Fakta Terkini: Modal Asing Masuk Bersih Rp15,31 Triliun ke Indonesia dalam Sepekan
Bank Indonesia mencatat aliran modal asing masuk bersih sebesar Rp15,31 triliun pada pekan ketiga Agustus 2025. Mengapa investasi asing kembali melirik Indonesia?

Bank Indonesia (BI) mengumumkan adanya aliran modal asing masuk bersih yang signifikan ke pasar keuangan domestik Indonesia. Tercatat, dana sebesar Rp15,31 triliun berhasil masuk selama periode transaksi 11 hingga 14 Agustus 2025. Data ini menunjukkan kepercayaan investor global terhadap prospek ekonomi Indonesia.
Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI, Ramdan Denny Prakoso, menguraikan rincian aliran dana tersebut. Investasi ini tersebar di berbagai instrumen keuangan utama di Tanah Air. Angka ini menjadi sorotan penting bagi stabilitas ekonomi nasional.
Kondisi ini mencerminkan daya tarik Indonesia sebagai tujuan investasi yang menjanjikan. Meskipun demikian, BI tetap memperkuat koordinasi dengan pemerintah dan otoritas terkait. Tujuannya adalah untuk mendukung ketahanan eksternal ekonomi Indonesia secara berkelanjutan.
Rincian Aliran Modal Asing Berdasarkan Instrumen
Aliran modal asing masuk bersih sebesar Rp15,31 triliun pada pekan ketiga Agustus 2025 ini terbagi dalam beberapa komponen. Pasar saham menerima modal asing masuk bersih sebesar Rp5,37 triliun. Sementara itu, Surat Berharga Negara (SBN) menjadi tujuan utama dengan masuk bersih Rp7,88 triliun. Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI) juga mencatat aliran masuk sebesar Rp2,05 triliun.
Meskipun demikian, data kumulatif sejak awal tahun hingga 14 Agustus 2025 menunjukkan dinamika yang berbeda. Pasar saham masih mencatat modal asing keluar bersih sebesar Rp57,48 triliun. SRBI juga mengalami outflow bersih sebesar Rp94,52 triliun dalam periode yang sama. Namun, SBN tetap menjadi primadona dengan modal asing masuk bersih mencapai Rp71,83 triliun.
Pergerakan ini mengindikasikan preferensi investor terhadap instrumen utang pemerintah. Stabilitas SBN menjadi daya tarik utama bagi investor asing. Hal ini juga menunjukkan bahwa SBN dianggap sebagai aset yang relatif aman di tengah gejolak pasar global.
Indikator Ekonomi Pendukung Stabilitas
Beberapa indikator ekonomi makro menunjukkan perbaikan kondisi pasar keuangan Indonesia. Premi risiko investasi atau credit default swaps (CDS) Indonesia 5 tahun tercatat menurun. Angka ini turun dari 73,78 basis poin (bps) pada 8 Agustus 2025 menjadi 67,72 bps per 14 Agustus 2025. Penurunan CDS mencerminkan persepsi risiko yang lebih rendah terhadap investasi di Indonesia.
Nilai tukar rupiah pada Jumat (15/8) dibuka melemah tipis di level Rp16.150 per dolar Amerika Serikat (AS). Posisi ini sedikit berbeda dibandingkan penutupan perdagangan Kamis (14/8) di level Rp16.106 per dolar AS. Sementara itu, indeks dolar AS (DXY) tercatat menguat ke level 98,25 pada akhir perdagangan Kamis (14/8). DXY adalah indeks yang menunjukkan pergerakan dolar AS terhadap enam mata uang utama dunia.
Imbal hasil atau yield SBN 10 tahun tercatat naik tipis di level 6,37 persen pada Jumat (15/8) pagi. Sebelumnya, imbal hasil ini berada di 6,35 persen pada akhir perdagangan Kamis (14/8). Imbal hasil US Treasury Note 10 tahun juga naik ke level 4,285 persen pada akhir perdagangan Kamis (14/8). Pergerakan yield ini mencerminkan dinamika pasar obligasi global dan domestik.
Upaya Bank Indonesia dalam Menjaga Ketahanan Ekonomi
Bank Indonesia terus berkomitmen untuk menjaga stabilitas ekonomi nasional. BI secara aktif memperkuat koordinasi dengan pemerintah dan otoritas terkait lainnya. Upaya ini dilakukan untuk memastikan respons kebijakan yang terpadu dan efektif.
BI juga mengoptimalkan strategi bauran kebijakan yang komprehensif. Tujuannya adalah untuk mendukung ketahanan eksternal ekonomi Indonesia. Langkah-langkah ini meliputi kebijakan moneter, makroprudensial, dan sistem pembayaran. Semua ini dirancang untuk menghadapi tantangan global dan domestik.
Koordinasi yang erat dan strategi bauran kebijakan yang optimal diharapkan dapat terus menarik modal asing. Hal ini penting untuk menjaga momentum pertumbuhan ekonomi. Dengan demikian, stabilitas dan prospek ekonomi Indonesia dapat terus terjaga di masa mendatang.