Aprisindo Desak Pemerintah Buka Pasar Uni Eropa untuk Garmen dan Alas Kaki
Aprisindo meminta Menko Luhut Binsar Pandjaitan untuk mendorong akses pasar Uni Eropa bagi produk garmen dan alas kaki Indonesia, mengingat ketidakpastian pasar Amerika Serikat.

Ketua Bidang Perdagangan Internasional Asosiasi Persepatuan Indonesia (Aprisindo), Devi Kusumaningtyas, mendesak Ketua Dewan Ekonomi Nasional (DEN), Luhut Binsar Pandjaitan, untuk membuka akses pasar Uni Eropa bagi produk garmen dan alas kaki Indonesia. Permintaan ini disampaikan di Jakarta pada Jumat, 21 Februari 2024.
Devi mengungkapkan alasan di balik permintaan tersebut. Menurutnya, pasar Amerika Serikat saat ini kurang dapat diandalkan sebagai mitra dagang. "Kita menyampaikan ke Pak Luhut supaya bisa membuka pintu pasar juga Uni Eropa. Kalau sekarang Amerika kan, mungkin sekarang mereka it's not reliable trading partner. Mungkin yang lebih predictable, yang selalu menjalankan komitmennya Uni Eropa," ujarnya.
Permintaan ini muncul setelah pemerintah Indonesia baru saja menyelesaikan Indonesia-Canada Comprehensive Economic Partnership Agreement (ICA CEPA) dengan Kanada, yang bertujuan untuk memperluas akses pasar produk Indonesia di Amerika Utara. Perjanjian ini tidak hanya mencakup perdagangan barang, tetapi juga memberikan kemudahan bagi penyedia jasa Indonesia di berbagai sektor, termasuk investasi di sektor manufaktur, pertanian, dan infrastruktur.
Dorongan Pentingnya Akses Pasar Uni Eropa
Uni Eropa merupakan pasar kedua terbesar bagi industri garmen dan alas kaki Indonesia, khususnya sepatu. Oleh karena itu, Aprisindo berharap Luhut dapat membantu mempercepat penyelesaian perundingan Indonesia-European Union Comprehensive Economic Partnership Agreement (IEU-CEPA), yang telah berlangsung selama 9 tahun. Devi meyakini percepatan IEU-CEPA akan meningkatkan nilai ekspor dan penyerapan tenaga kerja di Indonesia.
Devi mengapresiasi peran Luhut yang selalu membuka ruang dialog dan berkomitmen terhadap kepentingan nasional. "Pak Luhut sangat membantu. Jadi, selalu membuka ruang untuk dialog, dan kalau misalnya memang terkait kepentingan nasional harus kita usahakan bersama. Jadi, memang sangat terbuka sih beliau untuk masukan-masukannya. Beliau juga melihat bahwa industri padat karya ini masih penting untuk meningkatkan ekonomi dan juga pemerataan ekonomi," katanya.
Selain akses pasar, Aprisindo juga membahas isu regulasi ketenagakerjaan, termasuk produktivitas, formulasi pengupahan, perizinan, iklim investasi, dan dialog antara pengusaha, pemerintah, dan pekerja. Devi berharap adanya task force untuk membantu industri padat karya, baik yang sudah ada maupun yang baru berinvestasi, guna menciptakan iklim investasi yang lebih kondusif.
ICA CEPA: Langkah Strategis Memperluas Pasar
Indonesia-Canada Comprehensive Economic Partnership Agreement (ICA CEPA) menjadi bukti komitmen pemerintah dalam memperluas akses pasar produk Indonesia. Perjanjian ini menawarkan berbagai keuntungan, mulai dari kemudahan akses pasar untuk produk Indonesia di Amerika Utara hingga preferential treatment bagi penyedia jasa Indonesia di berbagai sektor.
ICA CEPA juga mencakup komitmen di bidang hak kekayaan intelektual, regulasi, e-commerce, persaingan usaha, UKM, pemberdayaan ekonomi perempuan, lingkungan, dan ketenagakerjaan. Hal ini menunjukkan cakupan perjanjian yang komprehensif dan berkelanjutan.
Namun, Aprisindo menyadari pentingnya diversifikasi pasar. Oleh karena itu, IEU-CEPA dengan Uni Eropa menjadi fokus utama berikutnya, mengingat potensi pasar yang besar dan komitmen Uni Eropa yang lebih terprediksi.
Tantangan dan Harapan Ke Depan
Aprisindo menghadapi berbagai tantangan, termasuk regulasi ketenagakerjaan dan perizinan. Namun, dukungan dari pemerintah, khususnya peran Luhut Binsar Pandjaitan, memberikan harapan bagi industri padat karya di Indonesia. Komitmen pemerintah untuk menciptakan iklim investasi yang kondusif menjadi kunci keberhasilan dalam meningkatkan nilai ekspor dan penyerapan tenaga kerja.
Dengan adanya ICA CEPA dan dorongan untuk menyelesaikan IEU-CEPA, industri garmen dan alas kaki Indonesia memiliki potensi besar untuk berkembang. Namun, kesuksesan ini bergantung pada kolaborasi yang erat antara pemerintah, pengusaha, dan pekerja.
Keberhasilan dalam membuka akses pasar Uni Eropa dan menciptakan iklim investasi yang kondusif akan berdampak positif bagi perekonomian Indonesia, khususnya dalam meningkatkan nilai ekspor dan penyerapan tenaga kerja di sektor padat karya.