Bea Cukai Dukung Riset Unsyiah: Bebas Bea Masuk untuk Peralatan Penelitian
Bea Cukai Banda Aceh memberikan fasilitas kepabeanan dan cukai kepada Universitas Syiah Kuala untuk mendukung pengembangan riset dan ilmu pengetahuan, khususnya di bidang kesehatan.

Universitas Syiah Kuala (Unsyiah), perguruan tinggi tertua di Aceh, mendapat dukungan signifikan dari Bea Cukai Banda Aceh dalam pengembangan riset dan ilmu pengetahuan. Dukungan tersebut berupa fasilitas kepabeanan dan cukai yang diberikan pada Sabtu, 1 Januari 2024. Fasilitas ini memungkinkan Unsyiah untuk mengimpor berbagai peralatan penting untuk riset tanpa dikenakan bea masuk dan cukai.
Kepala Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Tipe Madya Pabean C Banda Aceh, Dede Mulyana, menjelaskan bahwa pemberian fasilitas ini merupakan wujud nyata dukungan Bea Cukai terhadap peningkatan kualitas pendidikan dan riset di Indonesia. "Pemberian fasilitas di bidang kepabeanan dan cukai ini sebagai bentuk dukungan dalam pengembangan ilmu pengetahuan yang bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa," ujar Dede Mulyana.
Langkah ini sejalan dengan komitmen pemerintah untuk mendorong kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai pilar utama peningkatan daya saing nasional. Dengan kemudahan akses terhadap peralatan riset, diharapkan Unsyiah dapat meningkatkan kualitas penelitian dan berkontribusi lebih besar bagi kemajuan bangsa.
Fasilitas Kepabeanan untuk Riset Unggulan
Fasilitas kepabeanan yang diberikan Bea Cukai Banda Aceh kepada Unsyiah meliputi pembebasan bea masuk dan cukai untuk berbagai barang yang dibutuhkan dalam kegiatan riset dan pengembangan ilmu pengetahuan. Barang-barang tersebut mencakup peralatan kesehatan, alat laboratorium, bahan kimia, peralatan teknologi, dan komponen lainnya yang mendukung proses riset.
Tidak hanya pembebasan bea masuk dan cukai, Unsyiah juga dibebaskan dari Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM). Lebih lanjut, impor barang-barang tersebut juga dikecualikan dari pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 impor. Semua keringanan ini diberikan berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 200/PMK.04/2019 tentang pembebasan bea masuk dan cukai atas impor barang untuk keperluan penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan.
Dede Mulyana menambahkan bahwa peraturan tersebut bertujuan untuk mempermudah akses barang bagi perguruan tinggi, kementerian/lembaga, dan badan usaha yang bergerak di bidang riset. Dengan demikian, riset di berbagai bidang dapat berjalan lebih lancar dan menghasilkan inovasi yang bermanfaat bagi masyarakat.
Pemberian fasilitas ini diharapkan dapat mendorong Unsyiah untuk meningkatkan kualitas penelitian, khususnya di bidang kesehatan. Salah satu fokus penelitian yang mendapat perhatian adalah standar penanganan ruang isolasi bagi pasien COVID-19, sebuah isu yang sangat relevan dengan kondisi kesehatan global saat ini.
Manfaat Fasilitas Kepabeanan bagi Unsyiah
Keuntungan yang diperoleh Unsyiah dari fasilitas kepabeanan ini sangat signifikan. Universitas dapat menghemat biaya yang cukup besar untuk pengadaan peralatan riset, sehingga dana yang tersedia dapat dialokasikan untuk kegiatan riset lainnya. Hal ini memungkinkan Unsyiah untuk melakukan riset yang lebih intensif dan menghasilkan temuan-temuan baru yang lebih berkualitas.
Dengan tersedianya peralatan riset yang canggih dan modern, Unsyiah dapat meningkatkan kualitas pendidikan dan menghasilkan lulusan yang lebih kompeten. Lulusan yang berkualitas tinggi akan menjadi aset berharga bagi pembangunan nasional dan mampu bersaing di pasar kerja global.
Selain itu, fasilitas ini juga dapat meningkatkan daya saing Unsyiah dalam dunia riset internasional. Dengan kemampuan untuk melakukan riset yang lebih canggih, Unsyiah dapat menjalin kerjasama riset dengan universitas dan lembaga riset internasional lainnya.
Secara keseluruhan, fasilitas kepabeanan yang diberikan Bea Cukai Banda Aceh kepada Unsyiah merupakan langkah strategis dalam mendukung pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia. Hal ini sejalan dengan visi pemerintah untuk menjadikan Indonesia sebagai negara maju dan berdaya saing tinggi di kancah internasional.
Dukungan ini diharapkan dapat mendorong Unsyiah untuk terus berkontribusi dalam menghasilkan inovasi dan temuan baru yang bermanfaat bagi masyarakat dan kemajuan bangsa.