Fakta Unik Pasar Murah Ponorogo: Polres Gelar GPM Serentak di 21 Kecamatan, 47 Ton Beras Disiapkan!
Polres Ponorogo bersama Bulog sukses menggelar Pasar Murah Ponorogo serentak di 21 kecamatan, menyediakan 47 ton beras dan minyak goreng untuk stabilisasi harga.

Kepolisian Resor (Polres) Ponorogo, Jawa Timur, bekerja sama dengan Perum Bulog setempat, baru-baru ini sukses menggelar Gerakan Pasar Murah (GPM). Kegiatan ini dilaksanakan secara serentak di 21 kecamatan di wilayah tersebut. Inisiatif ini bertujuan menjaga stabilitas pasokan serta harga pangan di tengah masyarakat.
GPM yang digelar pada Jumat lalu ini merupakan upaya konkret dalam membantu warga. Masyarakat dapat memenuhi kebutuhan pokok dengan harga terjangkau. Sebanyak 47 ton beras Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) disiapkan dalam program ini.
Selain beras, minyak goreng juga tersedia untuk masyarakat. Program ini disambut antusias oleh warga yang merasa sangat terbantu. Pembatasan pembelian diberlakukan guna memastikan distribusi merata.
Strategi Distribusi dan Harga Terjangkau
Kapolres Ponorogo, AKBP Andin Wisnu Sudibyo, menjelaskan detail pelaksanaan Gerakan Pasar Murah ini. Perum Bulog Ponorogo secara khusus menyiapkan 47 ton beras SPHP untuk program tersebut. Jumlah ini menunjukkan komitmen besar dalam memenuhi kebutuhan pokok warga.
Sebanyak 42 ton beras didistribusikan secara merata ke 21 Polsek di seluruh wilayah Ponorogo. Setiap Polsek menerima jatah dua ton beras, memastikan jangkauan yang luas. Sementara itu, lima ton beras lainnya tersedia di halaman Markas Polres Ponorogo untuk penjualan langsung.
Beras SPHP ditawarkan dengan harga yang sangat kompetitif, yakni Rp11.500 per kilogram atau Rp57.500 per kemasan lima kilogram. Harga ini jauh di bawah Harga Eceran Tertinggi (HET) yang ditetapkan pemerintah, yaitu Rp12.700 per kilogram. Selain beras, satu ton minyak goreng juga disediakan di Polres Ponorogo dengan harga Rp15.000 per liter, memberikan pilihan lain bagi konsumen.
Untuk memastikan pemerataan, pembelian beras dibatasi maksimal 10 kilogram per orang atau per Kartu Tanda Penduduk (KTP). Kebijakan ini diterapkan agar seluruh lapisan masyarakat memiliki kesempatan yang sama. Pembatasan ini juga mencegah praktik penimbunan yang dapat mengganggu stabilitas harga.
Respon Positif Masyarakat dan Dampak Stabilisasi Pangan
Program Pasar Murah Ponorogo ini mendapatkan sambutan hangat dari masyarakat setempat. Salah seorang warga, Didin Iriana Wati, mengungkapkan rasa syukurnya atas adanya inisiatif ini. Menurutnya, program ini sangat membantu meringankan beban ekonomi rumah tangga.
Didin menambahkan bahwa harga beras di pasaran saat ini cenderung tinggi, sehingga pasar murah menjadi solusi efektif. Ia juga menyoroti kualitas beras yang ditawarkan dalam GPM ini. Kualitas yang baik dengan harga lebih rendah menjadi daya tarik utama bagi pembeli.
Keberadaan pasar murah serentak ini diharapkan mampu menekan laju inflasi harga pangan di Ponorogo. Dengan pasokan yang cukup dan harga yang terkontrol, stabilitas ekonomi masyarakat dapat terjaga. Inisiatif ini juga menjadi contoh kolaborasi efektif antara kepolisian dan lembaga pangan.
Program GPM ini tidak hanya sekadar menjual kebutuhan pokok, tetapi juga mengirimkan sinyal positif kepada pasar. Adanya intervensi harga seperti ini dapat mencegah spekulasi dan penimbunan. Hal ini pada akhirnya berkontribusi pada ketahanan pangan daerah secara keseluruhan.