Serap Gabah Petani, Bulog Bidik Reduksi Impor Beras
Kebijakan Bulog membeli gabah petani seharga Rp6.500 per kg dinilai efektif kurangi impor beras dan tingkatkan pendapatan petani, sekaligus menjaga stabilitas harga.

Jakarta, 12 Maret 2024 - Pemerintah melalui Bulog melakukan penyerapan gabah petani dengan harga Rp6.500 per kg. Langkah ini dinilai positif oleh ekonom untuk mengurangi impor beras dan menstabilkan harga di pasaran. Kebijakan ini memberikan opsi bagi petani yang kesulitan menjual hasil panen dengan harga layak, terutama mereka yang keterbatasan akses informasi pasar dan bergantung pada tengkulak.
Eliza Mardian dari CORE Indonesia menjelaskan bahwa harga pembelian gabah di tingkat petani bervariasi di setiap daerah. Beberapa petani bahkan menjual gabah mereka di bawah Rp6.500 per kg, tergantung daya tawar mereka. Kondisi ini diperparah saat panen raya dimana tengkulak cenderung menekan harga pembelian.
"Dengan adanya kebijakan pembelian Rp6.500 oleh Bulog, setidaknya ini dapat menjadi opsi bagi petani yang memiliki keterbatasan informasi menjual dan ketergantungan tinggi kepada bandar sehingga mereka bisa dapat harga di atas biaya produksinya," jelas Eliza dalam keterangan resminya. Ia menambahkan bahwa impor beras selama ini bertujuan untuk memenuhi cadangan pangan pemerintah. Dengan adanya kebijakan penyerapan gabah petani, diharapkan Indonesia dapat mengurangi ketergantungan pada impor beras secara bertahap.
Kebijakan Bulog: Solusi bagi Petani dan Stabilitas Pangan
Kebijakan Bulog membeli gabah petani seharga Rp6.500 per kilogram diharapkan dapat memberikan kepastian harga dan pasar bagi petani. Hal ini penting untuk melindungi petani dari praktik-praktik tidak adil yang dilakukan oleh tengkulak yang kerap membeli gabah dengan harga di bawah harga pokok produksi (HPP).
Meskipun margin keuntungan yang diperoleh Bulog relatif tipis, langkah ini dinilai tidak merugikan petani dan bahkan memberikan perlindungan harga. Di beberapa daerah, harga pembelian gabah bahkan di atas Rp6.500 per kg. Perbedaan harga ini mencerminkan kondisi tata niaga pangan yang berbeda-beda di setiap daerah.
Untuk memastikan efektivitas kebijakan ini, Bulog dan Kementerian Pertanian perlu berkolaborasi untuk memetakan daerah-daerah yang masih memiliki harga gabah rendah. Dengan demikian, Bulog dapat melakukan penyerapan gabah secara tepat sasaran dan menjangkau petani yang membutuhkan bantuan.
Kerjasama Antar Kementerian dan Bulog: Kunci Sukses Program
"Pembelian oleh Bulog ini bisa memberikan kepastian pasar bagi para petani, maka dari itu perlu kerjasama antara Bulog, Kementan untuk menentukan titik titik mana yang harga gabahnya rendah, disitu bulog serap gabah, jemput bola," tegas Eliza. Kerjasama yang solid antara Bulog dan Kementerian Pertanian sangat krusial untuk memastikan keberhasilan program ini.
Sebelumnya, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyampaikan bahwa Presiden Joko Widodo telah menginstruksikan ketersediaan pangan yang cukup menjelang Idul Fitri. Sebagai tindak lanjut, Kementerian Keuangan telah menerbitkan PMK No.19/2025 yang menunjuk Bulog sebagai pengelola Cadangan Beras Pemerintah (CBP).
Pemerintah telah mengalokasikan dana sebesar Rp16,6 triliun dari APBN untuk mendukung Bulog dalam membeli beras/gabah dari petani dalam negeri dan menjaga stabilitas CBP. Alokasi dana ini menunjukkan komitmen pemerintah untuk mendukung petani dan ketahanan pangan nasional.
Dengan adanya kebijakan ini, diharapkan Indonesia dapat mengurangi ketergantungan impor beras dan meningkatkan kesejahteraan petani. Kolaborasi yang efektif antara Bulog dan Kementerian Pertanian menjadi kunci keberhasilan program ini dalam jangka panjang. Langkah ini juga menunjukkan komitmen pemerintah dalam menjaga stabilitas harga dan ketersediaan beras di pasaran.