BMKG Imbau Petani Manggarai Barat Manfaatkan Pancaroba untuk Tanam Varietas Tahan Kekeringan
BMKG mengimbau petani di Manggarai Barat, NTT, untuk memanfaatkan masa pancaroba dengan menanam varietas tahan kering guna mengantisipasi musim kemarau yang akan datang.

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memberikan imbauan penting kepada para petani di Kabupaten Manggarai Barat (Mabar), Nusa Tenggara Timur (NTT). Imbauan tersebut terkait dengan masa pancaroba yang sedang berlangsung, di mana petani didorong untuk memanfaatkan periode ini dengan bijak.
Kepala Stasiun Meteorologi Komodo, Maria Seran, menjelaskan bahwa saat ini Mabar memasuki masa peralihan musim. Cuaca yang berubah-ubah, dengan potensi hujan disertai petir dan angin kencang berdurasi singkat, menjadi ciri khas pancaroba. Oleh karena itu, adaptasi pola tanam menjadi sangat penting. "Masyarakat Manggarai Barat khususnya petani diimbau agar dapat menyesuaikan pola tanam dengan memilih varietas tahan kering dan mengoptimalkan penggunaan air, termasuk melalui embung dan sumur resapan," ujar Maria Seran dalam keterangannya di Labuan Bajo, Senin.
Imbauan ini didasari pada prakiraan cuaca terkini. Meskipun hujan masih terjadi di beberapa wilayah Mabar, terutama di bagian utara dan timur, BMKG memprediksi awal musim kemarau di Mabar akan dimulai pada pertengahan April di beberapa wilayah, dan berlanjut hingga akhir April di wilayah lainnya. Puncak musim kemarau diperkirakan akan terjadi pada bulan Agustus. Hal ini perlu diantisipasi oleh para petani agar tidak mengalami gagal panen.
Antisipasi Musim Kemarau di Manggarai Barat
BMKG memberikan beberapa rekomendasi bagi petani di Manggarai Barat untuk menghadapi musim kemarau. Salah satu yang terpenting adalah memilih varietas tanaman yang tahan terhadap kekeringan. Dengan demikian, tanaman tetap dapat tumbuh meskipun ketersediaan air terbatas. Selain itu, optimalisasi penggunaan air melalui embung dan sumur resapan juga sangat penting untuk memastikan ketersediaan air selama musim kemarau.
Tidak hanya itu, BMKG juga menyarankan agar petani memperhatikan teknik pertanian yang tepat guna menghemat penggunaan air. Teknik-teknik seperti penanaman secara bergilir, penggunaan mulsa, dan pengaturan jarak tanam dapat membantu mengurangi penguapan air dan menjaga kelembapan tanah. Dengan menerapkan teknik-teknik ini, diharapkan hasil panen tetap terjaga meskipun musim kemarau telah tiba.
Lebih lanjut, Maria Seran juga menekankan pentingnya pemanfaatan teknologi pertanian modern. Teknologi seperti irigasi tetes dan sistem pengairan yang efisien dapat membantu mengoptimalkan penggunaan air dan meningkatkan produktivitas pertanian. Pemerintah daerah juga didorong untuk memberikan pelatihan dan pendampingan kepada petani agar dapat mengadopsi teknologi tersebut.
Waspada Potensi Bencana Lain
Selain imbauan terkait pertanian, BMKG juga mengingatkan masyarakat Manggarai Barat untuk waspada terhadap potensi bencana lain selama musim kemarau. Kekeringan yang berkepanjangan dapat memicu kebakaran hutan dan lahan, terutama di wilayah perbukitan dan savana. Oleh karena itu, kesiapsiagaan masyarakat dan pemerintah sangat penting untuk mencegah terjadinya kebakaran.
Penurunan kualitas udara dan suhu panas-lembap juga perlu diwaspadai, terutama di wilayah wisata seperti Labuan Bajo. Upaya penghematan energi dan pengelolaan air bersih perlu ditingkatkan melalui distribusi air alternatif dan edukasi pemanfaatan sumber daya air secara efisien. Hal ini penting untuk menjaga keberlanjutan layanan dasar selama musim kemarau.
Prakirawan BMKG Stasiun Meteorologi Kelas II El Tari Kupang, Frengki Arianto Faot, menambahkan bahwa seluruh wilayah NTT telah memasuki masa pancaroba. Meskipun awal musim kemarau telah tiba, masyarakat tetap diimbau untuk waspada terhadap potensi hujan sedang dan angin kencang yang dapat menyebabkan bencana hidrometeorologi.
Secara keseluruhan, imbauan BMKG ini menekankan pentingnya kesiapsiagaan dan adaptasi terhadap perubahan iklim. Dengan menerapkan langkah-langkah yang tepat, diharapkan masyarakat Manggarai Barat dapat menghadapi musim kemarau dengan lebih baik dan meminimalkan dampak negatifnya terhadap pertanian dan kehidupan masyarakat.