Lapas Lombok Barat Tanam Padi di Lahan 1,5 Hektare, Wujud Dukungan Ketahanan Pangan Nasional
Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Lombok Barat, NTB, mendukung ketahanan pangan nasional dengan menanam padi di lahan seluas 1,5 hektare, memanfaatkan lahan Sarana Asimilasi dan Edukasi (SAE).

Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas II A Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat (NTB), memberikan kontribusi nyata terhadap ketahanan pangan nasional. Lapas tersebut telah menyediakan lahan seluas 1,5 hektare untuk ditanami padi. Langkah ini merupakan bagian dari komitmen Lapas Lombok Barat untuk mendukung program pemerintah, khususnya misi ketahanan pangan sebagaimana tercantum dalam program Astacita Presiden RI. Kegiatan penanaman padi ini melibatkan warga binaan dan memberikan edukasi pertanian yang berkelanjutan.
Kepala Lapas Lombok Barat, M. Fadli, menjelaskan bahwa lahan seluas 1,5 hektare tersebut merupakan lahan Sarana Asimilasi dan Edukasi (SAE) yang sebelumnya telah berhasil dipanen. "Untuk itu, kami dari Lapas Kelas II A Lombok Barat kembali mempersiapkan lahan SAE seluas 1,5 ha yang sebelumnya sudah berhasil kami panen dan akan tanami lagi padi dalam waktu dekat," ungkap Fadli dalam keterangannya di Mataram, Minggu lalu.
Fadli menekankan pentingnya motivasi dan semangat kerja dalam menjalankan program ketahanan pangan nasional. Keberhasilan panen sebelumnya diharapkan dapat memacu produktivitas dan hasil yang lebih baik di masa mendatang. Ia juga mengingatkan jajarannya pada seksi kegiatan kerja untuk terus menanamkan motivasi tinggi dalam menjalankan program pembinaan kemandirian yang terintegrasi dengan program ketahanan pangan ini. "Dengan hasil panen kemarin yang memuaskan dan sesuai harapan, saya berharap ini dapat memotivasi kami untuk lebih produktif lagi dan lebih bersemangat agar ke depannya hasil yang diraih bisa lebih baik lagi," ujarnya.
Potensi Lahan dan Optimalisasi Tanam Padi
Lapas Kelas II A Lombok Barat memiliki lahan SAE yang sangat potensial untuk pengembangan pertanian. Sebagian besar lahan tersebut merupakan sawah irigasi teknis, sehingga memungkinkan penanaman padi hingga tiga kali dalam setahun. Hal ini memberikan peluang besar untuk meningkatkan produksi pangan dan mendukung program ketahanan pangan nasional secara berkelanjutan.
Kepala Lapas mengungkapkan optimismenya terhadap keberlanjutan program ini. "Kami harus bersyukur, lahan SAE Lapas Kelas II A Lombok Barat sebagian besarnya masuk dalam kategori sawah irigasi teknis. Ini tentu sangat memudahkan kami dalam setahun dapat tiga kali penanaman padi," ucapnya. Keberhasilan ini diharapkan dapat menjadi contoh bagi lembaga pemasyarakatan lain di Indonesia.
Selain itu, program ini juga memberikan manfaat bagi warga binaan. Melalui kegiatan penanaman padi, mereka mendapatkan pendampingan dan edukasi tentang teknik pertanian yang tepat. Hal ini membantu meningkatkan keterampilan dan pengetahuan mereka, sehingga dapat menjadi bekal setelah menjalani masa pidana.
Dengan adanya pendampingan dan edukasi yang diberikan, diharapkan warga binaan dapat menerapkan ilmu pertanian yang didapat untuk kehidupan mereka setelah bebas nanti. Ini sejalan dengan program pembinaan kemandirian yang dijalankan oleh Lapas Lombok Barat.
Edukasi dan Pembinaan Warga Binaan
Dalam pelaksanaan penanaman padi ini, Lapas Lombok Barat tidak hanya fokus pada aspek produksi, tetapi juga pada aspek pembinaan warga binaan. Pendampingan dan edukasi diberikan secara intensif kepada warga binaan agar mereka dapat memahami teknik penanaman padi yang tepat dan efisien.
Program ini juga bertujuan untuk memberikan keterampilan baru kepada warga binaan, sehingga mereka dapat memiliki bekal untuk mencari nafkah setelah bebas nanti. Keterampilan bertani dapat menjadi alternatif mata pencaharian yang menjanjikan bagi mereka.
Dengan demikian, program penanaman padi di Lapas Lombok Barat ini tidak hanya berkontribusi pada ketahanan pangan nasional, tetapi juga berperan penting dalam pembinaan dan pemberdayaan warga binaan. Ini merupakan contoh sinergi yang positif antara program pemerintah dan upaya pembinaan di lembaga pemasyarakatan.
Program ini diharapkan dapat menjadi contoh bagi lembaga pemasyarakatan lain di Indonesia untuk turut serta berkontribusi dalam upaya meningkatkan ketahanan pangan nasional. Selain itu, program ini juga memberikan dampak positif bagi warga binaan dalam hal keterampilan dan pembinaan kemandirian.
Keberhasilan program ini menunjukkan bahwa lembaga pemasyarakatan tidak hanya berfungsi sebagai tempat hukuman, tetapi juga dapat berperan aktif dalam pembangunan nasional, khususnya dalam hal ketahanan pangan. Dengan adanya lahan yang subur dan dukungan dari pihak terkait, diharapkan program ini dapat terus berlanjut dan memberikan manfaat yang lebih besar lagi di masa mendatang.