Kakanwil Ditjenpas NTT Apresiasi Panen Raya Jagung di Lapas Kupang: Wujud Pemberdayaan Warga Binaan
Kepala Kantor Wilayah Ditjenpas NTT, Maliki, mengapresiasi panen raya jagung di Lapas Kupang sebagai wujud nyata pembinaan dan pemberdayaan warga binaan serta dukungan terhadap ketahanan pangan nasional.

Kepala Kantor Wilayah (Kakanwil) Ditjen Pemasyarakatan (Ditjenpas) Nusa Tenggara Timur (NTT), Maliki, memberikan apresiasi tinggi terhadap keberhasilan panen raya jagung di Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas II A Kupang. Kegiatan panen raya ini dilaksanakan pada Rabu di Kupang, dan menghasilkan sekitar 3-4 ton jagung dari lahan seluas dua hektare.
Panen raya jagung ini merupakan bagian dari program ketahanan pangan nasional, sejalan dengan arahan Presiden dan instruksi Menteri Imigrasi dan Pemasyarakatan. Kakanwil Maliki menekankan bahwa kegiatan ini bukan hanya baru dilakukan saat ini, tetapi telah menjadi program berkelanjutan di Lapas Kupang sejak beberapa tahun sebelumnya. Hal ini menunjukkan komitmen Lapas Kupang dalam memberdayakan warga binaan melalui kegiatan produktif.
Lebih dari sekadar pencapaian produksi pangan, panen raya ini juga diartikan sebagai bentuk pembinaan dan pemberdayaan warga binaan pemasyarakatan (WBP). Keterampilan pertanian yang diperoleh selama masa pembinaan diharapkan dapat menjadi bekal berharga bagi WBP saat kembali ke masyarakat setelah menjalani masa hukuman. Kakanwil Maliki berharap program serupa dapat terus didukung dan dikembangkan di masa mendatang.
Sukses Panen Raya Jagung di Lapas Kupang: Dukungan Ketahanan Pangan Nasional
Kakanwil Ditjenpas NTT, Maliki, dalam sambutannya menyampaikan apresiasi yang mendalam kepada seluruh pihak yang terlibat dalam keberhasilan panen raya jagung di Lapas Kupang. Ia menyebut kegiatan ini sebagai bukti nyata komitmen Lapas Kupang dalam mendukung program ketahanan pangan nasional. "Kegiatan panen raya hari ini sebagai langkah bersama mendukung program ketahanan pangan sesuai amanat Presiden," ujar Kakanwil Maliki.
Kepala Lapas Kelas II A Kupang, Antonius, menjelaskan bahwa hasil panen jagung akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan dapur lapas. Selain itu, sebagian hasil panen juga akan disalurkan sebagai bentuk aksi sosial kepada masyarakat sekitar dan sisanya dijual ke pasar. Ini menunjukkan bahwa program pertanian di lapas tidak hanya berfokus pada pembinaan WBP, tetapi juga memberikan kontribusi positif bagi masyarakat.
Lebih lanjut, Antonius menambahkan bahwa program pertanian di Lapas Kupang telah berjalan selama beberapa tahun dan telah memberikan dampak positif bagi WBP. Program ini memberikan keterampilan dan pengalaman berharga yang dapat dimanfaatkan WBP setelah mereka bebas nanti. Hal ini sejalan dengan visi pemasyarakatan yang berorientasi pada pembinaan dan reintegrasi sosial WBP.
Replikasi Sukses di Lapas Lain di NTT
Keberhasilan panen raya di Lapas Kupang ternyata juga diikuti oleh lapas lain di NTT. Kakanwil Maliki menyebutkan bahwa beberapa lapas di daerah lain, seperti Atambua, Larantuka, dan Maumere, juga telah melaksanakan panen raya dengan hasil yang memuaskan. Hal ini menunjukkan bahwa program pemberdayaan WBP melalui kegiatan pertanian telah diterapkan secara luas di wilayah NTT.
Program pertanian di lapas-lapas di NTT tidak hanya berkontribusi pada ketahanan pangan lokal, tetapi juga memberikan dampak positif bagi WBP. Dengan memberikan keterampilan dan pengalaman kerja, program ini membantu mempersiapkan WBP untuk kembali berintegrasi ke dalam masyarakat setelah menjalani masa hukuman. Hal ini sejalan dengan upaya pemerintah dalam menciptakan sistem pemasyarakatan yang lebih humanis dan rehabilitatif.
Keberhasilan program ini diharapkan dapat menjadi contoh dan inspirasi bagi lapas-lapas lain di Indonesia untuk mengembangkan program serupa. Dengan demikian, program pembinaan WBP dapat lebih efektif dan memberikan dampak positif yang lebih luas bagi masyarakat.
Panen raya jagung di Lapas Kupang ini menjadi bukti nyata bahwa pembinaan WBP tidak hanya berfokus pada aspek keamanan dan ketertiban, tetapi juga mencakup aspek pemberdayaan dan pengembangan potensi diri. Melalui kegiatan pertanian, WBP tidak hanya memperoleh keterampilan, tetapi juga berkontribusi pada ketahanan pangan dan kesejahteraan masyarakat.
Kesimpulan
Panen raya jagung di Lapas Kupang merupakan bukti nyata keberhasilan program pembinaan dan pemberdayaan warga binaan melalui kegiatan pertanian. Program ini tidak hanya berkontribusi pada ketahanan pangan, tetapi juga memberikan keterampilan berharga bagi warga binaan untuk masa depan mereka setelah bebas. Replikasi program ini di lapas lain di NTT menunjukkan potensi besarnya dalam mendukung pemasyarakatan yang lebih humanis dan produktif.