Banjir Karawang: Ribuan Warga Mengungsi, 10.180 Jiwa Terdampak
Banjir yang melanda Karawang akibat meluapnya Sungai Cibeet dan Citarum telah menyebabkan 10.180 jiwa dari 3.659 kepala keluarga mengungsi.

Banjir besar melanda Kabupaten Karawang, Jawa Barat, pada 5 Maret 2024, menyebabkan ribuan warga mengungsi. Sungai Cibeet dan Citarum meluap akibat tingginya curah hujan dalam beberapa hari terakhir, menenggelamkan rumah-rumah warga di sejumlah desa dan kelurahan. Bencana ini telah berdampak pada 3.659 kepala keluarga (KK) atau sekitar 10.180 jiwa, yang terpaksa meninggalkan rumah mereka untuk mencari tempat aman.
Banjir dengan ketinggian bervariasi, bahkan mencapai dua meter di beberapa titik, telah melanda empat kecamatan di Karawang. Desa-desa yang terdampak meliputi Karangligar, Mekarmulya, Mulyajaya, dan Wanakerta di Kecamatan Telukjambe Barat; Tanjungmekar dan Karawangkulon di Kecamatan Karawang Barat; Sukamakmur dan Purwadana di Kecamatan Telukjambe Timur; serta Mulangsar, Ciptasari, Tamanmekar, dan Tamansari di Kecamatan Pangkalan. Situasi ini menunjukkan luasnya dampak banjir yang melanda wilayah tersebut.
Tim Reaksi Cepat BPBD Karawang telah mencatat jumlah pasti warga yang terdampak. Bupati Karawang, Aep Syaepuloh, menyatakan bahwa proses evakuasi masih terus berlangsung. Petugas berupaya keras untuk membantu warga yang terdampak dan memindahkan mereka ke tempat pengungsian yang lebih aman dan terlindungi.
Evakuasi dan Bantuan Pemerintah
Pemerintah Kabupaten Karawang telah mendirikan sejumlah titik pengungsian untuk menampung warga yang terdampak banjir. Di Desa Sukamakmur dan Purwadana, warga dievakuasi ke kawasan Resinda, yang telah dilengkapi dengan dapur umum dan posko kesehatan. Langkah ini menunjukkan kesigapan pemerintah dalam menyediakan kebutuhan dasar bagi para pengungsi.
Selain Resinda, tenda pengungsian dan dapur umum juga telah disiapkan di Desa Karangligar, Kecamatan Telukjambe Barat, atas kerjasama Pemkab Karawang, Kodim, dan Polres Karawang. Upaya ini bertujuan untuk memastikan ketersediaan tempat berlindung dan makanan bagi seluruh warga yang terdampak.
Namun, berdasarkan pantauan di lapangan, tidak semua warga mengungsi ke tempat-tempat yang disediakan pemerintah. Banyak warga yang memilih untuk mengungsi ke masjid, mushala, atau bahkan mendirikan tenda sendiri menggunakan terpal di pinggir jalan. Hal ini menunjukkan perlunya antisipasi lebih lanjut dalam menyediakan tempat pengungsian yang memadai.
Kondisi di Lapangan dan Upaya Penanganan
Tingginya curah hujan beberapa hari terakhir menjadi penyebab utama meluapnya Sungai Cibeet dan Citarum. Kondisi ini mengakibatkan genangan air yang cukup tinggi di beberapa wilayah Karawang, memaksa warga untuk mengungsi demi keselamatan. Pemerintah daerah terus berupaya maksimal untuk menangani bencana ini.
Proses evakuasi masih terus dilakukan, dan pemerintah daerah bekerja sama dengan berbagai pihak untuk memastikan semua warga yang terdampak mendapatkan bantuan yang dibutuhkan. Selain evakuasi, upaya lain yang dilakukan meliputi penyediaan logistik, kesehatan, dan pemulihan pascabanjir.
Meskipun bantuan telah diberikan, namun kondisi di lapangan masih membutuhkan perhatian lebih. Jumlah pengungsi yang cukup banyak membutuhkan dukungan logistik dan kesehatan yang berkelanjutan. Koordinasi antar instansi terkait sangat penting untuk memastikan penanggulangan bencana berjalan efektif dan efisien.
Kondisi Pengungsian:
- Beberapa pengungsi memilih masjid dan mushala sebagai tempat berlindung sementara.
- Ada juga warga yang mendirikan tenda darurat sendiri di pinggir jalan.
- Pemerintah menyediakan dapur umum dan posko kesehatan di beberapa titik pengungsian.
Banjir di Karawang ini menjadi pengingat penting akan pentingnya kesiapsiagaan menghadapi bencana alam. Koordinasi yang baik antara pemerintah, relawan, dan masyarakat sangat krusial dalam mengurangi dampak bencana dan memberikan bantuan yang tepat sasaran kepada warga yang terdampak.