Bukan Ubah Kurikulum, Ternyata Ini Tujuan Utama Regulasi Deep Learning Kemendikbudristek!
Menteri Pendidikan Abdul Mu’ti tegaskan Regulasi Deep Learning bukan untuk rombak kurikulum, melainkan optimalkan pembelajaran. Apa saja dampaknya bagi siswa?

Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah, Abdul Mu’ti, memberikan klarifikasi penting mengenai Peraturan Menteri Nomor 13 Tahun 2025. Regulasi ini bukan bertujuan mengubah kurikulum yang sudah ada. Sebaliknya, peraturan ini dirancang untuk mendukung penyesuaian menuju pembelajaran mendalam atau deep learning.
Pernyataan ini disampaikan Mu’ti usai menghadiri Festival Anak Hebat Indonesia di Taman Mini Indonesia Indah pada Selasa lalu. Ia menekankan bahwa regulasi baru ini merupakan kelanjutan dari peraturan sebelumnya. Ini termasuk peraturan tentang standar kompetensi lulusan dan standar isi.
Dengan adanya regulasi ini, pemerintah ingin memastikan materi yang diajarkan lebih esensial. Hal ini dilakukan guna mencegah pengulangan konten yang tidak perlu. Tujuannya adalah menciptakan lingkungan belajar yang lebih efektif dan menyenangkan bagi para siswa.
Peran Regulasi dalam Optimalisasi Pembelajaran
Menteri Abdul Mu’ti menegaskan bahwa Peraturan Menteri Nomor 13 Tahun 2025 tidak akan merombak total kurikulum yang berlaku saat ini. Regulasi ini hanya akan melakukan penyesuaian kecil pada kurikulum. Penyesuaian ini krusial untuk mendukung penerapan konsep deep learning secara lebih optimal di seluruh jenjang pendidikan.
Penyesuaian kurikulum lebih lanjut akan dibutuhkan untuk mengurangi beban belajar siswa. Ini berarti jumlah materi yang dicakup setiap mata pelajaran akan dikurangi. Namun, pengurangan ini tidak akan mengorbankan kualitas pembelajaran yang telah ditetapkan.
"Konten mata pelajaran dikurangi, namun itu tidak berarti kualitasnya menurun," jelas Mu’ti. Pendekatan ini diharapkan dapat membuat pembelajaran lebih fokus. Materi yang dianggap penting oleh siswa akan menjadi prioritas utama.
Fokus pada Esensi dan Kontekstualisasi Materi
Melalui deep learning, Kementerian menargetkan pengajaran yang lebih terpusat pada materi yang dianggap esensial. Hal ini bertujuan untuk menghindari pengulangan konten yang tidak perlu dan meningkatkan efisiensi belajar. Upaya ini merupakan langkah strategis untuk memastikan siswa menerima informasi yang paling relevan.
"Deep learning adalah upaya kami untuk memastikan bahwa materi yang diajarkan minimal namun esensial, untuk mencegah pengulangan yang tidak perlu," kata Mu’ti. Peraturan ini memungkinkan siswa belajar lintas disiplin ilmu. Pelajaran akan dihubungkan dengan aspek dunia nyata yang ditemukan dalam lingkungan sehari-hari mereka.
"Kami ingin apa yang diajarkan kepada siswa benar-benar esensial menggunakan pendekatan integratif, interdisipliner, dan kontekstual yang terhubung dengan situasi kehidupan nyata yang siswa temui di lingkungannya," tambah Menteri. Ini akan membuat pembelajaran lebih relevan dan bermakna.
Menciptakan Lingkungan Belajar yang Menyenangkan
Salah satu harapan utama dari penerapan Peraturan Menteri Nomor 13 Tahun 2025 adalah terciptanya lingkungan belajar yang lebih gembira dan menyenangkan. Menteri Mu’ti berharap bahwa regulasi tentang deep learning ini akan membawa manfaat yang lebih besar bagi siswa. Lingkungan belajar yang positif sangat penting untuk motivasi siswa.
Pembelajaran yang menyenangkan dapat meningkatkan keterlibatan siswa. Ketika siswa merasa senang belajar, mereka cenderung lebih mudah menyerap materi. Hal ini juga dapat menumbuhkan minat belajar jangka panjang.
Dengan fokus pada esensi materi dan pendekatan kontekstual, siswa diharapkan tidak lagi merasa terbebani. Mereka dapat menikmati proses belajar. Ini akan mendorong pemahaman yang lebih mendalam, bukan sekadar hafalan.