Jamaah Majelis Mujahidin Yogyakarta Shalat Id Lebih Awal, Ikuti Rukyah Global
Mujahidin Yogyakarta laksanakan shalat Idul Fitri lebih awal dari mayoritas di Indonesia, mengikuti hasil rukyah global yang menunjukkan Idul Fitri jatuh pada Minggu, 30 Maret 2024.

Sekitar seratus anggota Majelis Mujahidin Indonesia (MMI) Yogyakarta melaksanakan shalat Idul Fitri 1446 Hijriah pada Minggu pagi, 30 Maret 2024, lebih awal dari mayoritas umat Islam di Indonesia yang merayakannya pada Senin, 31 Maret 2024. Shalat Id dilaksanakan di Masjid Raya Ar Rasul, Kotagede, Yogyakarta. Keputusan ini didasarkan pada hasil rukyah global yang dilakukan di sejumlah negara Islam, seperti yang dijelaskan Katib Aam AHWA Majelis Mujahidin, Irfan Suryahadi Awwas.
Irfan menjelaskan bahwa penetapan Idul Fitri berdasarkan rukyah global ini mempertimbangkan pandangan dunia Islam secara keseluruhan, bukan hanya terbatas pada wilayah geografis suatu negara. Hal ini didasari keyakinan bahwa jika hilal terlihat di suatu negara, maka penetapan 1 Syawal berlaku bagi umat Islam di seluruh dunia. Ia juga menambahkan bahwa beberapa negara di Timur Tengah telah merayakan Idul Fitri pada hari Minggu.
Meskipun berbeda dengan pemerintah dan mayoritas umat Islam di Indonesia, Irfan menekankan bahwa perbedaan ini bukanlah perpecahan. Ia mencontohkan perbedaan pendapat dalam mazhab yang telah ada sejak lama, yang tidak menyebabkan perpecahan umat. Pengumuman shalat Id oleh Majelis Mujahidin disampaikan secara mendadak pada Minggu dini hari pukul 03.00 WIB, namun Irfan meyakini sebagian besar perwakilan Majelis Mujahidin di daerah lain juga mengikuti shalat Id pada hari yang sama.
Shalat Id dan Pesan Persatuan
Khotbah shalat Id yang disampaikan Irfan mengangkat tema kasih sayang dalam Islam. Ia menegaskan bahwa peradaban Islam adalah peradaban kasih sayang, bukan kekerasan. Irfan bahkan mencontohkan peristiwa Fathu Makkah, di mana Rasulullah SAW tetap menyampaikan pesan kasih sayang. Ia mengajak jamaah untuk selalu menjadi pembawa bendera kasih sayang dan kemanusiaan, yang juga berarti melawan ketidakadilan dan kezaliman.
Di akhir khotbah, Irfan mengajak jamaah untuk melakukan muhasabah (introspeksi diri) dan bersama-sama membangun Indonesia sebagai negeri yang diberkahi. Ia juga mengutip pidato Presiden Prabowo Subianto tentang cita-cita mewujudkan 'baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur' atau negeri yang baik dan diampuni Tuhan. Irfan menekankan pentingnya membangun rekonsiliasi dan persaudaraan atas nama kasih sayang.
Perbedaan penetapan Idul Fitri ini menjadi sorotan, namun Majelis Mujahidin menekankan pentingnya persatuan dan menghindari perpecahan di tengah perbedaan. Mereka berpegang pada hasil rukyah global sebagai dasar penetapan hari raya, dan tetap mengutamakan nilai-nilai kasih sayang dan persaudaraan dalam Islam.
Pernyataan Irfan Suryahadi Awwas: "Berdasarkan rukyah global di beberapa negara Islam, telah dilaksanakan Idul Fitri 1446 Hijriah pada hari ini, Ahad. Kami mengikuti rukyah global karena sekarang kita berbicara dunia Islam, bukan sekadar negeri Islam yang dibatasi oleh demografi ataupun geografi nasionalis." Dan, "Perbedaan ini bukan perpecahan. Dari zaman mazhab dahulu juga ada perbedaan, tapi itu tidak lantas memecah umat."
Pesan Khotbah: Irfan menekankan pentingnya kasih sayang dalam Islam dan mengajak jamaah untuk melakukan muhasabah serta membangun Indonesia sebagai negeri yang diberkahi, mengutip pidato Presiden Prabowo Subianto tentang cita-cita mewujudkan 'baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur'.