BSKDN Jajaki Wastewater Based Epidemiology (WBE) untukatasi Stunting di Indonesia
Badan Strategi Kebijakan Dalam Negeri (BSKDN) Kemendagri menjajaki potensi Wastewater Based Epidemiology (WBE) sebagai solusi inovatif untuk menurunkan angka stunting di Indonesia yang masih tinggi, yaitu 21,5 persen pada tahun 2023.

Badan Strategi Kebijakan Dalam Negeri (BSKDN) Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) tengah berupaya mengatasi masalah stunting di Indonesia dengan menjajaki potensi penerapan metode wastewater based epidemiology (WBE). Metode ini diharapkan dapat memberikan solusi efektif terhadap permasalahan stunting yang masih cukup tinggi di Indonesia, khususnya karena sanitasi buruk dan paparan patogen yang memengaruhi kesehatan anak. Inisiatif ini diungkapkan oleh Kepala BSKDN Kemendagri, Yusharto Huntoyungo, dalam keterangannya di Jakarta pada Selasa, 11 Maret 2024.
Berdasarkan Survei Status Gizi Indonesia tahun 2023, angka stunting di Indonesia mencapai 21,5 persen. Angka ini menjadi perhatian serius pemerintah, sehingga dibutuhkan intervensi yang komprehensif dan berbasis bukti untuk mengatasi masalah ini. WBE dinilai sebagai pendekatan inovatif yang dapat memberikan solusi tersebut, dengan pemantauan kesehatan masyarakat melalui analisis air limbah. Metode ini didukung oleh teknologi real time quantitative polymerase chain reaction (RT-qPCR) yang mampu melacak tren penyebaran penyakit dalam suatu komunitas.
Penerapan WBE sebelumnya telah berhasil dilakukan oleh Japan International Cooperation Agency dan Yachiyo Engineering di beberapa wilayah di Bali, yaitu Denpasar, Kuta, Sanur, Tabanan, Bangli, dan Nusa Dua, untuk mendeteksi COVID-19 melalui analisis air limbah. Keberhasilan ini menjadi dasar optimisme bahwa metode serupa dapat diterapkan untuk memantau patogen lain yang terkait dengan penyakit penyebab stunting, seperti E. coli, rotavirus, dan bakteri penyebab diare.
Implementasi WBE dalam Penurunan Stunting
Forum Diskusi Aktual (FDA) bertajuk “Strategi Implementasi WBE dalam Upaya Penurunan Stunting dan Perbaikan Gizi di Indonesia” diselenggarakan di Ruang Command Center BSKDN, Jakarta. Dalam forum tersebut, Yusharto Huntoyungo menekankan pentingnya kolaborasi lintas sektor untuk memperluas penerapan WBE, terutama di daerah dengan angka stunting yang tinggi. Ia juga berharap WBE dapat diintegrasikan ke dalam Strategi Nasional Penurunan Stunting.
Kepala Pusat Strategi Kebijakan Kewilayahan, Kependudukan, dan Pelayanan Publik BSKDN, TR Fahsul Falah, menambahkan bahwa BSKDN dan Yachiyo Engineering akan bekerja sama untuk mempercepat penerapan WBE di daerah. Hal ini menunjukkan komitmen nyata pemerintah untuk memanfaatkan teknologi terkini dalam upaya penurunan angka stunting.
Harapannya, FDA ini tidak hanya menghasilkan rekomendasi teknis, tetapi juga strategi implementasi yang berkelanjutan dan nyata di lapangan. Partisipasi berbagai pihak, termasuk perwakilan dari Jepang dan beberapa universitas di Indonesia, menunjukkan komitmen bersama dalam upaya mengatasi masalah stunting di Indonesia.
Dukungan Teknologi dan Kolaborasi
Penerapan WBE melibatkan teknologi real time quantitative polymerase chain reaction (RT-qPCR) yang memungkinkan pemantauan real-time terhadap patogen penyebab penyakit yang berkontribusi pada stunting. Kehadiran perwakilan dari Japan International Cooperation Agency dan Yachiyo Engineering menunjukkan dukungan teknologi dan keahlian dari luar negeri.
Partisipasi dari berbagai lembaga di Indonesia, seperti Badan Riset dan Inovasi Nasional, Food and Agriculture Organization of the United Nations, dan beberapa universitas terkemuka, menunjukan komitmen kolaborasi antar sektor untuk mengatasi masalah stunting secara komprehensif. Kolaborasi ini diharapkan mampu menghasilkan strategi implementasi yang efektif dan berkelanjutan.
Forum diskusi ini juga dihadiri oleh berbagai pakar dan akademisi dari berbagai latar belakang, menunjukkan komitmen yang kuat untuk mencari solusi terbaik dalam mengatasi masalah stunting di Indonesia. Mereka diharapkan mampu memberikan masukan dan rekomendasi yang berharga untuk pengembangan dan implementasi WBE di Indonesia.
Dengan adanya dukungan teknologi dan kolaborasi antar berbagai pihak, diharapkan penerapan WBE dapat memberikan dampak signifikan dalam upaya penurunan angka stunting di Indonesia. Hal ini sejalan dengan komitmen pemerintah untuk meningkatkan kualitas kesehatan dan gizi masyarakat Indonesia.
Melalui pemantauan rutin dan analisis data dari air limbah, diharapkan dapat diidentifikasi daerah-daerah yang berisiko tinggi terhadap stunting, sehingga intervensi dapat dilakukan secara tepat dan efektif. Hal ini akan membantu pemerintah dalam mengalokasikan sumber daya dan program intervensi secara lebih terarah dan efisien.
Langkah Maju Menuju Indonesia Bebas Stunting
Inisiatif BSKDN dalam menjajaki penerapan WBE merupakan langkah maju yang signifikan dalam upaya penurunan angka stunting di Indonesia. Dengan pendekatan yang inovatif dan kolaborasi yang kuat, diharapkan program ini dapat memberikan kontribusi nyata dalam mewujudkan Indonesia yang bebas dari stunting.
Pemanfaatan teknologi mutakhir seperti RT-qPCR dalam metode WBE diharapkan dapat memberikan data yang akurat dan real-time mengenai penyebaran patogen penyebab stunting. Data ini akan sangat berharga dalam pengambilan keputusan dan perencanaan program intervensi yang tepat sasaran.
Keberhasilan penerapan WBE dalam mendeteksi COVID-19 di Bali menjadi bukti nyata akan efektifitas metode ini. Dengan adaptasi dan pengembangan yang tepat, diharapkan WBE dapat memberikan kontribusi yang sama besarnya dalam upaya pencegahan dan penanggulangan stunting di Indonesia.