Bandara Kertajati: Potensi Pusat Industri MRO dan Hub Konektivitas Rebana
Bappenas optimis Bandara Kertajati dapat menjadi pusat industri pemeliharaan pesawat (MRO), mengurangi ketergantungan Indonesia pada asing, dan mendorong pertumbuhan ekonomi.

Apa, Siapa, Di mana, Kapan, Mengapa, dan Bagaimana? Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas, Rachmat Pambudy, pada Selasa di Jakarta, mengumumkan potensi besar Bandara Kertajati, Majalengka, Jawa Barat, untuk menjadi pusat industri pemeliharaan pesawat (MRO). Hal ini didorong oleh infrastruktur bandara yang mumpuni, namun masih rendahnya utilisasi. Kerja sama antara Kementerian PPN/Bappenas, PT Garuda Maintenance Facility Aero Asia Tbk, dan PT BIJB bertujuan mengembangkan Sustainable Aerospace Park Kertajati untuk mengurangi ketergantungan Indonesia pada layanan MRO luar negeri dan meningkatkan daya saing industri penerbangan nasional. Pengembangan ini penting karena pertumbuhan industri penerbangan di Indonesia yang signifikan, serta potensi pertumbuhan industri MRO di Asia Tenggara.
Indonesia saat ini masih sangat bergantung pada layanan MRO asing, mencapai 46 persen. Oleh karena itu, pengembangan Bandara Kertajati menjadi pusat MRO diharapkan dapat mengurangi ketergantungan tersebut dan menciptakan lapangan kerja baru. Proyek ini sejalan dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2025-2029 dan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2025–2045, serta menjadi bagian dari Prioritas Nasional (PN) terkait hilirisasi industri dan penguatan sektor padat karya maupun teknologi.
Dengan pengembangan Sustainable Aerospace Park Kertajati, diharapkan dapat tercipta ekosistem industri kedirgantaraan yang terintegrasi dan berkelanjutan. Hal ini akan berdampak positif pada perekonomian Indonesia, khususnya di Jawa Barat, melalui penciptaan lapangan kerja dan peningkatan investasi. Inisiatif ini merupakan langkah strategis untuk mewujudkan kemandirian dan daya saing Indonesia di sektor penerbangan global.
Potensi Besar Bandara Kertajati
Bandara Kertajati memiliki infrastruktur yang memadai untuk mendukung pengembangan industri MRO. Dengan landasan pacu sepanjang 3.000 meter dan terminal kargo seluas 90.000 meter persegi, bandara ini memiliki kapasitas yang signifikan. Namun, utilisasi bandara saat ini masih rendah, hanya sekitar 6,42 persen. Pengembangan Sustainable Aerospace Park Kertajati diharapkan dapat meningkatkan utilisasi bandara dan memaksimalkan potensi yang ada.
Proyek ini juga akan mendorong pertumbuhan ekonomi di wilayah Jawa Barat dan sekitarnya. Pembangunan infrastruktur pendukung, seperti fasilitas pemeliharaan pesawat dan pelatihan tenaga kerja, akan menciptakan lapangan kerja baru dan menarik investasi. Hal ini sejalan dengan upaya pemerintah untuk menciptakan pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan.
Selain itu, pengembangan Bandara Kertajati sebagai pusat industri MRO juga akan meningkatkan konektivitas kawasan Rebana. Kawasan Rebana merupakan salah satu pusat pertumbuhan ekonomi di Jawa Barat, dan pengembangan bandara ini akan mendukung pertumbuhan ekonomi di kawasan tersebut. Dengan konektivitas yang lebih baik, aksesibilitas ke kawasan Rebana akan meningkat, sehingga akan menarik lebih banyak investasi dan pariwisata.
Pemerintah juga akan berperan aktif dalam memfasilitasi pembiayaan inovatif untuk proyek ini. Hal ini akan membantu mengurangi kendala pembiayaan yang seringkali dihadapi oleh proyek-proyek infrastruktur besar. Dengan adanya dukungan pembiayaan yang memadai, proyek ini diharapkan dapat berjalan dengan lancar dan selesai tepat waktu.
Tantangan dan Solusi Pengembangan Industri MRO
Meskipun memiliki potensi besar, pengembangan industri MRO di Indonesia masih menghadapi beberapa tantangan. Salah satu tantangan utama adalah ketergantungan Indonesia pada layanan MRO asing yang mencapai 46 persen. Keterbatasan sertifikasi internasional, dukungan Original Equipment Manufacturer (OEM), dan akses pembiayaan juga menjadi kendala.
Untuk mengatasi tantangan tersebut, pemerintah perlu memperkuat regulasi, mendorong penggunaan MRO dalam negeri, dan menjalin kemitraan strategis global. Kerja sama dengan berbagai pihak, baik dalam negeri maupun luar negeri, sangat penting untuk membangun industri kedirgantaraan yang tangguh dan berdaya saing.
Pengembangan sumber daya manusia (SDM) juga merupakan kunci keberhasilan pengembangan industri MRO. Pemerintah perlu meningkatkan kualitas pendidikan dan pelatihan di bidang pemeliharaan pesawat. Dengan SDM yang terampil dan berkualitas, Indonesia dapat bersaing dengan negara-negara lain dalam industri MRO.
Selain itu, perlu adanya dukungan dari Original Equipment Manufacturer (OEM) untuk memastikan kualitas dan standar pemeliharaan pesawat. Kerja sama dengan OEM akan membantu Indonesia dalam memperoleh teknologi dan pengetahuan terkini di bidang pemeliharaan pesawat.
Kesimpulan
Pengembangan Sustainable Aerospace Park Kertajati merupakan langkah strategis untuk meningkatkan daya saing Indonesia di sektor penerbangan global. Dengan potensi besar Bandara Kertajati dan dukungan pemerintah, pengembangan industri MRO di Indonesia diharapkan dapat mengurangi ketergantungan pada asing, menciptakan lapangan kerja, dan mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Proyek ini sejalan dengan visi pemerintah untuk membangun Indonesia yang maju dan mandiri.