Jelang Ramadhan, Harga Pangan di Selatan Sukabumi Meroket!
Lonjakan permintaan menjelang Ramadhan 1446 H memicu kenaikan harga sejumlah komoditas pangan di selatan Sukabumi, terutama beras, daging ayam, dan sapi, sementara komoditas lain relatif stabil.

Sukabumi, Jawa Barat, 1 Maret 2024 - Sehari sebelum Ramadhan 1446 H, tepatnya Jumat, 1 Maret 2024, wilayah selatan Kabupaten Sukabumi, khususnya Palabuhanratu dan sekitarnya, mengalami kenaikan harga sejumlah komoditas pangan. Kenaikan ini dipicu oleh meningkatnya permintaan masyarakat menjelang bulan suci. Hal ini berdampak langsung pada daya beli masyarakat di wilayah tersebut.
Menurut Maulana, Petugas Pencatat Harga Unit Pelayanan Teknis Pasar Semimoderen Palabuhanratu Dinas Perdagangan dan Industri (Disdagrin) Kabupaten Sukabumi, komoditas yang mengalami kenaikan harga antara lain beras, daging ayam broiler, dan daging sapi. Sementara itu, harga bawang merah, bawang putih, dan cabai relatif stabil. Kenaikan harga ini terjadi di tingkat distributor sebelum sampai ke tangan pedagang.
Pihak Disdagrin Kabupaten Sukabumi telah melakukan pendataan harga. Hasilnya menunjukkan kenaikan harga yang cukup signifikan. Sebagai contoh, harga daging sapi naik dari Rp120.000 menjadi Rp130.000-Rp140.000 per kilogram, daging ayam broiler dari Rp38.000 menjadi Rp40.000 per kilogram, beras medium dari Rp13.500 menjadi Rp14.000 per kilogram, dan beras premium dari Rp15.000 menjadi Rp16.000 per kilogram.
Lonjakan Permintaan Picu Kenaikan Harga
Maulana menjelaskan bahwa lonjakan permintaan menjelang Ramadhan menjadi penyebab utama kenaikan harga sejumlah komoditas pangan. "Kenaikan harga terjadi karena lonjakan permintaan, sehingga harganya sudah naik di tingkat distributor," ungkap Maulana. Meskipun demikian, ia memastikan bahwa persediaan pangan di wilayah tersebut masih mencukupi untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Distribusi barang pun berjalan lancar.
Meskipun demikian, Maulana memastikan bahwa persediaan pangan secara keseluruhan masih aman. "Untuk angka atau volume pasti persediaan barang setiap waktu berubah karena dipengaruhi pasokan, tetapi kami pastikan persediaan pangan mencukupi," tambahnya. Pemerintah Kabupaten Sukabumi pun telah menyiapkan strategi untuk mengendalikan harga agar tidak melonjak terlalu tinggi dan tetap terjangkau oleh masyarakat.
Ia memprediksi kenaikan harga akan terus terjadi hingga tiga hari setelah Ramadhan. Setelah itu, harga diperkirakan akan turun seiring dengan menurunnya permintaan, mulai dari hari keempat Ramadhan hingga tujuh hari sebelum Idul Fitri. Namun, potensi kenaikan harga kembali muncul enam hari sebelum hingga tiga hari setelah Idul Fitri, karena meningkatnya permintaan untuk menyambut dan merayakan lebaran.
Komoditas yang Stabil dan Strategi Pemerintah
Beberapa komoditas pangan lainnya terpantau stabil. Harga bawang merah tetap di Rp30.000 per kilogram, bawang putih Rp40.000 per kilogram, cabai merah besar Rp50.000 per kilogram, cabai keriting Rp50.000 per kilogram, cabai rawit merah Rp80.000 per kilogram, dan cabai rawit hijau Rp50.000 per kilogram. Stabilitas harga ini memberikan sedikit kelegaan bagi masyarakat.
Pemerintah Kabupaten Sukabumi telah berupaya mengantisipasi lonjakan harga dengan menyiapkan strategi untuk menekan harga agar tidak melonjak terlalu tinggi. Tujuannya adalah untuk memastikan bahwa kenaikan harga tetap berada dalam batas wajar dan tidak memberatkan daya beli masyarakat. Meskipun ada kenaikan, diharapkan kenaikan tersebut tidak akan terlalu signifikan dan masih dalam batas kemampuan beli masyarakat.
Pemerintah daerah berkomitmen untuk terus memantau perkembangan harga dan memastikan ketersediaan pasokan pangan agar kebutuhan masyarakat tetap terpenuhi selama Ramadhan dan Idul Fitri. Langkah-langkah antisipatif ini diharapkan dapat meringankan beban masyarakat di tengah peningkatan permintaan menjelang hari raya.
Meskipun terjadi kenaikan harga pada beberapa komoditas, Pemerintah Kabupaten Sukabumi optimistis bahwa situasi ini dapat terkendali dan tidak akan mengganggu stabilitas ekonomi masyarakat di wilayah selatan Sukabumi.