Hari Bumi 2025: Pertanian Berkelanjutan, Pilar Ketahanan Pangan dan Pelestarian Bumi
Peringatan Hari Bumi 2025 menekankan pentingnya pertanian berkelanjutan sebagai solusi untuk ketahanan pangan dan pelestarian lingkungan, dengan Indonesia sebagai contoh negara agraris yang perlu bertransformasi.

Setiap tanggal 22 April, dunia memperingati Hari Bumi. Tema peringatan tahun 2025, 'Kekuatan Kita, Planet Kita', mengajak masyarakat global untuk beralih ke energi terbarukan dan mengurangi konsumsi berlebih. Namun, peringatan ini juga menyoroti peran krusial sektor pertanian dalam pembangunan berkelanjutan, khususnya di Indonesia sebagai negara agraris.
Pertanian, sebagai sektor yang erat kaitannya dengan alam, memiliki potensi besar untuk merusak lingkungan jika praktiknya tidak berkelanjutan. Namun, sekaligus menjadi solusi melalui pendekatan ramah lingkungan seperti agroforestri dan pertanian organik. Presiden Prabowo Subianto telah menegaskan komitmennya untuk memperkuat sektor pertanian sebagai pilar ketahanan pangan nasional, dengan berbagai langkah strategis yang telah dan akan diambil.
Hari Bumi 2025 menjadi momentum refleksi dan ajakan untuk bertindak nyata. Menghargai petani, memilih pangan lokal, menghemat energi dan air, serta menjaga alam merupakan langkah-langkah sederhana namun signifikan yang dapat dilakukan setiap individu untuk berkontribusi pada pelestarian bumi.
Pilar Ekonomi dan Tantangan Pertanian Indonesia
Sektor pertanian Indonesia berperan vital dalam perekonomian nasional. Namun, tantangan serius seperti alih fungsi lahan, degradasi tanah akibat penggunaan pupuk kimia berlebihan, dan ketergantungan pada input pertanian sintetis mengancam keberlanjutan produksi. Transformasi menuju praktik pertanian berkelanjutan menjadi sangat mendesak.
Berbagai daerah di Indonesia telah menunjukkan contoh penerapan pertanian berkelanjutan. Di Kabupaten Bandung, sistem pertanian terpadu (integrated farming) yang menggabungkan tanaman pangan, peternakan, dan produksi biogas telah terbukti meningkatkan pendapatan petani dan mengurangi limbah. Praktik seperti rotasi tanaman, pupuk organik, dan agroforestri juga meningkatkan kesuburan tanah dan keanekaragaman hayati.
Inovasi teknologi pertanian juga krusial. Penelitian IPB dan Badan Litbang Pertanian menunjukkan bahwa penggunaan varietas padi tahan kekeringan dan sistem irigasi berbasis tenaga surya dapat meningkatkan efisiensi penggunaan air dan adaptasi terhadap perubahan iklim. Penerapan teknologi ramah lingkungan ini memungkinkan peningkatan produksi tanpa merusak lingkungan.
Pemerintah perlu mendorong inovasi teknologi pertanian yang ramah lingkungan dan berkelanjutan untuk meningkatkan produktivitas dan efisiensi sektor pertanian. Hal ini penting untuk mencapai kedaulatan pangan yang berkelanjutan.
Mitos Pertanian dan Deforestasi: Mencari Solusi Berkelanjutan
Sektor pertanian seringkali dianggap sebagai penyebab utama deforestasi di Indonesia. Namun, data dari Palm Oil Agribusiness Strategic Policy Institute (PASPI) menunjukkan bahwa kontribusi kelapa sawit terhadap deforestasi global hanya sekitar 2 persen. Penyebab deforestasi jauh lebih kompleks, termasuk praktik perizinan lahan, ekspansi infrastruktur, dan eksploitasi tambang.
Banyak pelaku pertanian di Indonesia telah menerapkan praktik yang harmonis dengan alam. Di Sumatra Barat, petani kopi di Lintau Buo mempraktikkan agroforestri, sementara di Nusa Tenggara Timur, praktik tambarangan mengurangi erosi tanah hingga 40 persen. Inovasi teknologi seperti drone untuk pemantauan tanaman dan pemetaan lahan berbasis kecerdasan buatan juga mulai diterapkan.
Dukungan kebijakan, riset, dan edukasi sangat penting untuk memperluas praktik pertanian berkelanjutan. Kebijakan yang mendukung riset pertanian berkelanjutan, pemberian subsidi untuk teknologi hijau, serta pelatihan adaptasi iklim bagi petani adalah langkah strategis yang perlu diperluas.
Pertanian untuk Bumi: Kolaborasi dan Aksi Nyata
Hari Bumi 2025 menjadi momentum untuk memperkuat komitmen terhadap transformasi pertanian berkelanjutan. Kolaborasi lintas sektor, mulai dari pemerintah hingga komunitas lokal, sangat penting. Gerakan urban farming di berbagai kota besar di Indonesia menunjukkan bahwa keterbatasan lahan bukan penghalang untuk berkontribusi dalam ketahanan pangan dan pengurangan emisi karbon.
Generasi muda memiliki peran strategis dalam promosi pertanian organik melalui media sosial dan pengembangan startup yang menghubungkan petani dan konsumen. Pendidikan lingkungan hidup sejak dini juga krusial untuk menanamkan kesadaran ekologis. Perubahan di tingkat individu, seperti mengurangi sampah makanan dan memilih produk lokal, juga berkontribusi besar.
Selamat Hari Bumi 2025. Mari kita jadikan pertanian sebagai kekuatan utama dalam ekonomi bangsa dan upaya merawat bumi, demi masa depan yang sejahtera dan lestari. "Menyelamatkan planet dimulai dari tindakan nyata dalam kehidupan sehari-hari," demikian pesan yang perlu kita resapi bersama.