BNPB Tebar 26 Ton Garam untuk Kendalikan Hujan Ekstrem
Dalam sepekan, BNPB telah menyebar 26 ton garam untuk modifikasi cuaca guna mengurangi dampak hujan ekstrem di beberapa provinsi di Indonesia, berdasarkan rekomendasi BMKG.
![BNPB Tebar 26 Ton Garam untuk Kendalikan Hujan Ekstrem](https://cdns.klimg.com/mav-prod-resized/0x0/ori/image_bank/2025/02/03/220059.028-bnpb-tebar-26-ton-garam-untuk-kendalikan-hujan-ekstrem-1.jpeg)
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) telah menggunakan 26 ton garam untuk modifikasi cuaca dalam upaya mengurangi dampak hujan ekstrem di empat provinsi selama seminggu terakhir. Langkah ini dilakukan berdasarkan rekomendasi dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG).
Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Abdul Muhari, menjelaskan bahwa penyemaian garam (NaCl) dilakukan karena BMKG mendeteksi potensi hujan ekstrem dan bencana hidrometeorologi, seperti banjir dan tanah longsor, akibat fenomena atmosfer dan bibit siklon aktif antara 20 Januari hingga 2 Februari. Modifikasi cuaca dengan penyemaian garam menjadi intervensi yang diperlukan.
Operasi modifikasi cuaca telah dilakukan di Lampung, Kalimantan Selatan, Kalimantan Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur. Di Lampung, dari tanggal 23-27 Januari, BNPB menggunakan delapan ton garam dan tiga ton kapur tohor (CaO) dalam 11 penerbangan. Banjir yang terjadi di lima kabupaten/kota mengakibatkan dua orang meninggal, lebih dari 2.812 mengungsi, dan kerusakan properti yang signifikan, termasuk ribuan rumah dan hektar sawah yang terendam.
Di Kalimantan Barat dan Kalimantan Selatan, dari tanggal 29-30 Januari, BNPB menggunakan dua hingga tiga ton garam. Banjir sebelumnya, antara 1-25 Januari, telah berdampak pada puluhan ribu jiwa dan ribuan rumah.
Jawa Tengah, pada 29-30 Januari, menggunakan enam ton garam untuk modifikasi cuaca. Sementara di Jawa Timur, dari 31 Januari hingga 2 Februari, disemai tujuh ton garam. Hujan lebat di Jawa Tengah menyebabkan banjir dan tanah longsor, mengakibatkan korban jiwa, luka-luka, dan kerugian infrastruktur di beberapa kabupaten.
Di Jawa Tengah, lebih dari 30 ribu warga terdampak bencana di lima kabupaten, dengan korban jiwa mencapai 22 orang, termasuk seorang balita. Selain itu, ada korban luka-luka dan orang hilang.
Abdul Muhari menambahkan bahwa kelanjutan operasi modifikasi cuaca akan bergantung pada rekomendasi BMKG, mempertimbangkan urgensi dan efektivitas di setiap daerah. Beliau juga menekankan pentingnya penargetan yang tepat, mengingat biaya operasi yang tinggi.