Ekonom CORE: Jaga Harga Pangan untuk Stabilitas Inflasi
Direktur Eksekutif CORE, Mohammad Faisal, menekankan pentingnya menjaga harga pangan guna mencegah kenaikan inflasi dan melindungi daya beli masyarakat di tengah ketidakpastian ekonomi global.

Jakarta, 2 Mei 2025 - Direktur Eksekutif Center of Reform on Economic (CORE), Mohammad Faisal, menyoroti pentingnya menjaga kestabilan harga komoditas pangan guna mencegah lonjakan inflasi di Indonesia. Pernyataan ini disampaikan dalam wawancara dengan Antara di Jakarta, Jumat lalu. Faisal menjelaskan bahwa kenaikan harga pangan berdampak langsung pada daya beli masyarakat, yang pada gilirannya mempengaruhi permintaan (demand).
Faisal menambahkan, "Produksi pangan, dalam tekanan daya beli seperti sekarang justru menjadi penting untuk dijaga tingkat harganya, karena kalau sampai melambung justru itu akan semakin memukul daya beli lebih jauh lagi." Ia menekankan perlunya perhatian serius terhadap sisi permintaan, mengingat daya beli masyarakat masih tertekan akibat ketidakpastian ekonomi global. Namun, ia juga mengingatkan pentingnya memperhatikan sisi produksi (supply) untuk menjaga stabilitas inflasi secara menyeluruh.
Selain isu pangan, Faisal juga menyoroti peningkatan permintaan emas yang diiringi kenaikan harga yang signifikan. Menurutnya, fenomena ini merupakan dampak dari ekspektasi dan efek psikologis terkait ketidakpastian ekonomi global. Pemerintah, kata Faisal, perlu berupaya keras memperbaiki kondisi ekonomi untuk mengembalikan kepercayaan masyarakat dan harapan akan perbaikan ekonomi di masa depan. "Ini juga satu poin yang lain yang perlu diatasi oleh pemerintah, bagaimana kemudian bekerja keras untuk memperbaiki kondisi yang ada, sehingga memberikan harapan bagi masyarakat bahwa kondisi ekonomi akan membaik ke depan," jelasnya.
Menjaga Stabilitas Inflasi di Tengah Tantangan Ekonomi
Faisal menjelaskan bahwa inflasi harga bergejolak (volatile food) relatif rendah pada April 2025, meskipun bertepatan dengan bulan Ramadhan dan libur Idul Fitri. Ia menilai inflasi April 2025 lebih dipengaruhi oleh harga yang diatur pemerintah (administered prices), terutama tarif transportasi yang meningkat selama periode mudik Lebaran. "Makanya komponen tarif kendaraan atau tarif transportasi yang kaitannya dengan mudik Lebaran itu masih relatif tinggi, dan kalau kita melihat itu menyumbang inflasi pada harga yang diatur oleh pemerintah," ungkap Faisal.
Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan inflasi sebesar 1,17 persen month-to-month (mtm) pada April 2025. Kelompok perumahan, air, listrik, dan bahan bakar mengalami inflasi tertinggi sebesar 6,6 persen, berkontribusi 0,98 persen terhadap inflasi keseluruhan. Komoditas lain yang mengalami kenaikan harga antara lain emas perhiasan (0,16 persen), bawang merah (0,06 persen), cabai merah (0,04 persen), dan tomat (0,03 persen).
Sebaliknya, beberapa komoditas mengalami penurunan harga, seperti cabai rawit (deflasi 0,08 persen), daging ayam ras (deflasi 0,06 persen), dan telur ayam ras (deflasi 0,04 persen).
Peran Pemerintah dalam Menjaga Stabilitas Harga
Kesimpulannya, menjaga stabilitas harga pangan menjadi kunci utama dalam menjaga stabilitas inflasi di Indonesia. Hal ini penting untuk melindungi daya beli masyarakat dan mencegah dampak negatif dari ketidakpastian ekonomi global. Pemerintah perlu mengambil langkah-langkah strategis baik dari sisi produksi maupun permintaan untuk memastikan harga pangan tetap terkendali. Selain itu, upaya untuk meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap kondisi ekonomi juga sangat krusial.
Pemerintah juga perlu memperhatikan faktor-faktor lain yang berkontribusi terhadap inflasi, seperti harga yang diatur pemerintah, terutama dalam sektor transportasi. Dengan mengelola faktor-faktor ini dengan baik, pemerintah dapat berkontribusi dalam menjaga stabilitas ekonomi makro dan kesejahteraan masyarakat.