Hati-hati Promo Lebaran! Dosen UGM Imbau Masyarakat Hindari Belanja Impulsif
Dosen FEB UGM, Akhmad Akbar Susamto, mengingatkan masyarakat agar bijak dalam berbelanja saat promo Lebaran untuk menghindari pengeluaran yang membengkak akibat belanja impulsif.

Yogyakarta, 22 Maret 2024 (ANTARA) - Menjelang Lebaran, masyarakat diimbau untuk lebih berhati-hati dalam mengelola keuangan. Imbauan ini disampaikan oleh Dosen Fakultas Ekonomika dan Bisnis (FEB) Universitas Gadjah Mada (UGM), Akhmad Akbar Susamto, menanggapi maraknya promo dan diskon besar-besaran yang berpotensi memicu belanja impulsif. Apa yang terjadi? Siapa yang terlibat? Di mana peristiwa ini terjadi? Kapan imbauan ini disampaikan? Mengapa imbauan ini penting? Bagaimana masyarakat dapat mengantisipasinya? Jawabannya terdapat pada artikel ini.
Akbar menekankan pentingnya kesadaran akan potensi jebakan belanja impulsif, terutama dengan kemudahan transaksi digital dan layanan "pay later" yang semakin marak. "Jangan belanja ketika kita sedang lapar, baik lapar fisik maupun lapar pikiran. Mencari promo itu tidak apa-apa, tetapi jika tidak butuh mengapa harus membeli?" tegas Akbar dalam keterangannya di Yogyakarta, Sabtu.
Ia menyoroti bagaimana banyak orang tergiur oleh promo tanpa mempertimbangkan kebutuhan sebenarnya, yang pada akhirnya menyebabkan pembengkakan pengeluaran. Kondisi ini diperparah dengan mudahnya akses ke layanan kredit digital yang dapat membuat pengeluaran tak terkendali.
Tips Mengelola Keuangan Jelang Lebaran
Akbar memberikan beberapa saran praktis untuk menghindari jebakan belanja impulsif. Langkah pertama adalah menyusun daftar kebutuhan sebelum berbelanja. Buatlah daftar tersebut dengan mengurutkan tingkat urgensi, membedakan antara kebutuhan penting dan yang dapat ditunda. Dengan begitu, kita dapat memprioritaskan pengeluaran untuk hal-hal yang benar-benar dibutuhkan.
Lebih lanjut, Akbar menjelaskan pentingnya perencanaan keuangan yang matang. "Sebelum merancang pengeluaran, diperlukan penentuan kebutuhan yang mana yang mendesak dan yang tidak mendesak. Kemudian, beberapa kebutuhan ini diurutkan mulai dari yang paling wajib dibeli hingga yang bisa ditunda," jelasnya. Dengan langkah ini, masyarakat dapat menghindari pengeluaran yang tidak perlu dan menjaga stabilitas keuangan.
Selain itu, ia juga menyarankan untuk tidak menjadikan Lebaran sebagai alasan untuk menguras tabungan demi memenuhi keinginan konsumtif. Sebaliknya, masyarakat dianjurkan untuk mengalokasikan dana dengan bijak, termasuk untuk keperluan sosial seperti bersedekah. Ini merupakan bentuk pengelolaan keuangan yang bertanggung jawab dan bernilai sosial.
Akbar juga mengingatkan pentingnya pemanfaatan tunjangan hari raya (THR) secara bijak. "Jangan sampai kita menggunakan tabungan untuk membeli hal-hal yang tidak mendesak karena sifat THR itu sebagai tunjangan untuk merayakan hari raya. Jadi, perlu berhati-hati untuk menghitung perencanaan keuangan," ujarnya. THR seharusnya digunakan untuk memenuhi kebutuhan mendesak dan perayaan Lebaran, bukan untuk belanja impulsif yang dapat mengganggu keuangan pasca-Lebaran.
Pentingnya Perencanaan Keuangan yang Matang
Dalam konteks ekonomi digital saat ini, kemudahan akses kredit dan promo besar-besaran dapat memicu kebiasaan konsumtif. Oleh karena itu, perencanaan keuangan yang matang menjadi sangat penting. Masyarakat perlu membiasakan diri untuk mencatat pengeluaran, membandingkan harga, dan menghindari pembelian barang yang tidak dibutuhkan. Dengan demikian, masyarakat dapat lebih bijak dalam mengelola keuangan dan terhindar dari jebakan belanja impulsif.
Akbar juga menekankan pentingnya membedakan antara keinginan dan kebutuhan. Seringkali, promo dan diskon membuat kita tergoda untuk membeli barang yang sebenarnya tidak kita butuhkan. Oleh karena itu, penting untuk selalu mengingat tujuan awal berbelanja dan menghindari pembelian impulsif yang hanya akan menambah beban keuangan.
Kesimpulannya, menghadapi berbagai promo Lebaran, masyarakat perlu lebih cermat dalam mengelola keuangan. Perencanaan yang matang, prioritas kebutuhan, dan menghindari belanja impulsif merupakan kunci untuk menjaga stabilitas keuangan sebelum, selama, dan setelah Lebaran. Dengan demikian, perayaan Lebaran dapat dijalani dengan lebih tenang dan damai tanpa beban finansial yang berlebihan.