IEU-CEPA: Jurus Pemerintah Selamatkan Industri Tekstil RI dari Ancaman Global
Pemerintah gencar mendorong IEU-CEPA untuk melindungi pasar tekstil Indonesia dari ketidakpastian global dan meningkatkan daya saing industri tekstil nasional.

Jakarta, 19 Maret 2024 - Di tengah ketidakpastian geopolitik global, pemerintah Indonesia menekankan urgensi penyelesaian perundingan ekonomi komprehensif dengan Uni Eropa (IEU-CEPA) untuk melindungi industri tekstil nasional. Hal ini disampaikan langsung oleh Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, di Kompleks Istana Kepresidenan Jakarta. Pernyataan tersebut menjawab pertanyaan Apa yang dilakukan pemerintah, Siapa yang terlibat, Di mana peristiwa terjadi, Kapan disampaikan, Mengapa penting, dan Bagaimana caranya.
Uni Eropa, menurut Airlangga, merupakan pasar utama bagi produk tekstil Indonesia, menyerap sekitar 30 persen dari permintaan global. "IEU yang besarnya marketnya, sekitar hampir 30 persen dari demand global, Amerika sekitar 15 persen dan sisanya negara-negara lain," ujarnya. Angka ini menunjukkan betapa pentingnya akses pasar Uni Eropa bagi keberlangsungan industri tekstil dalam negeri.
Keberhasilan Vietnam meningkatkan ekspor tekstil hingga 50 persen setelah menandatangani perjanjian perdagangan serupa menjadi contoh nyata manfaat IEU-CEPA. Presiden Joko Widodo pun menargetkan capaian serupa bagi industri tekstil Indonesia setelah perjanjian ini berlaku. Hal ini menunjukkan komitmen pemerintah untuk mendorong pertumbuhan sektor ini.
Strategi Pemerintah Perkuat Industri Tekstil
Pemerintah tidak hanya berfokus pada perluasan pasar ekspor melalui IEU-CEPA, tetapi juga berupaya meningkatkan daya saing industri tekstil dalam negeri, khususnya Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMK). Salah satu langkah kunci adalah program revitalisasi permesinan. Regulasi program ini segera diterbitkan, didukung alokasi dana subsidi investasi sebesar Rp20 triliun untuk memodernisasi peralatan produksi.
Airlangga menjelaskan, "Kalau mesinnya tidak diperbaiki, daya saing, baik dari penggunaan energi maupun produksi, speed-nya akan lebih lambat." Pernyataan ini menyoroti pentingnya modernisasi teknologi untuk meningkatkan efisiensi dan produktivitas industri tekstil.
Selain revitalisasi mesin, pemerintah juga menyiapkan skema kredit investasi dengan tenor 8 tahun dan subsidi bunga 5 persen untuk industri padat karya, termasuk tekstil, sepatu, makanan dan minuman, furnitur, dan kulit. Skema ini diharapkan dapat mendorong investasi dan pertumbuhan di sektor-sektor tersebut.
Dukungan dari Berbagai Pihak
Rapat terbatas membahas IEU-CEPA juga dihadiri oleh Menteri Keuangan Sri Mulyani, Ketua Dewan Ekonomi Nasional (DEN) Luhut Binsar Pandjaitan, Wakil Ketua DEN Mari Elka Pangestu, serta anggota DEN Chatib Basri dan Arief Anshory Yusuf. Kehadiran mereka menunjukkan komitmen dan dukungan lintas kementerian dan lembaga dalam upaya melindungi dan mengembangkan industri tekstil Indonesia.
Dengan berbagai strategi yang telah dirumuskan, pemerintah optimistis sektor tekstil dapat kembali bergairah, menciptakan lapangan kerja yang lebih luas, dan meningkatkan daya saing Indonesia di pasar global setelah IEU-CEPA terealisasi. Langkah-langkah ini diharapkan mampu menghadapi tantangan global dan memastikan keberlanjutan industri tekstil nasional.
Pemerintah berharap melalui IEU-CEPA, industri tekstil Indonesia dapat meningkatkan daya saingnya dan menghadapi ketidakpastian ekonomi global dengan lebih baik. Program revitalisasi mesin dan skema kredit investasi menjadi kunci dalam upaya ini.