Indonesia: Nilai Strategis di Geopolitik Global, Kekayaan SDA hingga SDM yang Mumpuni
Menteri ESDM Bahlil Lahadalia ungkapkan potensi strategis Indonesia di kancah global, meliputi jumlah penduduk, ekonomi, SDA, dan energi hijau, di tengah dinamika geopolitik.

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Bahlil Lahadalia, baru-baru ini memaparkan nilai strategis Indonesia dalam peta geopolitik global. Dalam diskusi bertajuk 'Arah Kebijakan Geostrategi dan Geopolitik Indonesia' di Jakarta, Kamis (8/5), Bahlil menekankan beberapa poin kunci yang menempatkan Indonesia pada posisi yang menguntungkan di tengah dinamika global yang kompleks. Diskusi tersebut dihadiri oleh sejumlah tokoh penting, termasuk Menteri Komunikasi dan Informatika, Wakil Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan, Gubernur Lembaga Ketahanan Nasional, serta anggota DPR RI dari Komisi VI dan I.
Bahlil memulai paparannya dengan menekankan jumlah penduduk Indonesia yang besar, baik secara regional maupun global. "Kita adalah penduduk terbesar nomor empat setelah China, India, Amerika, dan Indonesia. Populasi di kawasan Asia Tenggara, 63 persen itu ada di Indonesia," ujar Bahlil. Hal ini menunjukkan potensi pasar domestik yang besar dan daya saing sumber daya manusia yang signifikan dalam skala internasional.
Lebih lanjut, Bahlil menyorot kekuatan ekonomi Indonesia sebagai satu-satunya negara di Asia Tenggara yang tergabung dalam Group of Twenty (G20). "Dengan GDP (gross domestic product) kita sekarang nomor 16 di negara G20. Artinya, ekonomi kita besar," tegasnya. Keberadaan Indonesia dalam G20 menunjukkan peran dan pengaruhnya yang semakin penting dalam perekonomian global.
Kekayaan Sumber Daya Alam dan Energi Hijau
Indonesia juga memiliki keunggulan kompetitif dalam hal sumber daya alam (SDA). Bahlil menyebutkan bahwa Indonesia memiliki cadangan nikel terbesar di dunia, mencapai 43 persen dari total cadangan global. "Ketika orang bicara tentang green energy, green industry, ketika orang bicara tentang mobil listrik, maka komponennya itu ada sekitar empat; nikel, kobalt, mangan, dan lithium; dan Indonesia punya tiga (komponen tersebut), satu aja enggak punya, lithium," jelasnya. Keunggulan ini menempatkan Indonesia pada posisi strategis dalam pengembangan industri kendaraan listrik dan energi hijau.
Selain nikel, Indonesia juga kaya akan potensi energi baru dan terbarukan (EBT). Bahlil menyatakan bahwa Indonesia memiliki kapasitas EBT terbesar di Asia Tenggara, dan juga teknologi CCS (carbon capture storage) untuk menangkap CO2 ke bekas sumur minyak. "Di kawasan Asia Tenggara, di Indonesia paling banyak, dan kita mempunyai CCS (carbon capture storage). CCS ini untuk menangkap CO2 ke eks sumur-sumur minyak. Nah, negara tetangga enggak punya," katanya. Teknologi CCS ini menjadi nilai tambah bagi Indonesia dalam upaya mitigasi perubahan iklim.
Keunggulan tersebut, menurut Bahlil, menunjukkan potensi besar Indonesia dalam transisi energi global. Indonesia tidak hanya menjadi konsumen, tetapi juga pemain kunci dalam penyediaan bahan baku dan teknologi untuk energi hijau.
Strategi Cerdas di Tengah Dinamika Geopolitik
Menyikapi dinamika geopolitik global yang semakin kompleks, Bahlil menekankan perlunya strategi yang cerdas dan cerdik dari Indonesia. "Geopolitik ini mau tidak mau memaksakan negara kita harus berpikir cerdas dan cerdik," ujarnya. Hal ini penting mengingat banyak negara yang mulai memprioritaskan kepentingan domestiknya di tengah ketidakpastian global.
Bahlil menegaskan bahwa kunci untuk mengamankan kepentingan nasional Indonesia terletak pada kekuatan ekonomi. "Kalau kita ingin mengamankan kepentingan negara kita, tujuan negara kita ini kan mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, terwujud masyarakat adil dan makmur, kesetaraan, kuncinya ini bicara ekonomi," katanya. Dengan demikian, pengembangan ekonomi yang berkelanjutan menjadi prioritas utama dalam menghadapi tantangan geopolitik.
Kesimpulannya, paparan Menteri Bahlil Lahadalia menyoroti potensi besar Indonesia di kancah global. Kekayaan SDA, jumlah penduduk yang besar, ekonomi yang kuat, dan potensi energi hijau menjadi modal utama Indonesia untuk menghadapi dinamika geopolitik dan mencapai tujuan pembangunan nasional.