Gibran Soroti Potensi Besar Pariwisata Desa Sade: Mengungkap Filosofi Rumah Adat Unik dan Pelestarian Budaya
Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka menyoroti potensi besar Pariwisata Desa Sade, Lombok Tengah. Kunjungan ini menegaskan komitmen pemerintah dalam pelestarian budaya dan pengembangan ekonomi lokal.

Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka pada Sabtu, 2 Agustus, melakukan kunjungan kerja ke Desa Adat Sade, Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat. Dalam kesempatan tersebut, Wapres Gibran menekankan pentingnya pelestarian budaya serta pengembangan sektor pariwisata berbasis komunitas.
Kunjungan ini bertujuan untuk melihat langsung kekayaan budaya masyarakat adat dan potensi pariwisata lokal sebagai penggerak ekonomi. Langkah ini sejalan dengan komitmen pemerintah dalam mempercepat pembangunan kawasan pariwisata prioritas, termasuk di Pulau Lombok.
Gibran menegaskan komitmennya untuk menyerap aspirasi masyarakat dan memperkuat pariwisata berbasis budaya serta UMKM. Ia berharap sinergi kebijakan nasional dan kebutuhan lokal dapat mewujudkan pembangunan yang inklusif dan berkelanjutan di daerah.
Menggali Keunikan Budaya dan Arsitektur Desa Sade
Dalam kunjungannya, Wapres Gibran didampingi Gubernur NTB Lalu Muhammad Iqbal dan pemandu lokal Sanah Ardinata, menyusuri area permukiman adat Desa Sade. Kawasan ini dikenal dengan sebutan Balai Adat Gonong Rata, yang menampilkan rumah-rumah tradisional suku Sasak dengan desain yang sangat khas dan filosofis.
Desain rumah adat di Desa Sade memiliki ciri khas bagian depan yang sengaja dibuat rendah. Menurut Talib, Koordinator Pemandu Wisata Desa Sade, hal ini melambangkan kerendahan hati dan penghormatan kepada pemilik rumah. Filosofi ini mengajarkan setiap orang yang masuk harus menunduk, sebagai bentuk penghormatan terhadap tuan rumah dan nilai-nilai adat yang dijunjung tinggi.
Selain arsitektur unik, Desa Sade juga memiliki daya tarik lain seperti Pohon Cinta, salah satu titik wisata ikonik yang menjadi bagian dari paket wisata edukatif bagi para pengunjung. Desa ini telah diakui sebagai desa wisata sejak tahun 1982 dan secara resmi oleh Kementerian Pariwisata pada tahun 1993, menunjukkan sejarah panjangnya dalam industri pariwisata.
Peningkatan jumlah wisatawan, khususnya turis mancanegara asal Spanyol, Italia, Belanda, dan Prancis, menjadi bukti nyata daya tarik Desa Sade. Data menunjukkan bahwa jumlah pengunjung melonjak pesat saat musim liburan, membuktikan potensi besar Pariwisata Desa Sade dalam menarik perhatian global.
Pemberdayaan Ekonomi Lokal Melalui Tenun dan UMKM
Selain meninjau arsitektur, Wapres Gibran juga menyempatkan diri menyapa dan berinteraksi langsung dengan para perajin tenun yang sedang memintal benang kapas di Desa Sade. Ia melihat langsung proses pembuatan kain tradisional yang rumit, seperti songke, ragi genap, dan tampu kemalu, yang merupakan warisan turun-temurun.
Karya-karya tenun ini tidak hanya melestarikan warisan budaya yang tak ternilai, tetapi juga menjadi tulang punggung ekonomi bagi masyarakat Desa Sade. Penjualan hasil tenun oleh para perajin berkontribusi signifikan terhadap pendapatan lokal, menunjukkan bagaimana Pariwisata Desa Sade mampu memberdayakan unit usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) setempat.
Kunjungan Gibran ini diharapkan dapat memperkuat semangat masyarakat lokal dalam menjaga jati diri budaya mereka yang kaya. Pada saat yang sama, hal ini juga mendorong pengembangan potensi ekonomi melalui sektor pariwisata berbasis tradisi. Perhatian pemerintah pusat diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan para perajin dan pelaku UMKM lainnya secara berkelanjutan.
Wisatawan seperti Philippe dan Elisabeth Tretiack dari Prancis merasa sangat senang dapat berkunjung dan bahkan berswafoto dengan Wapres Gibran. Pengalaman otentik dan interaksi langsung dengan budaya lokal serta tokoh penting menjadi nilai tambah yang dicari oleh turis, membuktikan daya tarik unik dari Pariwisata Desa Sade.