BPOM dan CEPI Siapkan Inovasi Regulasi Hadapi Wabah Global
BPOM dan CEPI berkolaborasi dalam lokakarya untuk mempersiapkan inovasi regulasi guna mempercepat pengembangan dan otorisasi vaksin dalam menghadapi wabah global seperti virus Nipah dan Chikungunya.

Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) dan Coalition for Epidemics Preparedness Innovations (CEPI) menggelar Tabletop Workshop on Nipah/Chikungunya di Jakarta. Lokakarya ini bertujuan untuk berbagi informasi, mendiskusikan tantangan regulasi terkait vaksin virus Nipah dan Chikungunya, serta mempersiapkan inovasi regulasi dalam menghadapi wabah global di masa depan. Kegiatan ini difokuskan pada penggunaan inovasi regulasi untuk mempercepat pengembangan vaksin dan otorisasi regulasi dalam keadaan darurat kesehatan masyarakat.
Kepala BPOM, Taruna Ikrar, menjelaskan bahwa lokakarya tersebut diselenggarakan dalam bentuk simulasi. Simulasi ini bertujuan untuk berbagi hasil rangkuman lokakarya regional dan membahas solusi guna mendukung kesiapsiagaan pandemi. Virus Nipah, menurut Taruna, merupakan patogen zoonosis yang dapat menyebabkan gangguan pernapasan akut dan ensefalitis. Indonesia telah memperkuat pengawasan di titik-titik masuk negara untuk mengurangi risiko penyebaran virus ini, termasuk dengan surat edaran dari Kementerian Kesehatan.
Sementara itu, Chikungunya telah ada di Indonesia sejak 1973. Data Kementerian Kesehatan tahun 2019 mencatat 5.042 kasus, dengan Jawa Barat, Lampung, dan Gorontalo sebagai wilayah dengan kasus tertinggi. Saat ini belum ada pengobatan antivirus atau vaksin khusus untuk Chikungunya di Indonesia. Pengobatannya masih bergantung pada perawatan suportif.
Inovasi Regulasi untuk Respon Cepat terhadap Wabah
Pengalaman pandemi COVID-19 mendorong BPOM untuk menetapkan mekanisme emergency use authorization (EUA) guna mempercepat akses terhadap produk medis. Mekanisme ini terbukti efektif, membuat Indonesia menjadi salah satu negara tercepat dalam mengamankan vaksin COVID-19 dan meluncurkan program vaksinasi nasional. BPOM juga mengadopsi reliance mechanism, sebuah pendekatan yang didukung WHO untuk memanfaatkan hasil penilaian badan regulasi terpercaya dari otoritas lain, sembari tetap mempertahankan keputusan final secara mandiri.
Dengan reliance mechanism, BPOM memastikan produk obat yang aman dapat menjangkau masyarakat Indonesia secara efektif dan efisien. BPOM berkomitmen untuk terus mengembangkan robust regulatory environment sebagai standar tertinggi dalam melindungi kesehatan masyarakat, sekaligus berinovasi dalam pelayanan medis. Program CEPI 100 Days Mission dinilai sejalan dengan visi BPOM untuk meningkatkan kesiapan regulasi dalam menghadapi wabah global.
Direktur dan Kepala Global Urusan Regulasi dan Kualitas CEPI, Adam Hacker, menyatakan bahwa pertemuan tersebut merupakan bagian dari misi CEPI 100 Days Mission. Misi ini bertujuan agar vaksin dapat tersedia untuk otorisasi awal dan diproduksi secara efisien dalam waktu 100 hari sejak terdeteksinya patogen pandemi. Program ini diharapkan memperkuat peran BPOM dalam mendukung percepatan persetujuan vaksin, terutama dalam keadaan darurat kesehatan masyarakat.
Tantangan dan Solusi Regulasi dalam Menghadapi Wabah
Lokakarya ini membahas berbagai tantangan dalam regulasi vaksin, khususnya untuk penyakit seperti virus Nipah dan Chikungunya. Salah satu tantangan utama adalah bagaimana mempercepat proses persetujuan vaksin tanpa mengorbankan keamanan dan efektivitasnya. Diskusi juga mencakup pentingnya kolaborasi internasional dan berbagi informasi untuk mempersiapkan diri menghadapi wabah di masa depan. Para peserta lokakarya juga membahas berbagai strategi inovatif untuk mengatasi hambatan regulasi yang dapat menghambat pengembangan dan distribusi vaksin.
Salah satu solusi yang dibahas adalah penggunaan teknologi digital untuk mempercepat proses review dan persetujuan regulasi. Teknologi ini dapat membantu mempermudah akses informasi dan mempercepat proses pengambilan keputusan. Selain itu, kolaborasi antar lembaga dan negara juga menjadi kunci dalam menghadapi wabah global. Dengan berbagi pengetahuan dan sumber daya, negara-negara dapat lebih efektif dalam mempersiapkan diri dan merespon wabah penyakit.
BPOM dan CEPI berkomitmen untuk terus bekerja sama dalam mengembangkan kerangka regulasi yang lebih efisien dan efektif. Kerangka regulasi ini akan memastikan bahwa vaksin dan produk medis lainnya dapat tersedia dengan cepat dan aman bagi masyarakat saat terjadi wabah penyakit. Kolaborasi ini merupakan langkah penting dalam memperkuat sistem kesehatan global dan melindungi masyarakat dari ancaman penyakit menular.
Kesimpulannya, kolaborasi BPOM dan CEPI dalam mempersiapkan inovasi regulasi merupakan langkah strategis dalam menghadapi ancaman wabah global. Dengan pendekatan yang inovatif dan kolaboratif, diharapkan Indonesia dapat lebih siap dalam menghadapi tantangan kesehatan di masa depan dan memastikan akses masyarakat terhadap vaksin dan pengobatan yang aman dan efektif.