Meningkatkan Efisiensi Pertanian: Kementan dan Pemkab Tanah Laut Terapkan Teknologi Drone untuk Penanaman Padi Perdana
Kementerian Pertanian dan Pemkab Tanah Laut berinovasi dengan Teknologi Drone Pertanian untuk penanaman padi perdana, meningkatkan efisiensi dan produktivitas lahan. Bagaimana dampaknya?

Kementerian Pertanian (Kementan) bersama Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Tanah Laut, Kalimantan Selatan, baru-baru ini meluncurkan inovasi signifikan dalam sektor pertanian. Mereka melaksanakan penanaman padi perdana dengan memanfaatkan teknologi drone atau pesawat tanpa awak. Langkah ini diambil untuk meningkatkan efisiensi serta produktivitas lahan sawah di wilayah tersebut secara substansial.
Inisiatif strategis ini dipusatkan di Desa Ujung, Kecamatan Bati-Bati, melalui Program Cetak Sawah Rakyat (CSR). Penanaman perdana menggunakan teknologi canggih ini menargetkan lahan seluas 359 hektare. Bupati Tanah Laut, Rahmat Trianto, menyatakan bahwa penggunaan drone merupakan salah satu teknologi yang diberikan Kementan untuk mempermudah proses penanaman.
Kolaborasi antara Kementan dan Pemkab Tanah Laut ini menandai era baru dalam praktik pertanian lokal. Dengan fokus pada modernisasi dan peningkatan hasil panen, diharapkan wilayah Tanah Laut dapat menjadi percontohan bagi daerah lain dalam penerapan teknologi pertanian mutakhir. Upaya ini juga merupakan bagian dari komitmen menjaga ketahanan pangan nasional.
Program Cetak Sawah Rakyat dan Target Luas Lahan
Program Cetak Sawah Rakyat (CSR) merupakan tulang punggung dari upaya peningkatan produksi pangan di Tanah Laut. Bupati Rahmat Trianto menjelaskan bahwa total target Program CSR Kementan di seluruh wilayah Kabupaten Tanah Laut mencapai lebih kurang 4.200 hektare. Hingga saat ini, kontrak yang telah terlaksana mencapai 3.800 hektare, menunjukkan progres yang signifikan dalam pembukaan lahan baru.
Rahmat Trianto mengapresiasi dukungan dari Kementan yang telah membantu upaya peningkatan produksi pangan di wilayahnya. Ia menyoroti bahwa Program Cetak Sawah di Kecamatan Bati-Bati, yang sebelumnya dikenal rawan banjir, kini berhasil dimanfaatkan menjadi lahan produktif. Transformasi ini diharapkan menjadi model pengelolaan lahan pertanian berkelanjutan yang dapat direplikasi.
Meskipun demikian, Bupati Rahmat mengakui adanya pro dan kontra terkait keberhasilan Program CSR. Oleh karena itu, diperlukan perhatian berkelanjutan dari pemerintah pusat untuk memastikan keberlanjutan dan optimalisasi program. Komitmen terhadap swasembada pangan menjadi prioritas utama demi memenuhi kebutuhan saat ini dan menjaga ketahanan pangan generasi mendatang.
Dukungan Teknologi dan Sumber Daya Manusia dari Kementan
Kementerian Pertanian memberikan dukungan penuh terhadap Program Cetak Sawah Rakyat di Kabupaten Tanah Laut. Mulyono, Penanggung Jawab Program Swasembada Kalimantan Selatan, menegaskan komitmen Kementan dalam membuka lahan tidak produktif menjadi areal pertanian baru. Selain pembukaan lahan, bantuan juga mencakup sarana produksi esensial seperti benih, pupuk, dan herbisida.
Aspek krusial dari dukungan Kementan adalah penyediaan alat mesin pertanian (alsintan) modern. Bantuan alsintan ini meliputi:
- Traktor roda dua
- Traktor roda empat
- Rotavator
- Drone untuk penanaman
- Pompa air
- Combine harvester
Dengan penerapan teknologi pertanian modern, Mulyono optimis bahwa lahan yang biasanya hanya dapat ditanam satu kali setahun dapat ditingkatkan menjadi tiga kali masa tanam setiap tahun. Peningkatan intensitas tanam ini akan secara signifikan mendongkrak produktivitas. Selain itu, pengelolaan lahan di wilayah ini melibatkan Brigade Pangan, sebuah tim yang terdiri dari 15 anak muda milenial. Mereka dibekali kemampuan mengoperasikan alsintan secara profesional, menunjukkan investasi pada sumber daya manusia.