Aliran Modal Asing Masuk Bersih Rp7,58 Triliun di Pekan Ketiga Februari
Bank Indonesia mencatat aliran modal asing masuk bersih ke pasar keuangan domestik mencapai Rp7,58 triliun pada pekan ketiga Februari 2025, didorong oleh investasi di SBN dan SRBI, meskipun terdapat modal asing keluar di pasar saham.

Bank Indonesia (BI) melaporkan aliran modal asing yang masuk ke pasar keuangan Indonesia menunjukkan angka positif pada pekan ketiga Februari 2025. Selama periode transaksi 17-20 Februari 2025, tercatat modal asing masuk bersih mencapai Rp7,58 triliun. Angka ini mencerminkan kepercayaan investor asing terhadap perekonomian Indonesia, meskipun terdapat dinamika di beberapa sektor pasar.
Rinciannya, modal asing masuk bersih di pasar Surat Berharga Negara (SBN) mencapai Rp6,96 triliun dan di pasar Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI) sebesar Rp1,08 triliun. Namun, terdapat aliran modal asing keluar bersih di pasar saham sebesar Rp0,46 triliun. Meskipun demikian, total aliran modal asing tetap menunjukkan angka positif, didorong oleh investasi yang signifikan di sektor obligasi.
Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI, Ramdan Denny Prakoso, menjelaskan bahwa data ini menunjukkan tren positif investasi asing di Indonesia. BI terus berkoordinasi dengan pemerintah dan otoritas terkait untuk menjaga stabilitas ekonomi dan menarik lebih banyak investasi asing ke Indonesia. Ke depan, BI akan terus memantau perkembangan pasar dan mengoptimalkan strategi bauran kebijakan untuk mendukung ketahanan eksternal ekonomi Indonesia.
Investasi Asing di Pasar Keuangan Domestik
Data BI menunjukkan bahwa sepanjang tahun 2025 hingga 20 Februari, modal asing masuk bersih di pasar SBN mencapai Rp18,99 triliun dan di pasar SRBI sebesar Rp3,23 triliun. Namun, di sisi lain, tercatat modal asing keluar bersih dari pasar saham sebesar Rp7,74 triliun. Perbedaan aliran modal di pasar obligasi dan saham ini menunjukkan adanya pergeseran preferensi investor asing.
Kondisi ini menunjukkan adanya dinamika dalam pasar keuangan domestik. Investor asing cenderung lebih tertarik pada instrumen berpendapatan tetap seperti SBN dan SRBI yang dianggap lebih aman dibandingkan dengan pasar saham yang lebih bergejolak. Hal ini dipengaruhi oleh berbagai faktor, termasuk kondisi ekonomi global dan sentimen pasar.
BI terus memantau perkembangan ini dan akan melakukan langkah-langkah yang diperlukan untuk menjaga stabilitas pasar. Koordinasi yang erat dengan pemerintah dan otoritas terkait sangat penting untuk memastikan perekonomian Indonesia tetap kuat dan mampu menghadapi tantangan global.
Indikator Ekonomi Lainnya
Selain aliran modal asing, beberapa indikator ekonomi lainnya juga menunjukkan perkembangan yang menarik. Premi risiko investasi (credit default swaps/CDS) Indonesia lima tahun tercatat naik dari 68,97 basis point (bps) per 14 Februari 2025 menjadi 69,66 bps per 20 Februari 2025. Kenaikan ini menunjukkan peningkatan persepsi risiko investasi di Indonesia.
Nilai tukar rupiah dibuka menguat di level Rp16.280 per dolar AS pada Jumat (21/2), dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan Kamis (20/2) di level Rp16.325 per dolar AS. Penguatan rupiah ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, termasuk melemahnya indeks dolar AS (DXY).
Indeks dolar AS (DXY) tercatat melemah ke level 106,37 pada akhir perdagangan Kamis (20/2). DXY merupakan indeks yang menunjukkan pergerakan dolar AS terhadap enam mata uang negara utama. Pelemahan DXY umumnya berdampak positif terhadap nilai tukar mata uang negara berkembang, termasuk rupiah.
Imbal hasil atau yield SBN 10 tahun turun ke level 6,75 persen pada Jumat (21/2) pagi, dari sebelumnya 6,78 persen pada akhir perdagangan Kamis (20/2). Penurunan yield ini menunjukkan penurunan tingkat suku bunga di pasar obligasi Indonesia.
Sementara imbal hasil US Treasury Note 10 tahun naik ke level 4,505 persen pada akhir perdagangan Kamis (20/2). Kenaikan ini mencerminkan kondisi pasar obligasi global.
BI menyatakan akan terus memperkuat koordinasi dengan pemerintah dan otoritas terkait serta mengoptimalkan strategi bauran kebijakan untuk mendukung ketahanan eksternal ekonomi Indonesia. Hal ini menunjukkan komitmen BI untuk menjaga stabilitas ekonomi dan mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.
Secara keseluruhan, data yang dirilis BI menunjukkan gambaran yang kompleks mengenai kondisi pasar keuangan domestik. Meskipun terdapat aliran modal keluar di pasar saham, aliran modal masuk bersih yang signifikan di pasar obligasi menunjukkan kepercayaan investor asing terhadap perekonomian Indonesia. BI akan terus memantau perkembangan ini dan mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk menjaga stabilitas ekonomi dan mendorong pertumbuhan yang berkelanjutan.