Fakta! Biaya Logistik RI Lebih Tinggi dari Tetangga, ALFI Institute Dorong 5 Kunci Reformasi Logistik Nasional
ALFI Institute merekomendasikan lima kebijakan prioritas untuk Reformasi Logistik Nasional. Langkah ini krusial untuk menekan biaya logistik dan meningkatkan daya saing Indonesia.

Jakarta – Asosiasi Logistik dan Forwarder Indonesia (ALFI) Institute, melalui ketuanya Yukki Nugrahawan, mendorong pemerintah untuk bersinergi dengan pelaku usaha. Sinergi ini bertujuan melakukan Reformasi Logistik Nasional dengan memprioritaskan lima kebijakan utama. Langkah strategis ini diharapkan dapat secara signifikan meningkatkan daya saing ekonomi bangsa di kancah global.
Reformasi ini menjadi krusial mengingat tingginya biaya logistik di Indonesia dibandingkan negara-negara tetangga. Meskipun telah terjadi penurunan, biaya logistik nasional masih memerlukan perhatian serius. ALFI Institute menilai bahwa implementasi komprehensif dari kelima rekomendasi ini akan menjadi kunci keberhasilan.
Rekomendasi kebijakan ini disampaikan dalam upaya menekan biaya logistik yang masih tergolong tinggi. Penekanan biaya ini diharapkan dapat mendorong peningkatan daya saing produk dan jasa Indonesia. Reformasi ini juga bertujuan menciptakan ekosistem logistik yang lebih efisien dan terintegrasi di seluruh wilayah.
Lima Prioritas Kebijakan untuk Efisiensi Logistik
ALFI Institute mengidentifikasi lima fokus kebijakan yang harus menjadi prioritas dalam Reformasi Logistik Nasional. Pertama, peningkatan ketersediaan infrastruktur logistik yang mencakup darat, laut, dan udara. Infrastruktur yang memadai adalah fondasi utama untuk kelancaran arus barang dan jasa.
Kedua, peningkatan tata kelola fiskal dan tata niaga logistik agar lebih mudah, efisien, dan optimal. Kebijakan ini akan meminimalkan hambatan birokrasi dan biaya tersembunyi yang seringkali membebani pelaku usaha. Ketiga, harmonisasi regulasi serta proses birokrasi yang mudah dan tidak berbelit. Regulasi yang seragam dan sederhana akan menciptakan kepastian hukum dan mempercepat proses logistik.
Keempat, mendorong revitalisasi armada angkutan untuk meningkatkan performa operasional logistik. Armada yang modern dan efisien akan mengurangi waktu tempuh dan biaya operasional. Kelima, peningkatan kapasitas pelaku usaha logistik, rantai pasok, serta sumber daya manusia (SDM) di sektor logistik, khususnya dalam digitalisasi dan manajemen sistem logistik darat, laut, dan udara. Peningkatan kapasitas SDM dan adopsi teknologi digital sangat penting untuk menghadapi tantangan logistik modern.
Tantangan Biaya Logistik Nasional dan Solusi Integrasi
Meskipun biaya logistik nasional per PDB telah menunjukkan tren penurunan dari 26 persen pada tahun 2014 menjadi 14,3 persen pada tahun 2024, angka ini masih tergolong tinggi. Perbandingan dengan negara kawasan Asia Tenggara seperti Vietnam, Malaysia, dan Singapura menunjukkan bahwa Indonesia masih perlu berbenah. Tingginya biaya logistik ini dipengaruhi oleh berbagai komponen, termasuk biaya transportasi, pergudangan, serta administrasi manajemen logistik.
Secara makro, tingginya biaya logistik nasional tidak terlepas dari ketersediaan infrastruktur logistik yang belum terintegrasi dan merata. Selain itu, rantai pasok yang belum efisien juga menjadi faktor signifikan. Kondisi ini menciptakan inefisiensi yang berdampak langsung pada biaya akhir produk.
Ketersediaan infrastruktur logistik dan manajemen rantai pasok yang meningkat secara kuantitas dan kualitas memiliki dampak ganda. Hal ini tidak hanya dapat menurunkan biaya logistik, tetapi juga menegaskan posisi Indonesia sebagai pusat utama perdagangan, jasa, dan investasi di kawasan. Integrasi dan efisiensi adalah kunci untuk mencapai potensi ekonomi yang lebih besar.