BRIN Ungkap Keunggulan Tumpang Sari untuk Ketahanan Pangan
BRIN mengungkapkan metode tumpang sari sebagai solusi peningkatan hasil panen dan pendapatan petani di lahan kering, khususnya dengan kombinasi tanaman yang tepat dan pengelolaan yang baik.
![BRIN Ungkap Keunggulan Tumpang Sari untuk Ketahanan Pangan](https://cdns.klimg.com/mav-prod-resized/0x0/ori/image_bank/2025/02/11/191620.715-brin-ungkap-keunggulan-tumpang-sari-untuk-ketahanan-pangan-1.jpg)
Jakarta, 11 Februari 2024 - Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) baru-baru ini menyoroti potensi luar biasa dari metode tumpang sari dalam meningkatkan produktivitas pertanian di lahan kering. Runik Dyah Purwanigrahayu, peneliti dari Pusat Riset Tanaman Pangan BRIN, memaparkan temuannya dalam sebuah diskusi daring. Sistem pertanian tumpang sari, yang telah lama dipraktikkan oleh petani lokal, kini mendapat perhatian serius sebagai solusi untuk meningkatkan ketahanan pangan nasional.
Tantangan Lahan Kering dan Solusi Tumpang Sari
Runik menjelaskan bahwa lahan kering, baik di daerah beriklim basah maupun kering, memiliki tantangan unik. Lahan kering beriklim basah seringkali memiliki tingkat keasaman (pH) tanah yang tinggi, sementara lahan kering beriklim kering cenderung menghadapi masalah kekurangan air dan pH yang tinggi pula. Tumpang sari muncul sebagai strategi efektif untuk mengatasi kendala ini. Metode ini melibatkan penanaman dua atau lebih jenis tanaman secara bersamaan dalam satu lahan, bertujuan mengoptimalkan penggunaan sumber daya dan meningkatkan hasil panen.
"Aneka kacang banyak ditumpangsarikan dengan tanaman utama lainnya, seperti tanaman pangan maupun tanaman perkebunan," jelas Runik, menekankan fleksibilitas metode ini.
Penerapan Tumpang Sari di Berbagai Kondisi
Potensi tumpang sari sangat besar, terutama di lahan kering beriklim basah. Runik mencontohkan integrasi aneka kacang dalam perkebunan sawit atau karet di lahan masam. Di lahan kering beriklim kering, kombinasi tanaman seperti ubi kayu dan jagung di bawah tegakan jati atau kayu putih juga menunjukkan hasil yang menjanjikan. Namun, ia mengingatkan pentingnya memperhatikan kompetisi antar tanaman dalam memperebutkan sinar matahari. "Kita perlu memainkan pola tanam yang sesuai agar fotosintesis tetap optimal dalam sistem tumpang sari ini," tambahnya.
Studi Kasus dan Hasil Menjanjikan
Beberapa penelitian yang dilakukan BRIN menunjukkan hasil positif dari penerapan tumpang sari. Kombinasi tebu dan kedelai, misalnya, menghasilkan nilai nisbah kesetaraan lahan (NKL) di atas 1, mengindikasikan keuntungan yang signifikan. Tumpang sari di bawah tegakan jati juga efektif, terutama pada pohon jati yang berumur kurang dari empat tahun. Kombinasi ubi kayu, jagung, dan kedelai di lahan kering beriklim basah juga menunjukkan rasio biaya terhadap keuntungan di atas 1, sehingga direkomendasikan untuk meningkatkan pendapatan petani.
Peningkatan Produktivitas melalui Pendekatan Agronomi
Runik menyoroti pentingnya pendekatan agronomi yang tepat untuk memaksimalkan produktivitas tumpang sari. Hal ini meliputi peningkatan efisiensi penangkapan radiasi matahari, optimasi populasi tanaman, pengaturan pola tanam yang tepat, serta pengelolaan air dan hama penyakit yang baik. Dengan strategi yang tepat, tumpang sari berpotensi besar meningkatkan kesejahteraan petani dan berkontribusi pada ketahanan pangan nasional.
Kesimpulan: Menuju Ketahanan Pangan melalui Tumpang Sari
Kesimpulannya, penelitian BRIN menunjukkan potensi besar metode tumpang sari dalam meningkatkan produktivitas pertanian di lahan kering. Dengan perencanaan dan pengelolaan yang tepat, tumpang sari dapat menjadi solusi berkelanjutan untuk meningkatkan pendapatan petani dan mewujudkan ketahanan pangan nasional, sejalan dengan visi pemerintah.