Guru Besar Maroko Kagum Arsitektur Masjid Al-Akbar Surabaya dan Toleransi Beragama di Indonesia
Prof. Mariam Ait Ahmad dari Universitas Ibnu Tufail, Maroko, terkesan dengan keindahan arsitektur Masjid Al-Akbar Surabaya dan semangat toleransi antarumat beragama di Indonesia.

Surabaya, 16 Mei 2024 (ANTARA) - Kemegahan Masjid Nasional Al-Akbar Surabaya (MAS) dan semangat toleransi yang kuat di Indonesia memikat hati Prof. Mariam Ait Ahmad, Guru Besar Ilmu Perbandingan Agama dari Universitas Ibnu Tufail, Maroko. Kunjungannya ke masjid tersebut, bertepatan dengan pertemuannya dengan mahasiswa Indonesia, memberikan kesan mendalam tentang nilai-nilai keagamaan dan kearifan lokal yang terjaga.
Dalam kunjungannya pada Jumat lalu, Prof. Mariam secara khusus mengagumi arsitektur MAS yang megah dan mencerminkan nilai-nilai keislaman yang kuat. Keberadaan MAS yang berdekatan dengan Gereja Katolik Sakramen Mahakudus di Pagesangan Baru, Jambangan, Surabaya, juga menjadi sorotan. Keharmonisan antarumat beragama di sekitar masjid ini, menurutnya, sungguh luar biasa dan patut dicontoh.
"Saya memilih berkunjung ke Masjid Al-Akbar karena namanya sudah sangat dikenal di negara kami. Saya berharap pertemuan kami dengan para mahasiswa Indonesia ini mendapat keberkahan karena dilakukan di masjid terbesar di Indonesia," ungkap Prof. Mariam.
Arsitektur MAS dan Manajemen Masjid yang Inspiratif
Prof. Mariam tidak hanya terpesona oleh arsitektur masjid, tetapi juga pengelolaannya yang profesional dan inspiratif. Ia memuji sambutan hangat yang diterimanya dan menjelaskan bahwa manajemen masjid, yang dijelaskan secara detail oleh Kiai Sudjak, sangatlah istimewa dan menginspirasi.
Selain itu, Prof. Mariam juga mengapresiasi kegiatan sosial dan filantropi yang dilakukan MAS, termasuk manajemen wakaf dan pemberdayaan generasi muda. Kunjungan ini, baginya, juga merupakan bagian dari upaya memperkuat hubungan ilmiah dan keagamaan antara Kerajaan Maroko dan Indonesia, termasuk kesempatan bertemu dengan alumni pelajar Indonesia yang pernah belajar di Maroko.
Ketua Badan Pelaksana Pengelola (BPP) MAS, Dr. KHM Sudjak, menyambut positif kunjungan tersebut dan menekankan pentingnya kolaborasi akademik antara Indonesia dan Maroko. Universitas Ibnu Tufail, menurutnya, sangat tertarik mempelajari sistem pengelolaan MAS, sehingga kunjungan ini menjadi kesempatan bertukar informasi dan pengalaman yang berharga.
Toleransi Antarumat Beragama: Sebuah Kekuatan Indonesia
Keberadaan MAS yang berdampingan dengan Gereja Katolik Sakramen Mahakudus menjadi bukti nyata toleransi antarumat beragama di Indonesia. Hal ini semakin diperkuat dengan fakta bahwa MAS sebelumnya juga menjadi tempat pembelajaran bagi 70 agamawan muda lintas agama di Surabaya.
Para agamawan muda tersebut, berasal dari berbagai latar belakang agama, belajar mengenai hubungan harmonis antara MAS dan Gereja Katolik Sakramen Mahakudus. Hal ini menunjukkan komitmen nyata untuk menjaga kerukunan dan saling menghormati antarumat beragama.
Kunjungan Prof. Mariam Ait Ahmad ini bukan hanya sekadar kunjungan biasa, tetapi juga menjadi bukti nyata apresiasi internasional terhadap keindahan arsitektur dan semangat toleransi yang dijunjung tinggi di Indonesia. Semoga kolaborasi antara Indonesia dan Maroko di bidang keagamaan dan pendidikan dapat terus berlanjut dan semakin memperkuat hubungan kedua negara.
Kunjungan ini juga memberikan masukan berharga bagi MAS untuk meningkatkan pelayanan, khususnya kepada tamu mancanegara. Semakin banyak tamu yang berkunjung, semakin besar pula tanggung jawab MAS untuk memberikan pelayanan terbaik.
Kesimpulan
Kunjungan Guru Besar dari Maroko ini menyoroti keberhasilan Indonesia dalam mengelola keberagaman, khususnya dalam konteks keberagaman agama. Kemegahan Masjid Al-Akbar Surabaya dan semangat toleransi yang terpancar di sekitarnya menjadi bukti nyata kekuatan persatuan dan kesatuan dalam keberagaman.