Fakta Unik: 60 Hari Tanpa Hujan, Modifikasi Cuaca Sukses Atasi Karhutla di Solok
Operasi Modifikasi Cuaca berhasil membawa hujan di Kabupaten Solok setelah 60 hari kekeringan, signifikan mengurangi dampak karhutla dan kekeringan air bersih.

Kabar baik datang dari Kabupaten Solok, Sumatera Barat, di mana Operasi Modifikasi Cuaca (OMC) sukses menurunkan hujan. Upaya ini menjadi angin segar setelah wilayah tersebut dilanda kekeringan ekstrem dan kebakaran hutan serta lahan (karhutla) yang mengkhawatirkan.
Bupati Solok, Jon Firman Pandu, memastikan keberhasilan OMC yang dilaksanakan oleh Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) atas dukungan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB). Hujan dengan intensitas ringan hingga sedang kini membasahi sebagian besar wilayah yang terdampak, membawa kelegaan bagi masyarakat.
Inisiatif ini diambil menyusul kondisi darurat karhutla dan kekeringan yang telah berlangsung selama lebih dari 60 hari. Dampak kekeringan parah ini mengancam ketersediaan air bersih dan sektor pertanian vital di Kabupaten Solok, memicu respons cepat dari pemerintah daerah dan pusat.
Upaya Tanggap Darurat dan Sinergi Pusat-Daerah
OMC ini merupakan respons cepat terhadap status tanggap darurat karhutla yang ditetapkan oleh Kabupaten Solok dan Kabupaten Lima Puluh Kota. Kedua wilayah ini menjadi prioritas utama karena intensitas kekeringan yang tinggi dan frekuensi kejadian karhutla yang signifikan.
Bupati Solok, Jon Firman Pandu, secara proaktif mendatangi kantor BNPB di Jakarta untuk mengkoordinasikan bantuan dan dukungan. Langkah ini menunjukkan komitmen pemerintah daerah dalam mengatasi krisis lingkungan yang terjadi demi kesejahteraan masyarakatnya.
Koordinasi yang baik antara pemerintah daerah, BNPB, dan BMKG menjadi kunci sukses operasi ini. Sinergi lintas instansi sangat vital dalam penanganan bencana alam berskala luas, memastikan respons yang efektif dan tepat sasaran.
Dampak Kekeringan dan Karhutla di Solok
Data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Solok mencatat 92 kejadian bencana hingga 19 Juli 2025. Dari jumlah tersebut, 83 insiden adalah kebakaran hutan dan lahan yang sangat meresahkan, menimbulkan kerugian ekologis dan ekonomi.
Selain karhutla, kekeringan ekstrem juga berdampak pada ketersediaan air bersih dan sektor pertanian. BMKG melaporkan bahwa Kabupaten Solok telah mengalami 60 hari tanpa hujan, memperparah kondisi dan mengancam mata pencarian warga.
Kondisi ini sebelumnya telah menyebabkan kerugian signifikan bagi masyarakat, terutama petani yang bergantung pada irigasi. Keberhasilan Operasi Modifikasi Cuaca diharapkan mampu memulihkan kondisi lingkungan dan ekonomi lokal secara bertahap.
Pemerintah Kabupaten Solok memastikan pemantauan cuaca akan terus dilakukan dan siap berkoordinasi kembali dengan BNPB dan BMKG jika diperlukan. Keberlanjutan upaya mitigasi ini penting untuk mencegah terulangnya bencana serupa di masa mendatang.