Hadapi Dampak Kelangkaan BBM, Dindik Jatim Terapkan Dua Skema KBM Unik: Siswa Jauh Belajar Daring!
Dinas Pendidikan Jatim mengambil langkah progresif menghadapi dampak kelangkaan BBM di sejumlah wilayah. Bagaimana skema KBM unik ini memastikan pendidikan tetap berjalan tanpa hambatan?

Dinas Pendidikan Jawa Timur (Dindik Jatim) telah menerapkan dua skema kegiatan belajar mengajar (KBM) untuk jenjang SMA/SMK di beberapa wilayah. Kebijakan ini diambil sebagai respons terhadap dampak kelangkaan Bahan Bakar Minyak (BBM) yang terjadi. Kondisi ini dipicu oleh penutupan Jalur Gumitir sejak 24 Juli lalu.
Kelangkaan BBM ini secara signifikan memengaruhi mobilitas masyarakat, termasuk akses siswa menuju sekolah. Wilayah yang paling terdampak adalah Jember, Bondowoso, dan Banyuwangi. Penutupan jalur utama tersebut telah mengganggu distribusi BBM secara luas.
Kepala Dinas Pendidikan Jatim, Aries Agung Paewai, menegaskan komitmennya untuk memastikan KBM tidak terganggu. Ia menyatakan bahwa pembelajaran akan tetap dimaksimalkan. Skema adaptif ini dirancang untuk menjamin keberlanjutan pendidikan di tengah tantangan distribusi BBM.
Skema Adaptif Pembelajaran di Tengah Krisis BBM
Dinas Pendidikan Jawa Timur telah merancang dua skema KBM yang disesuaikan dengan kondisi geografis siswa. Skema pertama diperuntukkan bagi siswa yang berdomisili dekat dengan lokasi sekolah mereka. Kelompok siswa ini tetap dapat mengikuti pembelajaran tatap muka seperti biasa di sekolah.
Sementara itu, skema kedua diterapkan bagi siswa yang tinggal jauh dari sekolah dan terdampak langsung kelangkaan BBM. Kelompok siswa ini akan mengikuti pembelajaran secara daring dari rumah masing-masing. Pendekatan ini memastikan bahwa tidak ada siswa yang tertinggal dalam proses belajar mengajar.
Aries Agung Paewai menjelaskan bahwa di Bondowoso, hanya kurang dari 10 murid yang terdampak kelangkaan BBM. Namun, di Jember, sekitar 50 satuan pendidikan SMA dan SMK, baik negeri maupun swasta, merasakan dampak langsung. Fleksibilitas ini menjadi kunci dalam menjaga kualitas pendidikan di tengah krisis.
Akar Masalah Kelangkaan BBM: Penutupan Jalur Gumitir
Kelangkaan distribusi BBM di wilayah Tapal Kuda, khususnya Jember, Bondowoso, dan Banyuwangi, bermula dari penutupan Jalur Gumitir. Jalur vital ini merupakan penghubung utama antara Jember dan Banyuwangi yang kini ditutup. Penutupan dilakukan untuk keperluan perbaikan jalan nasional yang dijadwalkan berlangsung selama dua bulan.
Penutupan tersebut dimulai pada 24 Juli 2025 dan akan berakhir pada 24 September 2025. Akibatnya, distribusi BBM harus dialihkan melalui jalur utara, yakni via Situbondo. Pengalihan rute ini menambah jarak tempuh dan waktu distribusi secara signifikan.
Selain itu, akses melalui jalur utara juga sempat terkendala kemacetan panjang. Kemacetan parah terjadi di kawasan Pelabuhan Ketapang, Banyuwangi, yang semakin memperparah keterlambatan suplai BBM. Kondisi ini berdampak pada antrean panjang dan kelangkaan BBM di sejumlah Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU).
Harapan Normalisasi dan Keberlanjutan Pendidikan
Kepala Dinas Pendidikan Jatim menyatakan harapannya agar antrean panjang dan kelangkaan BBM di wilayah Tapal Kuda segera teratasi. Normalisasi pasokan BBM sangat krusial untuk memulihkan aktivitas masyarakat secara keseluruhan. Sektor pendidikan menjadi salah satu prioritas yang membutuhkan stabilitas pasokan energi.
Meskipun menghadapi tantangan, Dindik Jatim berkomitmen penuh untuk memastikan KBM tidak terganggu. Upaya adaptif melalui skema daring dan tatap muka menjadi bukti komitmen tersebut. Ini menunjukkan responsibilitas pemerintah daerah dalam menjaga hak pendidikan setiap siswa.
Dengan pulihnya distribusi BBM, diharapkan seluruh aktivitas ekonomi dan sosial, termasuk dunia pendidikan, dapat kembali berjalan normal. Kerja sama lintas sektor menjadi kunci dalam mengatasi krisis ini. Pendidikan tetap menjadi prioritas utama di tengah segala kendala yang ada.