Fakta Menarik: WBP Lapas Tulungagung Ikuti Program Kemandirian, Bisa Tabung Hingga Rp700 Ribu Per Bulan!
Ratusan WBP Lapas Tulungagung aktif dalam Program Kemandirian Lapas. Mereka dibekali keterampilan produktif, bahkan bisa menabung. Bagaimana program ini mengubah hidup mereka?

Sebanyak 115 warga binaan pemasyarakatan (WBP) di Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas IIB Tulungagung, Jawa Timur, aktif mengikuti program pembinaan kemandirian. Inisiatif ini dirancang untuk membekali mereka dengan keterampilan produktif. Tujuannya agar mereka siap kembali ke masyarakat setelah masa hukuman berakhir.
Program ini dilaksanakan secara rutin dan berkesinambungan. Kepala Lapas Tulungagung, Ma’ruf Prasetyo Hadianto, menjelaskan bahwa pembinaan ini vital. Keterampilan yang didapat diharapkan menjadi bekal hidup yang memadai. Ini juga membantu mereka beradaptasi dengan lingkungan luar.
Fokus utama program bukan hanya pada hukuman semata. Melainkan pada aspek pembinaan yang holistik. Tujuannya adalah menciptakan individu yang mandiri dan bertanggung jawab. Dengan demikian, mereka dapat berkontribusi positif bagi bangsa.
Beragam Bidang Keterampilan Produktif
Lapas Tulungagung mengembangkan beberapa bidang keterampilan yang relevan dengan pasar kerja. Ini termasuk konveksi, barbershop, dan kerajinan marmer. Selain itu, ada juga sektor peternakan kambing dan budidaya lele. Semua kegiatan ini sepenuhnya dikerjakan oleh warga binaan.
Produk yang dihasilkan dari program ini cukup beragam dan berkualitas. Misalnya, ada celemek makan bergizi gratis (MBG), kaos, dan sandal. Kerajinan marmer juga menghasilkan plakat serta asbak yang bernilai seni tinggi. Kualitas produk ini menunjukkan dedikasi para WBP.
Pemasaran produk-produk ini tidak hanya terbatas di area lokal. Sebagian besar telah dipasarkan ke berbagai daerah di Indonesia. Bahkan, beberapa produk khusus dipesan langsung oleh Direktorat Jenderal Pemasyarakatan. Ini membuktikan bahwa produk WBP memiliki daya saing.
Manfaat Ekonomi dan Pembinaan Mental
Selain keterampilan, program ini juga memberikan insentif ekonomi bagi warga binaan. Hasil penjualan produk dibagi secara transparan. WBP menerima premi sebesar 40 persen dari nilai penjualan. Dana ini kemudian ditabung atas nama masing-masing warga binaan.
Ma’ruf Prasetyo Hadianto mengungkapkan bahwa rata-rata WBP mampu menabung secara signifikan. Mereka bisa menabung antara Rp500 ribu hingga Rp700 ribu setiap bulannya. Jumlah ini tentu bergantung pada aktivitas dan produktivitas masing-masing. Tabungan ini menjadi modal penting saat mereka bebas nanti.
Program kemandirian ini lebih dari sekadar pelatihan kerja. Ini juga berfungsi sebagai sarana konseling mental yang efektif. WBP diajarkan disiplin dan tanggung jawab selama menjalani masa hukuman. Aspek ini penting untuk mempersiapkan mereka kembali ke masyarakat dengan mental yang lebih kuat.
Pembinaan ini merupakan wujud nyata pelaksanaan sistem pemasyarakatan yang modern. Fokusnya bukan hanya pada penegakan hukum, tetapi juga pada rehabilitasi. Tujuannya agar mantan narapidana memiliki bekal hidup yang cukup. Mereka diharapkan dapat berintegrasi penuh dan positif dalam masyarakat.