Lapas Kediri Sukses Panen Terung: Program Ketahanan Pangan Berbuah Manis
Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Kediri berhasil panen terung 18 kuintal dari program ketahanan pangan, memberdayakan warga binaan dan mendukung perekonomian lokal.

Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas IIA Kediri, Jawa Timur, telah berhasil mengimplementasikan program ketahanan pangan dengan hasil panen terung yang melimpah. Program yang memanfaatkan lahan pekarangan Lapas ini melibatkan warga binaan pemasyarakatan (WBP) dan telah menghasilkan 18 kuintal terung dalam tiga bulan terakhir. Inisiatif ini tidak hanya berkontribusi pada ketahanan pangan di lingkungan Lapas, tetapi juga memberikan keterampilan berharga bagi para WBP untuk masa depan mereka.
Kepala Lapas Kelas IIA Kediri, Solichin, menjelaskan bahwa program ini merupakan arahan langsung dari Menteri Imigrasi dan Pemasyarakatan. Tujuannya bukan hanya untuk memenuhi kebutuhan pangan di dalam Lapas, tetapi juga untuk memberdayakan WBP melalui pelatihan keterampilan pertanian. "Program ini tidak hanya fokus pada ketahanan pangan, tetapi juga sebagai wadah bagi WBP untuk belajar keterampilan pertanian yang dapat mereka manfaatkan setelah bebas nanti," ujar Solichin di Kediri, Selasa (29/4).
Solichin menambahkan bahwa program ini sejalan dengan upaya reintegrasi sosial WBP. Dengan mempelajari keterampilan praktis seperti pertanian, para WBP diharapkan dapat lebih mudah beradaptasi dan berkontribusi positif setelah menjalani masa hukuman. Keterampilan ini diharapkan dapat meningkatkan kualitas hidup mereka dan membantu mereka untuk membangun kehidupan yang lebih baik di masa depan.
Panen Raya Terung di SAE Lakuli
Program pembinaan kerja di lahan seluas 300 meter persegi yang diberi nama SAE Lakuli ini telah menunjukkan hasil yang sangat memuaskan. Selama tiga bulan, telah dilakukan 12 kali panen terung, dengan rata-rata hasil 1,5 kuintal per panen. Total hasil panen mencapai 18 kuintal terung, sebuah pencapaian yang signifikan bagi program ini.
Keberhasilan ini tidak terlepas dari perawatan intensif yang diberikan oleh empat WBP yang terlibat dalam program tersebut. Mereka bertanggung jawab atas seluruh proses, mulai dari pembibitan, perawatan, hingga pemanenan. Pemupukan dilakukan setiap selesai panen, sementara penyemprotan hama dilakukan setiap bulan untuk menjaga kualitas dan kuantitas hasil panen.
Solichin menekankan bahwa keberhasilan program ini juga mencerminkan komitmen Lapas Kediri dalam menciptakan lingkungan yang produktif dan berkelanjutan. Program ini tidak hanya berfokus pada hasil panen, tetapi juga pada pengembangan keterampilan dan pemberdayaan WBP.
Hasil panen terung sebagian besar didistribusikan kepada pihak ketiga penyedia bahan makanan, sementara sebagian lagi disalurkan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat sekitar Lapas. Hal ini menunjukkan kontribusi nyata program ini bagi perekonomian lokal.
Pemberdayaan WBP dan Reintegrasi Sosial
Program ketahanan pangan di Lapas Kediri ini memberikan dampak positif yang signifikan bagi para WBP. Mereka tidak hanya mendapatkan keterampilan pertanian yang praktis, tetapi juga memperoleh pengalaman berharga yang dapat diterapkan setelah mereka kembali ke masyarakat.
Dengan terlibat aktif dalam program ini, para WBP memiliki kesempatan untuk belajar bekerja sama, bertanggung jawab, dan disiplin. Hal ini sangat penting dalam proses reintegrasi sosial mereka dan membantu mereka untuk menjadi anggota masyarakat yang produktif.
Solichin berharap program ini dapat meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap Lapas Kediri, yang tidak hanya berfokus pada pemasyarakatan, tetapi juga pada rehabilitasi dan pemberdayaan sosial WBP. Lapas Kediri berkomitmen untuk terus mengembangkan program-program keterampilan lainnya sebagai bagian dari upaya reintegrasi sosial dan pembinaan yang berkelanjutan bagi WBP.
Selain program ketahanan pangan, Lapas Kediri berencana untuk terus berinovasi dan menciptakan program-program baru yang dapat memberikan manfaat sosial yang lebih luas, baik untuk WBP maupun masyarakat secara keseluruhan. "Program ketahanan pangan ini menjadi bukti nyata bahwa pemasyarakatan dapat berjalan secara lebih humanis, dengan melibatkan keterampilan yang berguna bagi masa depan WBP," pungkas Solichin.