Menbud: Lestarikan Budaya Indonesia Lewat Kartu Pos Bersejarah
Menteri Kebudayaan meluncurkan buku "Kartu Pos dari Buitenzorg", sebuah upaya pelestarian budaya dan sejarah Indonesia melalui benda pos bersejarah yang juga berfungsi sebagai jembatan diplomasi antar bangsa.

Jakarta, 14 Maret (ANTARA) - Menteri Kebudayaan, Fadli Zon, menekankan pentingnya pelestarian benda-benda pos, seperti perangko dan kartu pos, sebagai bagian tak terpisahkan dari sejarah dan identitas bangsa Indonesia. Salah satu upaya nyata yang dilakukan adalah peluncuran buku "Kartu Pos dari Buitenzorg" oleh Kementerian Kebudayaan dan Pusat Perkumpulan Filatelis. Buku ini bukan hanya sekadar kumpulan gambar, tetapi juga menjadi jembatan untuk memahami perjalanan sejarah dan budaya Indonesia.
Peluncuran buku ini sejalan dengan misi Kementerian Kebudayaan untuk melestarikan warisan budaya dan memperkenalkannya kepada generasi mendatang. "Ini merupakan upaya yang sejalan dengan misi Kementerian Kebudayaan untuk melestarikan warisan budaya dan mengenalkannya pada generasi mendatang," ujar Menbud, seperti dikutip dalam keterangan resmi di Jakarta, Jumat. Buku ini diharapkan dapat memberikan wawasan baru tentang sejarah dan budaya Indonesia, khususnya bagi generasi muda.
Kartu pos dan benda-benda filateli lainnya, menurut Menbud, merupakan bagian penting dari material kultur yang akan semakin dihargai di masa mendatang. Nilai historis dan estetisnya menjadikan benda-benda ini sebagai sumber informasi berharga tentang kehidupan di masa lalu. Dengan melestarikannya, kita turut menjaga warisan budaya bangsa untuk generasi mendatang.
Menjelajahi Sejarah Bogor Melalui Kartu Pos
Buku "Kartu Pos Bergambar Buitenzorg", yang ditulis oleh Fadli Zon bersama Mahpudi, menawarkan perjalanan unik ke Kota Bogor pada masa kolonial Belanda. Melalui kartu pos-kartu pos bersejarah, buku ini menggambarkan kehidupan masyarakat dan perkembangan kota Bogor antara tahun 1890 hingga 1930. Koleksi kartu pos yang luar biasa ini memberikan gambaran visual yang kaya tentang kehidupan di masa lalu.
Total 179 koleksi kartu pos menghiasi halaman-halaman buku setebal 166 halaman ini. Ikon-ikon kota Bogor seperti Istana Bogor dan Kebun Raya Bogor terpampang jelas, menunjukkan keindahan dan kemegahan kota tersebut pada masa kolonial. Selain itu, kartu pos juga menggambarkan kehidupan masyarakat pada masa itu, memberikan gambaran yang komprehensif tentang kehidupan sosial dan budaya.
Buku ini tidak hanya sekadar menyajikan gambar-gambar bersejarah, tetapi juga mengajak pembaca untuk merenungkan bagaimana kota dan masyarakat berkembang dari waktu ke waktu. Proses perubahan dan perkembangan tersebut dapat ditelusuri melalui gambar-gambar yang disajikan dalam buku ini. Ini menjadikannya sebuah sumber belajar yang berharga bagi siapa pun yang tertarik dengan sejarah Indonesia.
Lebih dari itu, buku ini telah meraih penghargaan medali emas dalam Pameran Filateli Nasional (Panfila) 2025, sebuah bukti pengakuan atas nilai sejarah dan kualitas buku ini. Penghargaan ini semakin menegaskan pentingnya pelestarian benda-benda pos sebagai bagian dari warisan budaya bangsa.
Kartu Pos: Jembatan Diplomasi Budaya
Fadli Zon juga melihat perangko dan kartu pos sebagai alat diplomasi budaya yang efektif. "Perangko dan kartu pos bukan saja sebagai alat komunikasi namun menjadi medium penting di dalam diplomasi budaya, memotret segala peristiwa sejarah, kekayaan alam, seni dan tradisi Indonesia ke seluruh dunia. Kartu pos ini dikirim ke berbagai negara dan daerah," ujarnya. Hal ini menunjukkan bahwa benda-benda pos memiliki peran penting dalam memperkenalkan Indonesia kepada dunia internasional.
Dengan demikian, peluncuran buku "Kartu Pos dari Buitenzorg" bukan hanya sebuah langkah pelestarian budaya, tetapi juga upaya untuk memperkuat diplomasi budaya Indonesia. Buku ini menjadi bukti nyata bagaimana benda-benda pos dapat menjadi media yang efektif untuk memperkenalkan kekayaan sejarah, budaya, dan alam Indonesia kepada dunia.
Melalui buku ini, kita dapat lebih memahami bagaimana benda-benda pos, khususnya kartu pos, dapat menjadi jendela untuk melihat masa lalu dan memahami perkembangan sejarah dan budaya Indonesia. Upaya pelestarian ini patut diapresiasi dan diharapkan dapat menginspirasi upaya serupa dalam pelestarian warisan budaya lainnya.
Buku ini memberikan kontribusi yang signifikan dalam upaya pelestarian warisan budaya Indonesia dan memperkaya khazanah pengetahuan sejarah bagi generasi mendatang. Semoga upaya ini dapat terus berlanjut dan semakin banyak warisan budaya Indonesia yang dapat dilestarikan.