Buku 'Mata Harumi': Menggali Kasus HAM Perempuan Masa Lalu
Komnas Perempuan meluncurkan buku kumpulan cerpen 'Mata Harumi' untuk mengingatkan masyarakat akan pelanggaran HAM terhadap perempuan di masa lalu dan mendorong refleksi atas realitas sosial.

Komisi Nasional Anti Kekerasan terhadap Perempuan (Komnas Perempuan) baru-baru ini meluncurkan sebuah buku kumpulan cerpen berjudul 'Mata Harumi'. Buku ini bukan sekadar karya sastra, melainkan sebuah upaya penting untuk mengingatkan masyarakat Indonesia akan kasus-kasus pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) terhadap perempuan yang terjadi di masa lalu. Peluncuran buku ini dilakukan di Jakarta pada tanggal 14 Februari.
Menggali Realitas Sosial Melalui Sastra
Ketua Komnas Perempuan, Andy Yentriyani, menjelaskan bahwa buku 'Mata Harumi' memiliki relevansi tinggi dengan kehidupan saat ini. Meskipun peristiwa kekerasan terjadi bertahun-tahun lalu, dampaknya masih terasa dan perlu diingat. Buku ini berperan penting dalam upaya memorialisasi, yaitu proses mengingat dan menghormati korban pelanggaran HAM. Dengan demikian, 'Mata Harumi' bukan hanya sekadar bacaan, tetapi juga sebuah alat untuk memahami realitas sosial yang kompleks, khususnya pengalaman perempuan dalam menghadapi diskriminasi, kekerasan, dan ketidakadilan.
Kumpulan cerpen ini menyajikan pengalaman perempuan dari berbagai latar belakang. Kisah-kisah tersebut menggambarkan realitas keseharian perempuan yang masih berjuang melawan berbagai bentuk penindasan. Melalui karya sastra, Komnas Perempuan berharap dapat menjangkau lebih banyak orang dan meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya melindungi hak-hak perempuan.
'Mata Harumi': Karya Putu Oka Sukanta
Buku 'Mata Harumi' sendiri merupakan karya dari penulis kenamaan Putu Oka Sukanta. Putu merupakan seorang survivor tragedi 1965/1966, sebuah periode kelam dalam sejarah Indonesia yang ditandai dengan pelanggaran HAM yang sistematis. Pengalaman pribadinya tersebut memberikan perspektif yang mendalam dalam karyanya.
Meskipun pernah mengalami masa-masa sulit, Putu Oka Sukanta tetap konsisten berkarya sebagai seniman. Dedikasi dan kontribusinya di dunia sastra telah diakui secara luas, dibuktikan dengan penghargaan Lifetime Achievement Award dari Ubud Writers and Readers Festival pada tahun 2022. 'Mata Harumi' merupakan karya ke-30 dari penulis berbakat ini, menunjukkan konsistensi dan komitmennya dalam berkarya.
Pentingnya Membaca dan Refleksi
Andy Yentriyani menekankan bahwa 'Mata Harumi' diharapkan tidak hanya dibaca, tetapi juga diresapi dan menjadi bahan pembelajaran. Buku ini dirancang untuk mengasah kepekaan pembaca terhadap isu kekerasan terhadap perempuan dan mendorong mereka untuk mengambil tindakan nyata dalam upaya menghapus kekerasan tersebut. Melalui karya sastra, diharapkan tercipta ruang dialog dan pemahaman yang lebih baik tentang isu-isu krusial ini.
Dengan mengangkat kisah-kisah nyata perempuan yang mengalami kekerasan, buku ini menjadi pengingat akan pentingnya perjuangan untuk kesetaraan gender dan perlindungan hak-hak perempuan. Komnas Perempuan berharap 'Mata Harumi' dapat menjadi salah satu langkah penting dalam upaya pembangunan Indonesia yang lebih adil dan berkeadilan bagi semua warga, terutama perempuan.
Buku ini juga menunjukkan betapa pentingnya peran seni dan sastra dalam menyuarakan isu-isu HAM dan mendorong perubahan sosial. Semoga 'Mata Harumi' dapat membuka wawasan dan menginspirasi banyak orang untuk berkontribusi dalam upaya perlindungan hak-hak perempuan di Indonesia.