Ekspor-Impor Jabar Turun di Awal 2025, Surplus Neraca Perdagangan Tetap Terjaga
Aktivitas perdagangan Jawa Barat mengalami penurunan pada Januari 2025, baik ekspor maupun impor, meskipun neraca perdagangan masih surplus.

Bandung, 03/03 (ANTARA) - Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Jawa Barat melaporkan penurunan aktivitas perdagangan Jawa Barat (ekspor dan impor) pada Januari 2025. Penurunan ini terjadi baik pada sektor ekspor maupun impor, memberikan gambaran awal ekonomi Jawa Barat di tahun 2025.
Secara spesifik, ekspor Jawa Barat pada Januari 2025 tercatat sebesar 3,02 miliar dolar AS, mengalami penurunan 3,93 persen dibandingkan Desember 2024. Sementara itu, impor Jawa Barat pada bulan yang sama mencapai 1,08 miliar dolar AS, turun 7,88 persen dibandingkan bulan sebelumnya. Kepala BPS Provinsi Jawa Barat, Darwis Sitorus, memaparkan penurunan tersebut di Bandung, Senin.
Penurunan ekspor terbesar terjadi pada beberapa komoditas utama, antara lain kendaraan dan bagiannya, mesin dan perlengkapan elektrik, serta serat stafel buatan. Di sisi impor, penurunan signifikan terlihat pada kendaraan dan bagiannya, filamen buatan, dan kain rajutan. Meskipun demikian, neraca perdagangan Jawa Barat masih menunjukkan surplus.
Analisis Data Perdagangan Jawa Barat Januari 2025
Meskipun mengalami penurunan, neraca perdagangan Jawa Barat pada Januari 2025 masih tercatat surplus sebesar 1,94 miliar dolar AS. Namun, angka ini lebih rendah dibandingkan surplus pada Desember 2024 yang mencapai 1,98 miliar dolar AS. Hal ini menunjukkan adanya perlambatan pertumbuhan ekonomi Jawa Barat di awal tahun 2025.
Dari sisi sektoral, kontribusi terbesar terhadap ekspor Jawa Barat masih berasal dari sektor industri, yaitu sebesar 98,58 persen. Sektor pertanian berkontribusi 0,82 persen, migas 0,59 persen, dan tambang hanya 0,01 persen. Sementara itu, impor Jawa Barat didominasi oleh bahan baku/penolong (81,92 persen), barang modal (10,44 persen), dan barang konsumsi (7,64 persen).
Data neraca perdagangan menurut negara menunjukkan surplus pada beberapa negara mitra dagang Jawa Barat. Amerika Serikat menjadi negara dengan surplus terbesar, mencapai 452,05 juta dolar AS, diikuti Filipina (256,60 juta dolar AS), Thailand (194,28 juta dolar AS), dan Jepang (138,46 juta dolar AS). Sebaliknya, Jawa Barat mengalami defisit perdagangan dengan Taiwan (-25,34 juta dolar AS) dan China (-210,97 juta dolar AS).
Implikasi dan Prospek Perdagangan Jawa Barat
Penurunan ekspor-impor Jawa Barat pada Januari 2025 perlu menjadi perhatian bagi pemerintah daerah. Analisis lebih lanjut diperlukan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang menyebabkan penurunan tersebut dan merumuskan strategi untuk meningkatkan daya saing produk ekspor Jawa Barat. Pemerintah perlu memperhatikan perkembangan ekonomi global dan mengantisipasi potensi tantangan yang mungkin terjadi.
Penting juga untuk terus memantau perkembangan neraca perdagangan Jawa Barat dan melakukan diversifikasi pasar ekspor untuk mengurangi ketergantungan pada negara-negara tertentu. Upaya peningkatan kualitas produk dan inovasi teknologi juga perlu digalakkan untuk meningkatkan daya saing produk ekspor Jawa Barat di pasar internasional.
Secara keseluruhan, meskipun neraca perdagangan Jawa Barat masih surplus, penurunan ekspor-impor pada Januari 2025 menjadi sinyal penting yang perlu direspon dengan langkah-langkah strategis untuk menjaga pertumbuhan ekonomi Jawa Barat tetap stabil dan berkelanjutan.
Data yang dirilis BPS Jawa Barat ini memberikan gambaran awal kondisi ekonomi Jawa Barat di tahun 2025. Pemerintah dan pelaku usaha perlu mencermati data ini untuk mengambil langkah-langkah yang tepat dalam menghadapi tantangan dan peluang di masa mendatang. Pemantauan dan evaluasi berkala terhadap kinerja ekspor-impor sangat penting untuk memastikan stabilitas ekonomi Jawa Barat.