Danantara Siap Gelontorkan Rp1,5 Triliun untuk Beli Gula Petani yang Menumpuk, Atasi Krisis Harga!
Danantara Indonesia berkomitmen Rp1,5 triliun untuk membeli gula petani yang tidak terjual. Akankah solusi ini menyelamatkan harga dan pembayaran petani?

Otoritas manajemen investasi nasional, Danantara Indonesia, telah mengumumkan komitmen sebesar Rp1,5 triliun untuk membeli gula petani yang tidak terjual. Dana ini akan disalurkan guna mengatasi tumpukan stok di gudang pabrik gula, khususnya di wilayah Jawa Timur.
Keputusan penting ini muncul setelah koordinasi intensif antara Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia (APTRI) dan Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian. Langkah ini diharapkan menjadi solusi konkret bagi ribuan petani tebu yang menghadapi kesulitan pembayaran.
Menurut Herman Fauzi, Sekretaris APTRI cabang Situbondo, komitmen tersebut akan direalisasikan melalui PT Sinergi Gula Nusantara. Ini merupakan respons terhadap kondisi di mana ribuan ton gula petani menumpuk di Pabrik Gula (PG) Assembagoes, Situbondo, Jawa Timur.
Tumpukan Gula dan Anjloknya Harga
Selama empat minggu terakhir, PG Assembagoes di Situbondo telah mengalami penumpukan gula petani yang signifikan. Sekitar 5.000 ton gula tidak dapat terjual karena harga yang ditawarkan oleh pedagang berada di bawah harga acuan pemerintah.
Herman Fauzi menjelaskan bahwa pedagang hanya bersedia membeli gula dengan harga Rp14.350 atau bahkan Rp14.200 per kilogram. Angka ini jauh di bawah harga minimum yang ditetapkan, yaitu Rp14.500 per kilogram, sehingga pihak pabrik menolak penjualan tersebut.
Kondisi ini menciptakan dilema serius bagi petani, yang bergantung pada penjualan gula untuk kelangsungan hidup mereka. Penolakan harga di bawah acuan adalah upaya untuk melindungi kesejahteraan petani tebu.
Dugaan Penyebab dan Dampak ke Petani
Penurunan harga gula petani ini diduga kuat akibat masuknya gula rafinasi ke pasar konsumsi. Padahal, gula rafinasi seharusnya diperuntukkan bagi kebutuhan industri, bukan untuk konsumsi ritel harian masyarakat.
Fauzi menambahkan bahwa gula rafinasi memiliki karakteristik yang berbeda, termasuk tingkat kemanisan yang tidak setinggi gula biasa, dan umumnya dijual dengan harga lebih murah. Hal ini menciptakan persaingan tidak sehat di pasar.
Mulyono, General Manager PG Assembagoes yang merupakan bagian dari PT Sinergi Gula Nusantara, mengungkapkan dampak langsung dari penumpukan gula ini. Akibatnya, pihak pabrik tidak dapat melakukan pembayaran kepada petani yang tebunya telah diproses.
Peran Danantara dan Mekanisme Pembelian
Komitmen Danantara Indonesia sebesar Rp1,5 triliun ini menjadi angin segar bagi petani tebu. Dana tersebut akan digunakan untuk membeli seluruh gula petani yang saat ini masih tertahan di gudang-gudang pabrik.
Proses pencairan dana akan dilakukan melalui PT Sinergi Gula Nusantara, yang memiliki peran sentral dalam pengelolaan pabrik gula. Mekanisme ini diharapkan mempercepat penyerapan stok gula dan menstabilkan harga di tingkat petani.
Koordinasi antara APTRI, kementerian terkait, dan Danantara menunjukkan sinergi pemerintah dalam mencari solusi atas permasalahan komoditas pertanian. Pembelian ini diharapkan dapat mengembalikan kepercayaan petani dan menjamin keberlanjutan produksi gula nasional.