Edukasi Konsumsi Sehat di Bulan Puasa Cegah Penyakit Tidak Menular
Pemerintah gencar mengedukasi masyarakat untuk mengontrol asupan makanan selama Ramadhan guna mencegah penyakit tidak menular (PTM) akibat konsumsi gula, garam, dan lemak (GGL) berlebih.

Jakarta, 19 Februari 2024 - Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK) menekankan pentingnya edukasi publik untuk mengontrol asupan nutrisi selama bulan Ramadhan. Hal ini dilakukan untuk mencegah peningkatan risiko penyakit tidak menular (PTM) yang kerap dipicu oleh pola makan tidak sehat selama bulan puasa.
Deputi Bidang Koordinasi Peningkatan Kualitas Kesehatan Kemenko PMK, Sukadiono, menyampaikan hal tersebut dalam menanggapi pertanyaan media terkait persiapan Ramadhan. Beliau menjelaskan bahwa bulan Ramadhan identik dengan meningkatnya konsumsi makanan tinggi gula, garam, dan lemak (GGL). Sukadiono menambahkan, "Ini yang tentu kita tidak bisa cegah sepenuhnya, tetapi kita harus memberikan edukasi. Ramadhan ini bulan penuh berkah, prinsipnya adalah 'kulû wasyrabû wa lâ tusrifû', makan dan minumlah tetapi jangan berlebihan."
Konsumsi GGL berlebih terbukti menjadi kontributor utama berbagai PTM seperti diabetes, hipertensi, dan penyakit jantung. Dengan edukasi dan kebijakan tepat, risiko penyakit dan kematian akibat PTM dapat ditekan. Sukadiono memaparkan studi di Finlandia yang menunjukkan pengurangan konsumsi garam 30 persen menurunkan angka kematian akibat stroke dan penyakit jantung hingga 75 persen dalam 30 tahun. Begitu pula dengan regulasi pajak minuman manis di Meksiko yang berhasil mengurangi konsumsi minuman manis sebesar 7,5 persen dalam setahun, berdampak positif pada kasus obesitas dan diabetes.
Bahaya Konsumsi GGL Berlebih
Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 menunjukkan peningkatan prevalensi hipertensi menjadi 34,1 persen, dikaitkan dengan konsumsi garam berlebih. Sukadiono menambahkan, "Secara global, konsumsi natrium rata-rata mencapai 4,3 gram per hari. Di Indonesia, konsumsi garam mencapai 11 gram per hari, lebih dari dua kali lipat rekomendasi WHO. Setiap tahun sekitar 130 ribu orang Indonesia meninggal akibat konsumsi natrium berlebihan."
Pengendalian PTM dan konsumsi GGL menjadi fokus utama dalam Rancangan Teknokratik Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPCPN) tahun 2045. Hal ini sejalan dengan komitmen pemerintah meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat melalui peningkatan pola konsumsi pangan sehat dan aktivitas fisik, seperti yang tertuang dalam UU Kesehatan Nomor 17 Tahun 2023 dan transformasi kesehatan.
Ketua Asosiasi Dinas Kesehatan Seluruh Indonesia (ADINKES), Muhammad Subuh, menambahkan bahwa kebiasaan mengurangi konsumsi GGL dapat dimulai dari keluarga. Ia mencontohkan kebiasaan di keluarganya, garam diletakkan di meja makan, bukan di dapur, sehingga penggunaannya lebih terkontrol. Iklan-iklan yang membangun kesadaran masyarakat juga berperan penting dalam mengurangi konsumsi GGL berlebih.
Upaya edukasi publik mengenai pentingnya mengontrol asupan makanan selama bulan Ramadhan sangatlah penting. Dengan memahami bahaya konsumsi GGL berlebih dan menerapkan pola makan sehat, masyarakat dapat menjalankan ibadah puasa dengan lebih sehat dan mengurangi risiko terkena PTM. Pemerintah terus berupaya untuk meningkatkan kesadaran masyarakat melalui berbagai program dan kampanye kesehatan.