Modal Asing Keluar Rp10,15 Triliun di Pasar Keuangan RI, Rupiah Menguat
Bank Indonesia mencatat aliran modal asing keluar bersih Rp10,15 triliun pada pekan kedua Maret 2025, meskipun rupiah menguat dan *yield* SBN turun.

Bank Indonesia (BI) melaporkan aliran modal asing keluar bersih dari pasar keuangan domestik mencapai angka signifikan, yaitu Rp10,15 triliun pada pekan kedua Maret 2025 (periode 10-13 Maret). Kejadian ini menimbulkan pertanyaan: Apa penyebabnya? Siapa yang terdampak? Di mana aliran modal tersebut terjadi? Kapan hal ini terjadi? Mengapa hal ini terjadi? Dan bagaimana dampaknya terhadap perekonomian Indonesia?
Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI, Ramdan Denny Prakoso, menjelaskan rinciannya. Aliran modal asing keluar bersih tersebut tersebar di pasar saham (Rp1,92 triliun), Surat Berharga Negara (SBN) (Rp5,25 triliun), dan Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI) (Rp2,97 triliun). Angka ini menjadi perhatian mengingat dampaknya terhadap stabilitas ekonomi nasional.
Meskipun terjadi outflow modal asing yang cukup besar, situasi ini perlu dilihat dalam konteks yang lebih luas. Perlu dianalisa faktor-faktor global dan domestik yang memengaruhi keputusan investor asing, serta dampaknya terhadap perekonomian Indonesia secara keseluruhan. BI sendiri telah menyatakan komitmennya untuk terus memantau situasi dan mengambil langkah-langkah yang diperlukan.
Analisa Aliran Modal Asing
Sepanjang tahun 2025 hingga 13 Maret, tercatat modal asing keluar bersih di pasar saham mencapai Rp22,21 triliun. Sebaliknya, terdapat modal asing masuk bersih di pasar SBN (Rp18,35 triliun) dan SRBI (Rp6,55 triliun). Perbedaan ini menunjukkan dinamika investasi asing yang kompleks dan tidak merata di berbagai instrumen investasi.
Premi risiko investasi Indonesia (credit default swaps/CDS) 5 tahun juga mengalami kenaikan, dari 76,11 basis point (bps) pada 7 Maret menjadi 80,07 bps pada 13 Maret. Kenaikan ini mengindikasikan meningkatnya persepsi risiko investasi di Indonesia, yang mungkin berkontribusi pada aliran modal keluar.
Namun, terdapat indikator positif lainnya. Nilai tukar rupiah dibuka menguat di level Rp16.350 per dolar AS pada Jumat (14/3), dibandingkan penutupan Kamis (Rp16.420 per dolar AS). Indeks dolar AS (DXY) juga melemah ke 103,83 pada akhir perdagangan Kamis. Hal ini menunjukkan adanya faktor-faktor lain yang mempengaruhi pasar valuta asing.
Dampak dan Respon BI
Imbal hasil atau *yield* SBN 10 tahun juga turun menjadi 6,87 persen pada Jumat pagi, dari 6,93 persen pada Kamis. Penurunan *yield* ini dapat mengindikasikan meningkatnya minat investor terhadap SBN, meskipun terjadi aliran modal asing keluar secara keseluruhan. Sementara itu, imbal hasil US Treasury Note 10 tahun turun ke 4,268 persen pada akhir perdagangan Kamis.
Menanggapi situasi ini, BI menyatakan akan terus memperkuat koordinasi dengan pemerintah dan otoritas terkait. Mereka juga akan mengoptimalkan strategi bauran kebijakan untuk mendukung ketahanan eksternal ekonomi Indonesia. Langkah-langkah ini bertujuan untuk menjaga stabilitas makroekonomi dan mengurangi dampak negatif dari aliran modal keluar.
Situasi ini menunjukkan kompleksitas pasar keuangan global dan domestik. Meskipun terjadi aliran modal asing keluar, terdapat indikator positif lainnya seperti penguatan rupiah dan penurunan *yield* SBN. Langkah-langkah BI untuk menjaga stabilitas ekonomi perlu diapresiasi dan dipantau perkembangannya.
BI berkomitmen untuk terus memantau perkembangan situasi dan mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk menjaga stabilitas sistem keuangan dan perekonomian Indonesia. Koordinasi yang erat dengan pemerintah dan otoritas terkait menjadi kunci dalam menghadapi tantangan ini.