BI Sulut Giat Edukasi Cinta Bangga Paham Rupiah di Wilayah 3T
Bank Indonesia Sulawesi Utara gencar mengedukasi siswa di wilayah tertinggal, terluar, dan terdepan (3T) tentang pentingnya Cinta, Bangga, Paham (CBP) Rupiah sebagai simbol kedaulatan negara.

Bank Indonesia (BI) Perwakilan Sulawesi Utara (Sulut) terus berupaya meningkatkan pemahaman dan apresiasi terhadap Rupiah di kalangan pelajar, khususnya di wilayah tertinggal, terluar, dan terdepan (3T). Upaya ini dilakukan melalui sosialisasi Cinta, Bangga, Paham (CBP) Rupiah yang menyasar siswa-siswa di Kabupaten Kepulauan Talaud.
Kepala BI Perwakilan Sulut, Andry Prasmuko, menjelaskan pentingnya kampanye CBP Rupiah, bukan hanya sebagai alat transaksi semata, melainkan sebagai simbol kedaulatan negara dan identitas nasional. Sosialisasi ini bertujuan untuk menanamkan nilai-nilai nasionalisme sejak dini melalui pemahaman akan mata uang negara sendiri.
Kegiatan edukasi ini sangat penting, terutama di daerah perbatasan seperti Sulawesi Utara. Dengan memahami dan menghargai Rupiah, diharapkan dapat mencegah penggunaan mata uang asing dalam transaksi sehari-hari dan memperkuat kedaulatan ekonomi bangsa.
Pentingnya Cinta, Bangga, dan Paham Rupiah
Andry Prasmuko menekankan tiga poin penting dalam kampanye CBP Rupiah: mencintai, membanggakan, dan memahami Rupiah. Mencintai Rupiah berarti memperlakukannya dengan baik, tidak merusaknya, dan menggunakannya secara bijak. Membanggakan Rupiah ditunjukkan dengan komitmen menggunakan mata uang sendiri dalam aktivitas ekonomi, menolak godaan penggunaan mata uang asing.
Memahami Rupiah berarti mengerti peran strategisnya dalam menjaga stabilitas ekonomi, mengendalikan inflasi, dan mendorong kesejahteraan masyarakat. Pemahaman ini akan membentuk sikap bertanggung jawab dalam pengelolaan keuangan pribadi dan nasional.
Lebih lanjut, Andry menjelaskan bahwa kampanye CBP Rupiah bukan sekadar kampanye simbolik, melainkan upaya membangun nasionalisme melalui hal-hal yang dekat dengan kehidupan sehari-hari, salah satunya adalah uang yang kita gunakan.
Kehilangan Sipadan dan Ligitan: Pelajaran Berharga
Andry Prasmuko mengingatkan akan pentingnya kampanye CBP Rupiah dengan mencontohkan kasus kehilangan Pulau Sipadan dan Ligitan kepada Malaysia pada tahun 2002. Salah satu pertimbangan Mahkamah Internasional adalah minimnya simbol kehadiran negara di kedua pulau tersebut, termasuk kurangnya penggunaan Rupiah dalam aktivitas ekonomi masyarakat setempat.
Kejadian ini menjadi pelajaran berharga bahwa kehadiran negara tidak hanya diwujudkan melalui bendera atau bangunan pemerintahan, tetapi juga melalui penggunaan dan pemahaman atas mata uang nasional. Oleh karena itu, kampanye CBP Rupiah menjadi sangat krusial dalam menjaga kedaulatan negara.
Dengan memahami pentingnya Rupiah, generasi muda diharapkan dapat menumbuhkan rasa nasionalisme dan cinta tanah air. Hal ini akan berkontribusi pada penguatan ekonomi nasional dan menjaga kedaulatan negara di masa depan.
Edukasi di Wilayah 3T
BI Sulut menargetkan edukasi CBP Rupiah ini khususnya pada siswa di wilayah 3T (Terdepan, Terluar, dan Tertinggal). Wilayah-wilayah ini seringkali rentan terhadap pengaruh ekonomi luar dan membutuhkan pemahaman yang kuat tentang pentingnya menggunakan Rupiah.
Dengan memberikan edukasi sejak dini, diharapkan para siswa dapat menjadi agen perubahan dalam keluarganya dan masyarakatnya untuk mencintai, membanggakan, dan memahami Rupiah sebagai mata uang nasional.
BI Sulut berkomitmen untuk terus meningkatkan program edukasi ini agar semakin banyak masyarakat, khususnya generasi muda, yang memahami dan menghargai pentingnya Rupiah bagi kedaulatan dan perekonomian Indonesia.
Program edukasi ini tidak hanya sekedar memberikan pemahaman tentang Rupiah, tetapi juga menanamkan nilai-nilai kebangsaan dan cinta tanah air kepada generasi muda Indonesia.
Melalui edukasi yang berkelanjutan, diharapkan generasi muda Indonesia akan semakin bangga dan cinta terhadap Rupiah sebagai simbol kedaulatan negara dan identitas nasional.