BI Yakin Inflasi Terkendali hingga 2026: Sasaran 2,5 Persen Plus Minus 1 Persen Terjaga
Bank Indonesia (BI) optimis inflasi tetap terkendali di kisaran 2,5 persen plus minus 1 persen pada 2025 dan 2026, didukung oleh ekspektasi inflasi yang terjangkar, kapasitas ekonomi memadai, dan sinergi pengendalian inflasi.

Bank Indonesia (BI) menyampaikan keyakinan optimistisnya bahwa inflasi akan tetap terkendali sesuai sasaran hingga tahun 2026. Gubernur BI, Perry Warjiyo, mengumumkan hal ini dalam konferensi pers hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI bulan April 2025 di Jakarta. Pernyataan ini memberikan gambaran positif bagi stabilitas ekonomi Indonesia dalam jangka menengah.
Dalam konferensi pers tersebut, Perry Warjiyo menjelaskan bahwa BI memproyeksikan inflasi tetap berada dalam sasaran 2,5 persen plus minus 1 persen untuk tahun 2025 dan 2026. Keyakinan ini didasarkan pada sejumlah faktor kunci, termasuk ekspektasi inflasi yang terjangkar dengan baik, kapasitas ekonomi yang memadai, serta pengendalian inflasi impor yang efektif. Digitalisasi ekonomi juga dinilai memberikan dampak positif terhadap stabilitas harga.
Tidak hanya inflasi inti, BI juga memprediksi inflasi volatile food (VF) akan tetap terkendali. Hal ini dimungkinkan berkat sinergi yang kuat antara Bank Indonesia dengan pemerintah pusat dan daerah dalam pengendalian inflasi. Kerja sama ini terbukti efektif dalam menjaga ketersediaan pasokan komoditas pangan dan menstabilkan harga.
Inflasi Maret 2025 dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya
Data inflasi bulan Maret 2025 menunjukkan angka yang tetap rendah dan mendukung stabilitas perekonomian. Inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) pada Maret 2025 tercatat sebesar 1,03 persen year on year (yoy). Inflasi inti tetap terkendali di angka 2,48 persen (yoy), sejalan dengan kebijakan suku bunga BI (BI-Rate) yang konsisten dalam mengarahkan ekspektasi inflasi.
Inflasi kelompok volatile food (VF) tercatat sebesar 0,37 persen (yoy). Angka ini menunjukkan keberhasilan upaya menjaga kecukupan pasokan komoditas pangan utama. Sinergi pengendalian inflasi oleh Tim Pengendalian Inflasi Pusat/Daerah (TPIP/TPID) melalui Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP) juga memberikan kontribusi signifikan.
Sementara itu, kelompok administered prices mencatat deflasi sebesar 3,16 persen (yoy). Angka ini lebih tinggi dibandingkan deflasi bulan sebelumnya yang mencapai 9,02 persen (yoy). Perbedaan ini terutama disebabkan oleh berakhirnya kebijakan diskon tarif listrik untuk rumah tangga dengan daya terpasang kurang dari 2.200 VA.
Langkah-Langkah BI dalam Mengendalikan Inflasi
BI telah menerapkan berbagai strategi untuk menjaga stabilitas harga dan mengendalikan inflasi. Salah satu strategi kunci adalah kebijakan suku bunga BI-Rate yang konsisten. Kebijakan ini bertujuan untuk mengarahkan ekspektasi inflasi dan menjaga stabilitas nilai tukar rupiah. Selain itu, BI juga aktif berkolaborasi dengan pemerintah pusat dan daerah dalam pengendalian inflasi, khususnya untuk komoditas pangan.
Kerja sama yang erat antara BI, pemerintah pusat, dan pemerintah daerah melalui TPIP/TPID dan GNPIP terbukti efektif dalam menjaga stabilitas harga dan pasokan komoditas pangan. Upaya ini menunjukkan komitmen bersama untuk menjaga stabilitas ekonomi makro Indonesia.
Ke depan, BI akan terus memantau perkembangan ekonomi global dan domestik untuk mengantisipasi potensi risiko terhadap inflasi. BI juga akan terus melakukan koordinasi dan kolaborasi dengan berbagai pihak untuk memastikan inflasi tetap terkendali sesuai sasaran.
Dengan berbagai upaya yang telah dan akan dilakukan, BI optimis inflasi akan tetap terkendali dalam sasaran yang telah ditetapkan, sehingga stabilitas ekonomi makro Indonesia dapat terjaga dengan baik.