Gunungkidul Proyeksikan Panen Raya Padi Maret 2025: 35.351 Hektare!
Dinas Pertanian dan Pangan Gunungkidul memproyeksikan panen raya padi mencapai 35.351 hektare pada Maret 2025, dengan Kapanewon Ponjong sebagai wilayah dengan luas tanam padi terbesar.

Dinas Pertanian dan Pangan (DPP) Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta memproyeksikan panen raya padi pada masa tanam pertama akan mencapai puncaknya pada Maret 2025 mendatang. Luas panen diperkirakan mencapai 35.351 hektare. Proyeksi ini disampaikan oleh Sekretaris DPP Gunungkidul, Raharjo Yuwono, di Gunungkidul pada Selasa lalu. Informasi ini menjawab pertanyaan mengenai apa yang diproyeksikan, kapan puncak panen, dan berapa luasnya.
Meskipun panen sudah dimulai sejak Januari 2025 dengan luas panen mencapai 323 hektare, puncak panen diperkirakan terjadi pada bulan Maret. Hal ini menunjukkan peningkatan signifikan dalam produksi padi di Gunungkidul. Persiapan yang matang dan berbagai program pendukung tampaknya berkontribusi pada hasil panen yang diharapkan.
Distribusi lahan pertanian padi di Gunungkidul juga cukup merata, meskipun beberapa kapanewon memiliki luas tanam yang lebih signifikan. Kapanewon Ponjong menjadi wilayah dengan luas tanam padi terbesar, mencapai 4.004 hektare. Ini menjadi indikator penting dalam perencanaan dan distribusi sumber daya pertanian di daerah tersebut.
Sebaran Luas Panen Padi di Gunungkidul
Data dari DPP Gunungkidul menunjukkan sebaran luas panen yang cukup merata di berbagai kapanewon. Kapanewon Ponjong memimpin dengan luas panen mencapai 4.004 hektare, diikuti oleh Kapanewon Semin (3.996 hektare), Karangmojo (3.364 hektare), dan Wonosari (3.219 hektare). "Untuk yang lain tersebar di 14 kapanewon di Gunungkidul dengan luasan dari 1.600 hektare sampai 3.000-an hektare," jelas Raharjo Yuwono.
Distribusi ini menunjukkan potensi produksi padi yang cukup besar di Gunungkidul. Namun, perlu diperhatikan juga potensi tantangan dan kendala yang mungkin dihadapi di setiap kapanewon, seperti kondisi tanah, akses irigasi, dan hama penyakit tanaman.
Perencanaan dan pengelolaan yang baik sangat penting untuk memastikan produktivitas dan keberlanjutan pertanian padi di Gunungkidul. Pemerintah daerah perlu terus mendukung petani dengan menyediakan akses teknologi, pelatihan, dan infrastruktur yang memadai.
Masa Tanam dan Program Pendukung
Raharjo Yuwono juga menjelaskan mengenai masa tanam padi di Gunungkidul pada akhir tahun 2024. Luas lahan yang ditanami padi mencapai 45.921 hektare. Puncak masa tanam terjadi pada bulan November dengan luas lahan mencapai 35.351 hektare, kemudian menurun menjadi 2.120 hektare pada bulan Desember.
Hal ini menunjukkan siklus tanam yang terencana dan terukur. Pemerintah daerah tampaknya telah berhasil mengoptimalkan waktu tanam untuk mendapatkan hasil panen yang maksimal. Perencanaan yang baik ini sangat penting untuk memastikan keberhasilan program ketahanan pangan di Gunungkidul.
Ketua Tim Sarana dan Prasarana Pertanian Dinas Pertanian dan Pangan Gunungkidul, Yatimah, menambahkan bahwa Pemkab Gunungkidul berkomitmen untuk memperkuat ketahanan pangan masyarakat. Salah satu program yang dijalankan adalah program irigasi pompa. Tahun lalu, bantuan pembangunan irigasi pompa telah diberikan di 39 lokasi di Gunungkidul.
Program irigasi pompa ini terbukti efektif dalam meningkatkan produktivitas padi. "Kami bersyukur bisa berhasil karena sudah mulai membuahkan hasil dengan dilaksanakannya panen raya padi dari program irigasi pompa. Harapannya lewat program ini dapat menambah pertanaman padi di Gunungkidul," kata Yatimah. Program ini menunjukkan komitmen pemerintah daerah dalam mendukung swasembada pangan.
Proyeksi panen raya padi di Gunungkidul pada Maret 2025 menunjukkan potensi besar dalam peningkatan produksi pangan di daerah tersebut. Komitmen pemerintah daerah dalam mendukung petani melalui berbagai program, seperti program irigasi pompa, menjadi kunci keberhasilan dalam mencapai swasembada pangan.