Jamaah Haji 2024: Menginap di Makkah Tak Lagi Berbasis Kloter, Ini Penjelasan Kemenag
Kementerian Agama (Kemenag) menjelaskan penginapan jamaah haji di Makkah kini berdasarkan syarikah, bukan kloter, guna meningkatkan efektivitas layanan selama puncak haji.

Kementerian Agama (Kemenag) memberikan klarifikasi terkait penginapan jamaah haji di Makkah pada tahun 2024. Berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, penginapan jamaah haji di Makkah kini tidak lagi berdasarkan kelompok terbang (kloter), melainkan berdasarkan syarikah atau perusahaan layanan haji yang ditunjuk oleh Pemerintah Arab Saudi. Hal ini disampaikan oleh Direktur Layanan Haji Luar Negeri Kemenag, Muchlis Hanafi, dalam keterangan resmi pada Senin, 12 Mei 2024.
Sebelumnya, idealnya satu kloter jamaah haji dilayani oleh satu syarikah dan diinapkan di hotel yang sama. Namun, sejumlah kendala seperti keterlambatan visa menyebabkan jamaah dalam satu kloter terbagi ke beberapa syarikah. Oleh karena itu, sistem penginapan pun disesuaikan dengan syarikah yang menangani masing-masing jamaah.
Meskipun terjadi perubahan sistem, Kemenag memastikan bahwa hal ini tidak akan mengurangi hak-hak jamaah. Semua layanan, termasuk penginapan, konsumsi, dan transportasi, tetap akan diberikan sesuai standar yang telah ditetapkan. Kemenag juga telah berkoordinasi dengan delapan syarikah yang terlibat untuk memastikan layanan optimal bagi jamaah.
Penginapan Berbasis Syarikah: Efektivitas Layanan Puncak Haji
Muchlis Hanafi menjelaskan bahwa penginapan jamaah berdasarkan syarikah justru akan meningkatkan efektivitas layanan, terutama selama puncak haji di Arafah, Muzdalifah, dan Mina (Armuzna). Seluruh layanan di Armuzna diatur oleh syarikah, sehingga sistem ini dinilai lebih terorganisir dan efisien.
"Penataan berbasis syarikah ini justru akan memperkuat efektivitas layanan. Jadi memang Kementerian Haji itu strict (ketat). Harus berbasis syarikah. Harapan mereka lebih efektif diberikan terutama fase Armuzna ya, ini fase yang paling krusial," ujar Muchlis Hanafi.
Kemenag berupaya agar jamaah satu kloter tetap berada dalam satu hotel di Madinah, meskipun ditangani syarikah berbeda. Namun, di Makkah, penempatan hotel disesuaikan dengan syarikah penyedia layanan. Hal ini untuk mempermudah koordinasi dan pengelolaan layanan selama puncak haji.
Sistem ini juga mempertimbangkan faktor kemanusiaan. Kemenag dan syarikah telah berkoordinasi untuk memastikan pasangan suami-istri, lansia, dan jamaah disabilitas dengan pendamping dapat menginap di hotel yang sama, meskipun berada di bawah syarikah yang berbeda. "Faktor kemanusiaan itu tidak bisa diabaikan. Mereka sangat memperhatikan itu," tambah Muchlis Hanafi.
Jaminan Layanan Standar dan Koordinasi dengan Syarikah
Kemenag menjamin bahwa perubahan sistem penginapan ini tidak akan mengurangi kualitas layanan yang diterima jamaah haji Indonesia. Semua layanan akan tetap diberikan sesuai standar yang telah ditetapkan, memastikan kenyamanan dan kepuasan jamaah selama menjalankan ibadah haji.
Koordinasi yang intensif dengan delapan syarikah yang terlibat menjadi kunci keberhasilan sistem ini. Kemenag bekerja sama untuk memastikan kelancaran dan efektivitas layanan, terutama selama puncak haji. Mereka memastikan bahwa semua aspek layanan, dari penginapan hingga transportasi, berjalan sesuai rencana dan memenuhi standar yang telah ditetapkan.
Dengan sistem baru ini, diharapkan pelaksanaan ibadah haji dapat berjalan lebih lancar dan efisien, terutama selama fase Armuzna yang merupakan puncak dari rangkaian ibadah haji. Kemenag terus berkomitmen untuk memberikan pelayanan terbaik bagi jamaah haji Indonesia.
Meskipun ada perubahan sistem, Kemenag memastikan bahwa hal ini tidak akan mengurangi hak-hak jamaah. Semua layanan, termasuk penginapan, konsumsi, dan transportasi, tetap akan diberikan sesuai standar yang telah ditetapkan. Kemenag juga telah berkoordinasi dengan delapan syarikah yang terlibat untuk memastikan layanan optimal bagi jamaah.