Indonesia Deportasi Serge Atlaoui ke Prancis, 4 Februari 2025
Pemerintah Indonesia akan memindahkan Serge Atlaoui, terpidana mati kasus narkotika asal Prancis, ke negaranya pada 4 Februari 2025, berdasarkan kesepakatan kedua negara.

Indonesia akan memulangkan Serge Atlaoui, warga negara Prancis yang divonis hukuman mati atas kasus narkotika, ke Prancis pada 4 Februari 2025. Pengumuman resmi ini disampaikan Menteri Koordinator Bidang Hukum, HAM, dan Pemasyarakatan (Menko Kumham), Yusril Ihza Mahendra, dalam konferensi pers di Jakarta pada 24 Januari 2025. Keputusan ini menandai berakhirnya proses panjang yang melibatkan negosiasi bilateral antara Indonesia dan Prancis.
Perjanjian pemulangan Atlaoui ditandatangani secara daring oleh Menko Kumham Indonesia dan Menteri Kehakiman Prancis. Duta Besar Prancis untuk Indonesia, Fabien Penone, turut menyaksikan penandatanganan kesepakatan tersebut di Kantor Kemenko Kumham. Kesepakatan ini mengatur pemindahan Atlaoui dengan prinsip resiprokal, membuka jalan bagi kerja sama serupa di masa mendatang.
Dalam perjanjian tersebut, Prancis mengakui kedaulatan hukum Indonesia atas vonis mati yang dijatuhkan kepada Atlaoui. Namun, setelah pemulangan, kewenangan hukum sepenuhnya beralih ke Prancis. Indonesia akan menghormati keputusan hukum Prancis selanjutnya, termasuk kemungkinan pengurangan hukuman. Perlu diketahui bahwa di Prancis, kejahatan yang dilakukan Atlaoui akan dijatuhi hukuman maksimal 30 tahun penjara, bukan hukuman mati.
Yusril menjelaskan bahwa pemerintah Indonesia menyerahkan sepenuhnya kepada pemerintah Prancis untuk memutuskan apakah akan memberikan grasi, amnesti, atau bentuk pengurangan hukuman lainnya. Proses transfer Atlaoui akan berlangsung hingga ia menaiki pesawat di Indonesia. Setelah itu, tanggung jawab sepenuhnya berada di tangan pemerintah Prancis.
Pemerintah Indonesia memastikan akan terus memantau kondisi Atlaoui setelah dipindahkan ke Prancis. Kesepakatan ini juga menjamin akses informasi bagi Indonesia terkait perlakuan yang diberikan kepada Atlaoui di Prancis, sehingga transparansi tetap terjaga.
Atlaoui, terpidana kasus pengoperasian pabrik ekstasi di Cikande, Tangerang pada 2005, telah beberapa kali mengajukan pengampunan kepada pemerintah Indonesia. Eksekusi mati yang dijadwalkan pada 2015 ditangguhkan. Belakangan, Atlaoui dipindahkan sementara dari Nusakambangan ke Lapas Salemba karena kondisi kesehatannya yang memburuk akibat penyakit kanker.
Pemulangan Atlaoui ke Prancis merupakan hasil dari negosiasi dan kesepakatan diplomatik antara kedua negara. Proses ini menunjukkan pentingnya kerja sama internasional dalam menangani kasus-kasus hukum yang melibatkan warga negara asing. Pemindahan ini juga menegaskan komitmen Indonesia dalam menghormati hukum internasional, sekaligus menegakkan kedaulatan hukum nasional.