Fadli Zon Apresiasi Peran Pesantren Jaga Kearifan Lokal
Menteri Kebudayaan Fadli Zon memuji peran Pondok Pesantren Dzikir Al-Fath Sukabumi dalam melestarikan budaya lokal, termasuk Bola Leungeun Seuneu, dan berharap pesantren lain mengikuti jejaknya.

Sukabumi, Jawa Barat, 29 Januari 2024 - Menteri Kebudayaan, Fadli Zon, memberikan apresiasi tinggi terhadap peran pondok pesantren (ponpes) dalam menjaga kelestarian budaya lokal. Hal ini disampaikannya saat kunjungan kerja ke Pondok Pesantren Dzikir Al-Fath, Sukabumi, Jawa Barat. Beliau menekankan pentingnya peran pesantren tidak hanya dalam pendidikan agama, tetapi juga sebagai benteng pelestarian budaya daerah.
Fadli Zon menilai Ponpes Dzikir Al-Fath sebagai contoh inspiratif. Pesantren ini aktif melestarikan berbagai kearifan lokal, salah satunya Bola Leungeun Seuneu (Boles) atau bola tangan api, yang telah ditetapkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) oleh Pemerintah Provinsi Jawa Barat. Keberhasilan ini diharapkan dapat memotivasi pesantren lain di seluruh Indonesia untuk turut serta menjaga dan mengembangkan budaya lokal masing-masing.
Ancaman terhadap budaya lokal akibat pengaruh budaya asing menjadi perhatian serius. Fadli Zon melihat peran pesantren sangat krusial dalam menghadapi tantangan ini. Dengan melibatkan diri dalam pelestarian budaya, pesantren turut serta memperkuat identitas nasional dan menghindarkan generasi muda dari pengaruh negatif budaya asing yang dapat mengikis jati diri bangsa.
Selain Boles, Ponpes Dzikir Al-Fath juga memiliki Museum Prabu Siliwangi yang menyimpan berbagai artefak bersejarah dari Kerajaan Sunda. Keberadaan museum ini dinilai Fadli Zon sangat penting sebagai wahana edukasi bagi generasi muda untuk mengenali kekayaan budaya Indonesia dan membangkitkan rasa bangga terhadap warisan leluhur.
Fadli Zon menekankan bahwa pelestarian budaya bukan hanya tanggung jawab pemerintah, tetapi juga seluruh elemen masyarakat. Ponpes Dzikir Al-Fath menjadi bukti nyata peran pesantren dalam menjaga, melestarikan, mengembangkan, dan mensosialisasikan warisan budaya tak benda. Hal ini sejalan dengan upaya pemerintah dalam melindungi dan memperkenalkan budaya Indonesia di kancah internasional.
Ia berharap agar semakin banyak pesantren yang tergerak untuk melakukan hal serupa. Dengan begitu, kearifan lokal akan tetap lestari dan menjadi bagian integral dari kehidupan masyarakat Indonesia. Inisiatif seperti yang dilakukan Ponpes Dzikir Al-Fath perlu didukung dan direplikasi agar budaya lokal tetap hidup dan diwariskan kepada generasi mendatang.
Kesimpulannya, kunjungan Fadli Zon ke Ponpes Dzikir Al-Fath di Sukabumi tidak hanya sebagai kunjungan kerja biasa. Kunjungan ini menyoroti peran strategis pesantren dalam menjaga kearifan lokal dan menjadi contoh nyata bagaimana lembaga pendidikan keagamaan dapat berperan aktif dalam pelestarian budaya bangsa. Hal ini menjadi bukti bahwa pengembangan pendidikan dan pelestarian budaya dapat berjalan beriringan.