potensi gejolak sosial. Menurut Hasto, cara ini juga efektif mencegah demonstrasi yang tidak perlu, karena banyak aspirasi dapat diselesaikan melalui dialog terbuka.
Renny A Frahesty dari Yayasan Narasita menilai forum ini sebagai bentuk pelayanan publik dan upaya membangun kembali budaya sosial. Waktu pelaksanaan yang tak lazim, usai subuh, dianggap sebagai simbol semangat baru dalam membangun keterhubungan antara warga dan pemimpin. Hal ini menunjukkan komitmen pemerintah untuk memberikan akses yang mudah dan setara bagi semua warga.
Pemilihan waktu subuh juga memiliki sisi filosofis. Renny menekankan bahwa pagi hari adalah waktu yang sarat makna, saat membangun harapan. Warga yang datang menunjukkan kepercayaan mereka bahwa aspirasi mereka pantas didengar, membangun karakter partisipatif dan pembelajaran politik yang sehat.
Nyarwi Ahmad dari UGM menambahkan bahwa pejabat publik memiliki posisi strategis dalam membangun dialog dengan masyarakat. Mereka harus aktif membuka ruang komunikasi yang setara dan terbuka, bukan hanya menyampaikan informasi satu arah. Tren ini sudah berkembang di negara maju, di mana politisi aktif memanfaatkan media baru dan kanal komunikasi untuk menjangkau warga secara langsung.
Fajar Ristanto, bersama pengurus LMK Baciro, datang dengan isu kolektif terkait kendala komunikasi antara LMK dan perangkat kelurahan. Mereka memanfaatkan forum ini untuk menyampaikan unek-unek yang sulit disampaikan lewat jalur formal. Setelah bertemu Wali Kota, Fajar keluar dengan wajah sumringah karena mendapat solusi. "Tadi sudah dijanjikan Pak Wali, dua hari selesai," ujarnya.
Konsep open house di Balai Kota Yogyakarta memberikan ruang bagi warga untuk didengar, tanpa sekat dan syarat. Ini menunjukkan komitmen pemerintah kota dalam membangun komunikasi yang transparan dan responsif terhadap kebutuhan warganya.