Fadli Zon Luncurkan Buku "Buitenzorg pada Sekeping Kartu Pos", Ungkap Sejarah Bogor Tempo Kolonial
Menteri Kebudayaan Fadli Zon meluncurkan buku "Buitenzorg pada Sekeping Kartu Pos", yang menampilkan sejarah Bogor masa kolonial melalui koleksi kartu pos.

Menteri Kebudayaan Republik Indonesia, Fadli Zon, meluncurkan buku terbaru berjudul "Buitenzorg pada Sekeping Kartu Pos" di Museum Balai Kirti Galeri Kebangsaan, Kompleks Istana Kepresidenan, Kota Bogor, Jawa Barat, Kamis (13/3). Peluncuran buku ini bertepatan dengan pameran kartu pos yang menampilkan sejarah perkembangan Kota Bogor, khususnya pada masa kolonial Hindia Belanda. Buku ini ditulis bersama Sekjen Perkumpulan Filatelis Indonesia (PFI), Mahpudi Sulaiman.
Buku "Buitenzorg pada Sekeping Kartu Pos" menawarkan sebuah jendela waktu ke masa lalu, menggambarkan kehidupan dan perkembangan Kota Bogor melalui lensa kartu pos-kartu pos kuno. Lebih dari sekedar koleksi gambar, buku ini menjadi media untuk memahami konteks sejarah, sosial, dan budaya Bogor pada periode 1890-1930. Peluncuran buku ini juga menandai upaya untuk memperkenalkan sejarah kepada generasi muda melalui media yang menarik dan tidak konvensional.
Fadli Zon menjelaskan bahwa buku ini bertujuan untuk mengungkapkan sejarah perkembangan Bogor, khususnya selama masa kolonialisme. Ia menekankan pentingnya kartu pos sebagai alat komunikasi di masa lalu yang kini menjadi media edukasi yang menarik. Buku ini menampilkan 179 kartu pos bergambar Hindia Belanda, memberikan gambaran rinci tentang berbagai aspek kehidupan di Bogor, mulai dari pemandangan alam hingga kehidupan sosial masyarakatnya.
Menyingkap Sejarah Bogor Melalui Kartu Pos
Buku "Buitenzorg pada Sekeping Kartu Pos" bukan sekadar kumpulan gambar, melainkan sebuah narasi visual yang kaya akan informasi. Melalui kartu pos-kartu pos yang dipilih, pembaca diajak untuk menjelajahi berbagai aspek kehidupan di Bogor masa lalu. Pemandangan alam yang indah, seperti Gunung Salak dan Kebun Raya Bogor, terabadikan dengan detail yang memukau. Selain itu, buku ini juga menampilkan gambar-gambar yang menggambarkan kehidupan sosial masyarakat Bogor pada masa itu, termasuk aktivitas sehari-hari dan bangunan-bangunan bersejarah.
Fadli Zon menjelaskan bahwa kartu pos-kartu pos tersebut memotret berbagai perkembangan wilayah geografis, sosiokultural, pemandangan alam, hingga taman-taman di Bogor. Koleksi kartu pos ini memberikan gambaran yang komprehensif tentang perkembangan kota Bogor dari waktu ke waktu. Buku ini juga menyoroti peran kartu pos sebagai alat komunikasi di masa lalu, yang digunakan untuk berbagi kenangan dan informasi kepada orang-orang terkasih.
Mahpudi Sulaiman, Sekjen PFI, menambahkan bahwa filateli, khususnya koleksi kartu pos, bukan hanya sekadar hobi, melainkan juga alat edukasi yang efektif. Ia menekankan potensi filateli dalam memperkenalkan sejarah kepada generasi muda dengan cara yang lebih menarik dan interaktif. Menurutnya, kartu pos dapat menjadi media pembelajaran sejarah yang efektif, terutama bagi siswa.
Filateli: Jembatan Komunikasi Lintas Zaman
Mahpudi Sulaiman juga menyinggung aspek menarik lainnya dari filateli, yaitu sebagai cikal bakal media sosial. Kartu pos, pada masanya, berfungsi sebagai alat komunikasi cepat untuk berbagi kabar singkat dengan keluarga dan teman, mirip dengan fungsi media sosial saat ini. Hal ini menunjukkan bahwa filateli memiliki relevansi dengan perkembangan teknologi komunikasi modern.
Menurutnya, filateli adalah alat komunikasi lintas zaman. Dengan mempelajari sejarah filateli, kita dapat memahami bagaimana masyarakat berkomunikasi dan menyebarkan informasi di masa lalu. Buku "Buitenzorg pada Sekeping Kartu Pos" menjadi bukti nyata bagaimana benda-benda filateli dapat memberikan wawasan berharga tentang sejarah dan budaya suatu daerah.
Peluncuran buku ini mendapat apresiasi dari berbagai pihak. Fadli Zon menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah mendukung terselenggaranya peluncuran buku dan pameran kartu pos tersebut. Buku "Buitenzorg pada Sekeping Kartu Pos" diharapkan dapat menjadi sumber informasi dan edukasi yang berharga bagi masyarakat, khususnya generasi muda, dalam memahami sejarah Kota Bogor.
Buku ini menjadi bukti bahwa sejarah dapat diakses dan dipelajari melalui berbagai media, termasuk benda-benda filateli seperti kartu pos. Dengan demikian, buku ini bukan hanya sekadar koleksi gambar, melainkan juga sebuah karya yang bermakna dan edukatif.