Hilirisasi Baja: Kunci Penguatan Kemandirian Industri Nasional
Ketua Umum Aspebindo, Anggawira, menekankan pentingnya hilirisasi baja untuk memperkuat kemandirian industri nasional dan mengurangi ketergantungan impor, terutama dalam sektor konstruksi dan pembangunan IKN.

Jakarta, 24 Maret 2024 - Ketua Umum Asosiasi Pemasok Energi, Mineral, dan Batu bara Indonesia (Aspebindo), Anggawira, menyatakan bahwa hilirisasi baja menjadi kunci utama dalam memperkuat kemandirian industri nasional. Hal ini disampaikannya menanggapi peran krusial industri baja dalam pembangunan infrastruktur dan berbagai sektor strategis di Indonesia, sekaligus mengurangi ketergantungan pada impor bahan baku baja.
Anggawira menjelaskan bahwa hilirisasi baja, yang meliputi pengolahan dan peningkatan nilai tambah produk baja di dalam negeri, akan memberikan dampak signifikan terhadap perekonomian Indonesia. Ia menekankan pentingnya langkah ini dalam konteks pembangunan nasional, khususnya dalam memenuhi kebutuhan baja yang tinggi di berbagai proyek infrastruktur.
Pernyataan tersebut disampaikan Anggawira saat dihubungi ANTARA dari Jakarta. Menurutnya, industri baja berperan vital dalam pembangunan, terutama sektor konstruksi. Angka kebutuhan baja untuk pembangunan perumahan di Indonesia, misalnya, diperkirakan mencapai 30-40 persen dari total material yang dibutuhkan.
Hilirisasi Baja dan Proyek Strategis Nasional
Anggawira menyoroti pentingnya hilirisasi baja dalam konteks program tiga juta rumah yang dicanangkan pemerintah. Ia juga melihat potensi besar hilirisasi baja dalam mendukung pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN) di Kalimantan Timur. Proyek-proyek berskala besar seperti ini membutuhkan pasokan baja dalam jumlah signifikan, dan hilirisasi dapat memastikan ketersediaan bahan baku tersebut.
Lebih lanjut, Anggawira berharap industri baja nasional dapat berkontribusi maksimal dalam pencapaian target pembangunan nasional. Hal ini termasuk dalam program perumahan nasional dan upaya memperkuat kemandirian ekonomi Indonesia secara keseluruhan. Dengan hilirisasi, Indonesia dapat mengurangi ketergantungan pada impor baja dan sekaligus meningkatkan nilai tambah produk dalam negeri.
Ia menambahkan bahwa sebelum Presiden Prabowo Subianto terpilih, ia telah berharap agar pemerintah dapat membangun ekosistem hilirisasi baja yang kuat dan berkelanjutan. Hal ini menunjukkan komitmen jangka panjangnya terhadap pengembangan industri baja nasional.
Sukses Ekspor Baja Indonesia ke Pasar Global
Sebagai bukti nyata keberhasilan hilirisasi baja, PT Tata Metal Lestari, bagian dari Tatalogam Group, baru-baru ini berhasil mengekspor 5.000 ton baja lapis ke Amerika Serikat. Ekspor ini bernilai 7,2 juta dolar AS, menunjukkan daya saing produk baja Indonesia di pasar internasional.
Kolaborasi strategis dengan PT Krakatau Baja Industri (KBI), anak usaha PT Krakatau Steel (Persero) Tbk, semakin memperkuat posisi Indonesia dalam industri baja global. Produk-produk unggulan seperti Nexalume, Nexium, dan Nexcolor, yang diekspor ke Amerika Serikat, telah memenuhi standar internasional dan diterima dengan baik di pasar tersebut.
Ekspor ini menjadi bukti nyata keberhasilan program hilirisasi baja yang dicanangkan pemerintah. Hal ini menunjukkan potensi besar industri baja Indonesia untuk tidak hanya memenuhi kebutuhan domestik, tetapi juga bersaing di pasar global.
Keberhasilan ekspor ini juga menunjukkan potensi besar dari hilirisasi baja dalam meningkatkan devisa negara dan membuka peluang kerja baru di Indonesia.
Kesimpulan
Hilirisasi baja terbukti menjadi strategi kunci dalam memperkuat kemandirian industri nasional dan mengurangi ketergantungan pada impor. Keberhasilan ekspor baja Indonesia ke pasar global semakin mengukuhkan potensi besar industri ini dalam mendorong pertumbuhan ekonomi dan pembangunan nasional. Dengan dukungan pemerintah dan kolaborasi antar pelaku industri, hilirisasi baja diyakini akan semakin memperkuat posisi Indonesia di kancah industri baja internasional.