Fakta Mengejutkan: Penurunan Ekspor Nikel Tekan Pertumbuhan Ekonomi Sulawesi Selatan, BI Dorong Diversifikasi
Penurunan ekspor nikel signifikan menekan pertumbuhan ekonomi Sulawesi Selatan pada Kuartal II 2025. Bank Indonesia menyoroti perlunya diversifikasi ekonomi.

Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Provinsi Sulawesi Selatan, Rizki Ernadi Wimanda, mengungkapkan bahwa penurunan ekspor nikel telah memberikan tekanan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi daerah. Kondisi ini terlihat dari melambatnya laju perekonomian Sulawesi Selatan pada Kuartal II 2025.
Rizki menjelaskan bahwa perlambatan tersebut utamanya dipicu oleh anjloknya ekspor komoditas nikel, yang selama ini menjadi tulang punggung perekonomian provinsi. Penurunan ini disebabkan oleh tingginya biaya pengiriman serta adanya penurunan permintaan dari pasar mancanegara akibat melimpahnya pasokan nikel global.
Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) Sulawesi Selatan menunjukkan bahwa pada Kuartal I 2025, nilai ekspor Sulsel secara keseluruhan mengalami penurunan drastis sebesar 25,21 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Meskipun demikian, nikel tetap menjadi penyumbang utama ekspor daerah, meskipun nilainya juga turun 11,28 persen.
Dampak Penurunan Ekspor Nikel Terhadap Ekonomi Sulsel
Penurunan nilai ekspor Sulawesi Selatan dari 499,12 juta dolar AS menjadi 373,29 juta dolar AS pada Kuartal I 2025 merupakan indikator jelas tekanan ekonomi. Angka ini mencerminkan dampak langsung dari fluktuasi pasar komoditas global terhadap sektor perdagangan daerah.
Komoditas nikel, yang menyumbang 54,65 persen dari total ekspor Sulawesi Selatan, menunjukkan kerentanan ekonomi terhadap satu jenis komoditas. Meskipun masih dominan, penurunan nilai ekspor nikel sebesar 11,28 persen secara signifikan mempengaruhi pendapatan daerah dan aktivitas ekonomi terkait.
Rizki Ernadi Wimanda menekankan bahwa efek pelemahan ekspor ini berpotensi menekan pertumbuhan ekonomi Sulsel lebih lanjut jika tidak ada langkah antisipasi yang cepat. Ketergantungan yang tinggi pada ekspor nikel menjadikan provinsi ini rentan terhadap dinamika harga dan permintaan pasar internasional.
Strategi Bank Indonesia untuk Ketahanan Ekonomi
Menanggapi kondisi tersebut, Bank Indonesia (BI) Kantor Perwakilan Sulawesi Selatan menggarisbawahi pentingnya diversifikasi ekonomi. Langkah ini bertujuan untuk mengurangi ketergantungan daerah pada ekspor nikel dan membangun fondasi ekonomi yang lebih kokoh.
Rizki menyebutkan beberapa langkah konkret yang diperlukan untuk mencapai diversifikasi. Ini termasuk penguatan infrastruktur pengolahan komoditas, pemberian insentif investasi untuk sektor-sektor lain, serta pengembangan komoditas non-nikel yang memiliki potensi pasar.
Implementasi strategi ini diharapkan dapat menjadikan ekonomi Sulawesi Selatan lebih resilien atau mampu bertahan menghadapi gejolak ekonomi global. Dengan demikian, provinsi ini tidak lagi terlalu bergantung pada satu sektor ekspor, melainkan memiliki berbagai sumber pertumbuhan yang stabil.