Generasi Petani Muda: Tantangan dan Harapan Swasembada Pangan Indonesia
Rakernas Pemuda Tani Indonesia soroti masalah regenerasi petani yang mengancam swasembada pangan; solusi dan upaya regenerasi menjadi fokus utama.

Jakarta, 23 Februari 2025 - Rapat Kerja Nasional (Rakernas) Pemuda Tani Indonesia (PTI) di Jakarta menyoroti isu krusial regenerasi petani. Ketua Umum DPP PTI, Budisatrio Djiwandono, mengungkapkan kekhawatirannya terkait usia rata-rata petani Indonesia yang telah melewati 50 tahun. Permasalahan ini mengancam keberlangsungan produksi pangan nasional dan terwujudnya swasembada pangan Indonesia.
Budisatrio menekankan pentingnya regenerasi petani sebagai penopang utama ketahanan pangan. "Salah satu tantangan besar di dunia pertanian adalah umur para petani yang kalau kita rata-ratakan mungkin sudah lebih dari 50 tahun, dan pertanyaannya ke depan bila ini berlanjut, bila tidak ada anak-anak muda di Indonesia yang ingin atau mau menekuni dunia pertanian, siapa yang akan ngurusin, yang akan memproduksi pangan bagi kita semua?" ujarnya, mengungkapkan keprihatinan atas masa depan sektor pertanian Indonesia.
Ancaman kekurangan petani muda berdampak serius pada pengelolaan lahan pertanian. Sawah yang tak terurus dapat mengurangi produksi padi nasional dan mengancam ketersediaan pangan. Kekhawatiran inilah yang mendorong berdirinya PTI, untuk mendorong regenerasi dan memastikan keberlanjutan sektor pertanian.
Regenerasi Petani: Tantangan Global dan Solusi Lokal
Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), Rachmat Pambudy, turut hadir dalam Rakernas PTI. Beliau menyatakan bahwa regenerasi petani bukan hanya masalah Indonesia, tetapi juga menjadi tantangan global yang dihadapi negara-negara seperti Australia, Jepang, dan Amerika Serikat.
Meskipun demikian, Rachmat juga menyampaikan optimismenya dengan munculnya petani-petani muda di Indonesia dalam beberapa tahun terakhir. "Di Indonesia justru timbul petani-petani baru. Timbul adanya petani-petani generasi baru," katanya, memberikan secercah harapan bagi masa depan sektor pertanian Indonesia.
Rachmat menambahkan bahwa rata-rata usia petani di negara-negara dengan masalah aging farmer mencapai 70 tahun. Di Indonesia, angka tersebut lebih rendah, sekitar 50 tahun. "Aging farmer adalah gejala alamiah, di mana para petani menjadi tua karena tidak ada regenerasi atau terlambat, maka petani tetap tua dan tetap bertani," jelas Rachmat, memberikan konteks global terhadap permasalahan ini.
Upaya Pemuda Tani Indonesia
Rakernas PTI 2025 diikuti oleh pengurus pusat dan daerah dari 26 provinsi. Acara ini juga dihadiri oleh Kepala Badan Gizi Nasional Prof. Dadan Hindayana. Selain Rakernas, PTI juga menyelenggarakan Sekolah Tani Muda II pada 21 Februari 2025, sebagai salah satu upaya untuk mencetak generasi petani muda yang terampil dan berinovasi.
Sekolah Tani Muda II merupakan salah satu inisiatif strategis PTI untuk mengatasi masalah regenerasi petani. Program ini diharapkan dapat menarik minat generasi muda untuk terjun ke dunia pertanian dan memberikan mereka keterampilan serta pengetahuan yang dibutuhkan untuk sukses dalam bidang ini. Dengan demikian, regenerasi petani dapat terwujud dan swasembada pangan Indonesia dapat tercapai.
Berbagai program pelatihan dan pendampingan bagi petani muda juga terus dikembangkan. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan produktivitas dan daya saing petani muda, sehingga mereka dapat berkontribusi secara signifikan terhadap pembangunan pertanian Indonesia.
Melalui berbagai upaya tersebut, diharapkan masalah regenerasi petani dapat teratasi dan masa depan sektor pertanian Indonesia tetap terjamin. Komitmen dari pemerintah dan berbagai pihak terkait sangat penting untuk mendukung keberhasilan program-program regenerasi petani ini.
Kesimpulannya, regenerasi petani merupakan isu yang sangat penting bagi ketahanan pangan Indonesia. Upaya-upaya untuk menarik minat generasi muda dalam bertani dan memberikan mereka dukungan yang memadai harus terus ditingkatkan.