Hilirisasi Baja: Pacu Daya Saing IKM dan Dorong Pertumbuhan Ekonomi Nasional
Hilirisasi sektor baja di Indonesia terbukti meningkatkan daya saing IKM, mendorong pertumbuhan PDB, dan berkontribusi signifikan terhadap pembangunan infrastruktur nasional.

Kementerian Perindustrian (Kemenperin) menyatakan bahwa hilirisasi sektor baja telah berhasil meningkatkan daya saing industri kecil menengah (IKM) di Indonesia. Hal ini berdampak positif pada peningkatan kontribusi IKM manufaktur terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) nasional. Direktur Jenderal Industri Kecil, Menengah, dan Aneka (IKMA) Kemenperin, Reni Yanita, menjelaskan dampak positif kebijakan ini bagi perekonomian Indonesia.
Penerapan hilirisasi baja memberikan nilai tambah (value added) yang signifikan terhadap tingkat komponen dalam negeri (TKDN) industri hilir. Nilai tambah ini kemudian dimanfaatkan oleh IKM untuk memproduksi produk turunan dengan potensi pasar yang besar, seperti komponen otomotif, komponen alat mesin pertanian (alsintan), dan produk kerajinan. "Bukan hanya ke TKDN manfaatnya, tapi secara value added sektor baja tersebut meningkat," ujar Reni Yanita.
Kemenperin juga menjalankan program link and match untuk meningkatkan kualitas produk hilir baja yang dihasilkan IKM. Program ini bertujuan untuk mencocokkan kebutuhan industri hulu baja dengan industri hilirnya, sehingga suplai bahan baku baja sesuai dengan spesifikasi produk yang akan dibuat oleh IKM.
Hilirisasi Baja dan Peran IKM dalam Perekonomian Indonesia
Data yang disampaikan Kemenperin menunjukkan bahwa IKM di Indonesia memiliki peran yang sangat penting dalam perekonomian nasional. Terdapat sekitar 4,5 juta unit usaha IKM yang berkontribusi sebesar 99,77 persen dari total unit usaha industri di Indonesia. IKM juga menyerap 65,52 persen dari total tenaga kerja di sektor industri, atau sekitar 13,11 juta tenaga kerja.
Kontribusi IKM terhadap nilai output industri pengolahan nonmigas mencapai 21,53 persen dari total nilai output industri nasional. Laju pertumbuhan PDB IKM tercatat sebesar 5,26 persen secara tahunan (year on year). Angka-angka ini menunjukkan kontribusi signifikan IKM terhadap perekonomian Indonesia, yang semakin diperkuat dengan kebijakan hilirisasi baja.
Program hilirisasi baja tidak hanya berdampak positif bagi IKM, tetapi juga bagi perekonomian nasional secara keseluruhan. Hal ini diungkapkan oleh Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Eko Listiyanto.
Urgensi Hilirisasi Baja untuk Pembangunan Infrastruktur
Eko Listiyanto menekankan urgensi kebijakan hilirisasi baja bagi pembangunan infrastruktur di Indonesia. Kebijakan ini sangat penting mengingat Indonesia masih terus melakukan pembangunan infrastruktur di berbagai wilayah. Hilirisasi baja tidak hanya bermanfaat untuk pembangunan infrastruktur, tetapi juga untuk peningkatan produksi peralatan rumah tangga, konstruksi, kendaraan, dan berbagai sektor lainnya.
Dengan meningkatnya nilai tambah baja produksi dalam negeri melalui hilirisasi, Indonesia dapat mengurangi ketergantungan pada impor dan meningkatkan daya saing produk-produk dalam negeri di pasar global. Hal ini akan berdampak positif terhadap pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat Indonesia.
Kesimpulannya, hilirisasi baja merupakan kebijakan strategis yang memberikan dampak positif signifikan terhadap perekonomian Indonesia. Kebijakan ini tidak hanya meningkatkan daya saing IKM, tetapi juga mendorong pertumbuhan PDB dan berkontribusi besar terhadap pembangunan infrastruktur nasional. Peran IKM dalam perekonomian Indonesia semakin terlihat penting dan strategis berkat adanya kebijakan hilirisasi ini.