Harga Minyak Goreng Naik, Kemendag: CPO Jadi Biang Keladinya!
Kementerian Perdagangan (Kemendag) menyatakan kenaikan harga minyak goreng di Indonesia disebabkan oleh peningkatan harga minyak kelapa sawit (CPO) dunia, dan berbagai upaya dilakukan untuk menstabilkan harga.

Kenaikan harga minyak goreng yang terjadi di Indonesia akhir-akhir ini tengah menjadi sorotan. Kementerian Perdagangan (Kemendag) mengungkapkan bahwa lonjakan harga komoditas penting ini turut dipengaruhi oleh tingginya harga minyak kelapa sawit (CPO) di pasar internasional. Hal ini disampaikan langsung oleh Staf Ahli Bidang Iklim Usaha dan Pengamanan Pasar Kemendag, Tommy Andana, dalam Rapat Inflasi Kementerian Dalam Negeri pada Senin lalu.
Dampak Kenaikan Harga CPO
Tommy menjelaskan bahwa kenaikan harga tersebut tidak hanya terjadi pada satu jenis minyak goreng saja. Minyak goreng premium, curah, dan MinyaKita, semuanya mengalami kenaikan harga di 166 daerah di Indonesia. Data Sistem Pemantauan Pasar dan Kebutuhan Pokok (SP2KP) per 14 Februari 2025 menunjukkan harga rata-rata nasional minyak goreng premium mencapai Rp22.147 per liter, minyak goreng curah Rp17.672 per liter, dan MinyaKita Rp17.234 per liter. Perlu dicatat bahwa data BPS pada minggu kedua Februari 2025 mencatat angka yang sedikit berbeda; premium Rp21.545, curah Rp17.620, dan MinyaKita Rp17.411 per liter.
"Terkait dengan harga minyak goreng keseluruhan, trennya naik, karena minyak goreng ini kan harganya tergantung sama CPO. Harga CPO mengikuti harga standar internasional, saat mereka naik berimbas pada harga (minyak goreng) juga naik," jelas Tommy.
Upaya Pemerintah Menstabilkan Harga
Pemerintah, melalui Kemendag, telah mengambil beberapa langkah untuk mengatasi permasalahan ini. Untuk MinyaKita, Kemendag bekerja sama dengan pemerintah daerah dan Satgas Pangan untuk mengawasi agar harga tetap sesuai dengan Harga Eceran Tertinggi (HET) yang telah ditetapkan, yaitu Rp15.700 per liter. Selain itu, Kemendag juga mengimbau pasar rakyat dan pemerintah daerah untuk memasang spanduk yang menginformasikan HET dan mengajak masyarakat untuk aktif melaporkan jika menemukan pelanggaran.
Kemendag juga berkolaborasi dengan BUMN Pangan, Bulog dan ID Food, untuk memperlancar distribusi MinyaKita, terutama ke daerah-daerah yang sulit dijangkau oleh distributor swasta. "Kita juga meminta Bulog dan ID Food untuk operasi pasar dengan menyediakan MinyaKita di pasar rakyat," tambah Tommy.
Situasi di Lapangan
Data BPS menunjukkan kenaikan harga minyak goreng sebesar 46,11 persen secara keseluruhan. Pada minggu kedua Februari 2025, kenaikannya mencapai 0,48 persen dibandingkan Januari 2025. Kenaikan harga tertinggi tercatat di Kabupaten Intan Jaya, Papua Tengah, yang mencapai Rp60.000 per liter. Kondisi ini menunjukkan disparitas harga yang cukup signifikan antar daerah di Indonesia.
Kesimpulan
Kenaikan harga minyak goreng di Indonesia memang kompleks dan dipengaruhi oleh berbagai faktor, salah satunya adalah fluktuasi harga CPO global. Pemerintah terus berupaya untuk menjaga stabilitas harga dan ketersediaan minyak goreng bagi masyarakat melalui berbagai strategi, termasuk pengawasan ketat, kerjasama dengan daerah, dan peningkatan distribusi. Partisipasi aktif masyarakat dalam melaporkan pelanggaran harga juga sangat penting untuk keberhasilan upaya ini.